Estimasi Parameter Genetik Statistik Vital Dan Bobot Sapih Pada Kambing Hasil Persilangan (F1) Pejantan Boer Dengan Kambing Lokal
Main Author: | Irmawanti, Sulistiyoningtiyas |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/137436/1/Sulistiyoningtiyas_Irmawanti_115050107111007_FPt_2015.pdf http://repository.ub.ac.id/137436/ |
Daftar Isi:
- Permintaan akan pangan berprotein tinggi seperti daging semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil penghasil daging yang merupakan sumber protein hewani selain sapi. Rendahnya produktivitas kambing lokal seperti Peranakan Etawah dan kambing Kacang membuat tidak seimbangnya antara permintaan dan kebutuhan daging kambing. Kambing Boer merupakan salah satu kambing tipe pedaging yang berasal dari Afrika Selatan, dengan ciri-ciri tubuh kompak, presentase karkas yang tinggi, dan karkas yang baik. Salah satu upaya untuk peningkatan mutu genetik dan produktifitas ternak lokal adalah melalui persilangan kambing Boer dengan kambing lokal (Peranakan Etawah). Performans hasil persilangan sangat ditentukan oleh mutu genetik pejantan Boer, yang diestimasi dengan nilai pemuliaan. Nilai pemuliaan dapat diukur dengan mengetahui nilai heritabilitas. Penelitian ini dilaksanakan di CV BOERJA Desa Giripuro, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Penelitian dimulai pada tanggal 2 Desember 2014 sampai 2 Maret 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai heritabilitas (h2) dan nilai pemuliaan (NP) untuk Berat Sapih (BS) dan statistik vital meliputi panjang badan (PB), lingkar dada (LD) dan tinggi gumba (TG) pada kambing hasil persilangan (F1) Boer dengan kambing lokal yang berumur 3 bulan. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data base dalam peningkatan produktivitas kambing di Indonesia. Materi penelitian yang digunakan terdiri dari 50 ekor kambing hasil persilangan (F1) berumur 2-3 bulan (umur sapih), yang berasal 7 pejantan Boer dan 33 induk kambing lokal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung dan pengukuran langsung di lapang. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang diambil telah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah statistik vital dan bobot sapih kambing hasil persilangan (F1). Parameter genetik yang dianalisis adalah nilai heritabilitas serta nilai pemuliaan statistik vital dan bobot sapih. Estimasi nilai heritabilitas dianalisa menggunakan metode korelasi saudara kandung dan saudara tiri, dimana komponen ragam dihitung dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pola tersarang yang jumlah anak setiap induk tidak sama. Estimasi nilai Pemuliaan dianalisa menggunakan metode uji Zuriat, karena nilai Pemuliaan pejantan dihitung berdasarkan performa keturunannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rataan bobot sapih dan statistik vital kambing tipe kelahiran tunggal yaitu sebesar 16,31 ± 1,44 kg untuk bobot sapih, 46,94 ± 1,29 cm untuk panjang badan, 51,59 ± 1.68 cm untuk lingkar dada dan 51,06 ± 2,59 cm untuk tinggi gumba lebih tinggi dibandingkan dengan kambing tipe kelahiran kembar yaitu sebesar 13,97 ± 1,84 cm untuk bobot sapih, 43,03 ± 1,42 cm untuk panjang badan, 46,85 ± 2,00 cm untuk lingkar dada dan 46,46 ± 2,15 cm untuk tinggi gumba. Nilai heritabilitas PB dan TG termasuk kategori tinggi yaitu sebesar 0.49 ± 0.13 dan 0.34 ± 0.19, sedangkan nilai heritabilitas LD dan BS termasuk kategori sedang yaitu sebesar 0,26 ± 0,16 dan 0,19 ± 0,09. Rangking Nilai Pemuliaan tertinggi untuk statistik vital diperoleh dari keturunan pejantan A1 sebesar 48,22 untuk panjang badan, 52,83 untuk lingkar dada, dan 52,50 untuk tinggi gumba, untuk bobot sapih rangking nilai Pemuliaan tertinggi diperoleh dari keturunan pejantan A2 sebesar 19,58. Berdasarkan hasil penelitian estimasi nilai pemuliaan statistik vital dan bobot sapih kambing persilangan perlu dilakukan di CV BOERJA secara terus menerus agar dapat digunakan sebagai dasar seleksi ternak sehingga kemajuan genetik dapat tercapai pada generasi berikutnya.