Kinerja Finansial pada Peternakan Broiler Sistem Close dan Open House Pola Kemitraan (Studi Kasus: PT. Surya Mitra Farm Cabang Kabupaten Nganjuk

Main Author: Rahma, AsfiAzilaTsani
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137430/1/2.pdf
http://repository.ub.ac.id/137430/1/1_a.pdf
http://repository.ub.ac.id/137430/
ctrlnum 137430
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.ub.ac.id/137430/</relation><title>Kinerja Finansial pada Peternakan Broiler Sistem Close dan Open House Pola Kemitraan (Studi Kasus: PT. Surya Mitra Farm Cabang Kabupaten Nganjuk</title><creator>Rahma, AsfiAzilaTsani</creator><subject>636 Animal husbandry</subject><description>Pemeliharaan broiler beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jawa Timur mampu memproduksi daging ayam (broiler) pada tahun 2011 sebesar 159.822 ton, pada tahun 2012 sebesar 162.845 ton, pada tahun 2013 sebesar 162.892 ton, dan pada tahun 2014 sebesar 166.149 ton. Jumlah produksi sebesar 166.149 ton pada tahun 2014 belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi daging ayam di Jawa Timur karena konsumsi 38.363.200 jiwa penduduk sekitar 8,6 kg per kapita per tahun, sehingga masih ada sekitar 162.819,92 ton yang belum terpenuhi. Kekurangan produksi daging tersebut merupakan peluang usaha bagi peternak untuk meningkatkan produksinya. Pemasaran yang tepat juga sangat menentukan keberhasilan peningkatan penerimaan bagi para peternak. Pola kemitraan dalam usaha broiler meliputi perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma yang terikat oleh kontrak. Usaha peternakan ayam pedaging (broiler) memiliki dua sistem perkandangan yaitu: sistem close house (kandang tertutup) dan sistem open house (kandang terbuka). Perbedaan penggunaan sistem kandang akan berpengaruh terhadap kinerja finansial peternakan. Peternakan broiler dapat dilihat kelayakan usahanya dari analisis ekonomi peternakan tersebut, analisis usaha peternakan broiler meliputi total modal, total biaya produksi, penerimaan, keuntungan, break even point (BEP), dan R / C ratio, kemudian dilanjutkan dengan analisa ekonomi peternak menggunakan rasio-rasio finansial, yaitu: likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015 sampai 15 April 2015, di peternakan ayam pedaging (broiler) yang bermitra dengan PT. Surya Mitra Farm (SMF). Penentuan lokasi sampel menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan ada dua peternak dengan sistem kandang yang berbeda yaitu Peternak sistem close house atas nama Bapak Isnaini yang beralamat di Dsn. Pojok Ds. Tanjungkalang Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk dan peternak sistem open house atas nama Bapak Badrutama yang beralamat di Ds. Juwet Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk kedua peternak merupakan peternak yang memiliki populasi chick in terbanyak setiap periodenya di PT. SMF Nganjuk. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya nilai modal, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan dari usaha peternakan broiler dengan sistem kandang close house dan open house pada kemitraan PT. SMF. Mengetahui efisiensi usaha melalui perhitungan revenue cost ratio (R / C ratio), break even point (BEP), dan analisis likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas dari usaha peternakan peternakan broiler dengan sistem kandang close house dan open house pada kemitraan PT. SMF. Metode penelitian yang digunakan pada pelaksanaan penelitian adalah studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan survey yaitu mengumpulkan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan peternak yang dijadikan sebagai responden serta dengan anak kandang di peternakan milik responden. Wawancara langsung juga dilakukan dengan staff PT. SMF, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung yang diambil melalui hasil penelitian terdahulu, buku, dan jurnal. Hasil dari penelitian diketahui nilai total modal sistem close house Rp 19.167,-/kg lebih besar dibanding sistem open house Rp 15.996,-/kg. Total biaya produksi sistem close house sebesar Rp 14.837,-/kg lebih besar dibanding sistem open house sebesar Rp 14.334/kg, total biaya yang dihabiskan dipengaruhi oleh biaya variabel khususnya pakan, dan DOC karena prosentase pembelian yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya lainnya. Penerimaan yang didapatkan peternak sistem close house sebesar Rp 15.903,-/kg dan peternak sistem open house sebesar Rp 15.795,-/kg. Penerimaan yang diperoleh peternak dipengaruhi berat riil panen dan harga kontrak setiap periodenya. Keuntungan yang diterima peternak sistem close house sebesar Rp 1.067,-/kg dan peternak sistem open house sebesar Rp 1.461,-/kg. Hasil perhitungan rasio likuiditas adalah rasio lancar peternak sistem close house 1,05 kali, sedangkan peternak sistem open house 1,04 kali artinya kedua peternakan berada dalam keadaan aman, rasio kas peternak sistem close dan open house sebesar 100 %, dan rasio modal kerja bersih peternak sistem close house 22,27 % sedangkan peternak sistem open house 27,53 %. Hasil perhitungan rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva terhadap dana tertanam dalam seluruh aktiva peternak sistem close house sebanyak 0,8 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 0,93 kali dalam satu tahun produksi, rasio perputaran modal kerja terhadap dana tertanam dalam modal kerja peternak sistem close house sebesar 7,77 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 7,94 kali dalam satu tahun produksi, dan rasio perputaran aktiva tetap terhadap dana tertanam dalam aktiva lancar peternak sistem close house sebesar 3,11 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 5,87 kali dalam satu tahun prosuksi. Hasil perhitungan rasio solvabilitas adalah rasio hutang terhadap total aktiva peternak sistem close house sebesar 71,01 % dan sistem open house sebesar 81,15 % artinya kedua sistem close house lebih mampu melunasi hutang dengan aktiva yang dimilikinya dari pada sistem open house, dan rasio hutang terhadap ekuitas peternak sistem close house sebesar 0,25 % sedangkan peternak sistem open house sebesar 0,78 % artinya sistem open house lebih mampu menjamin hutang dengan modalnya sendiri dari pada sistem close house. Hasil perhitungan rasio profitabilitas adalah rasio margin laba bersih peternak sistem close house sebesar 6,71 %, sedangkan peternak sistem open house sebesar 9,25 % artinya lebih efisien memperoleh EAT dari pada sistem close house, rasio pengembalian ekuitas peternak sistem close house sebesar 18,48 % (kategori buruk), sedangkan peternak sistem open house sebesar 45,88 % (kategori rendah), rasio hasil pengembalian investasi peternak sistem close house sebesar 5,34 %, sedangkan peternak sistem open house sebesar 8,58 % artinya sistem open house dalam batas aman mengelola investasinya, dan rasio tingkat laba kotor sistem close house sebesar 6,71 %, sedangkan peternak open house sebesar 9,25 % artinya sistem open house lebih mampu mengefisienkan produksi sehingga keuntungan yang didapat lebih tinggi dari pada sistem close house. Hasil perhitungan BEPharga peternak sistem close house sebesar Rp 14.438,- dan peternak sistem open house sebesar Rp 13.897,-. BEPproduk peternak sistem close house sebanyak 52.530,40 kg dan peternak sistem open house sebanyak 83.451,41 kg. BEPekor peternak sistem close house sebanyak 27.680 ekor dan peternak sistem open house sebanyak 44.084 ekor. R / C ratio peternak sistem close house sebesar 1,07 dan peternak sistem open house sebesar 1,10. Kesimpulan dari penelitian adalah peternakan sistem open house lebih menguntungkan dibanding sistem close house berdasarkan indikator ekonomi (total modal, total biaya produksi, total penerimaan, total keuntungan, BEP, dan R / C ratio) rata-rata selama satu tahun produksi yang lebih efisien dibanding sistem close house. Berdasarkan rasio finansial (likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas) sistem open house lebih efisien dibandingkan sistem close house karena lebih mampu mengatur usaha peternakan broiler yang dimiliki menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Saran dari penelitian adalah Peternak sistem close house (Bapak Isnaini) hendaknya lebih mengoptimalkan produksi dan operasional agar biaya produksi yang telah dikeluarkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal, dan guna mencegah kerugian yang fatal hendaknya peternak plasma mengembalikan seluruh hasil panen kepada pihak kemitraan agar penerimaan yang diterima lebih optimal dan meningkatkan populasi broiler yang dipelihara.</description><date>2015-06-17</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.ub.ac.id/137430/1/2.pdf</identifier><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.ub.ac.id/137430/1/1_a.pdf</identifier><identifier> Rahma, AsfiAzilaTsani (2015) Kinerja Finansial pada Peternakan Broiler Sistem Close dan Open House Pola Kemitraan (Studi Kasus: PT. Surya Mitra Farm Cabang Kabupaten Nganjuk. Sarjana thesis, Universitas Brawijaya. </identifier><relation>SKR/FPT/2015/165/051504666</relation><recordID>137430</recordID></dc>
language eng
format Thesis:Thesis
Thesis
PeerReview:NonPeerReviewed
PeerReview
Book:Book
Book
author Rahma, AsfiAzilaTsani
title Kinerja Finansial pada Peternakan Broiler Sistem Close dan Open House Pola Kemitraan (Studi Kasus: PT. Surya Mitra Farm Cabang Kabupaten Nganjuk
publishDate 2015
topic 636 Animal husbandry
url http://repository.ub.ac.id/137430/1/2.pdf
http://repository.ub.ac.id/137430/1/1_a.pdf
http://repository.ub.ac.id/137430/
contents Pemeliharaan broiler beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jawa Timur mampu memproduksi daging ayam (broiler) pada tahun 2011 sebesar 159.822 ton, pada tahun 2012 sebesar 162.845 ton, pada tahun 2013 sebesar 162.892 ton, dan pada tahun 2014 sebesar 166.149 ton. Jumlah produksi sebesar 166.149 ton pada tahun 2014 belum bisa mencukupi kebutuhan konsumsi daging ayam di Jawa Timur karena konsumsi 38.363.200 jiwa penduduk sekitar 8,6 kg per kapita per tahun, sehingga masih ada sekitar 162.819,92 ton yang belum terpenuhi. Kekurangan produksi daging tersebut merupakan peluang usaha bagi peternak untuk meningkatkan produksinya. Pemasaran yang tepat juga sangat menentukan keberhasilan peningkatan penerimaan bagi para peternak. Pola kemitraan dalam usaha broiler meliputi perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma yang terikat oleh kontrak. Usaha peternakan ayam pedaging (broiler) memiliki dua sistem perkandangan yaitu: sistem close house (kandang tertutup) dan sistem open house (kandang terbuka). Perbedaan penggunaan sistem kandang akan berpengaruh terhadap kinerja finansial peternakan. Peternakan broiler dapat dilihat kelayakan usahanya dari analisis ekonomi peternakan tersebut, analisis usaha peternakan broiler meliputi total modal, total biaya produksi, penerimaan, keuntungan, break even point (BEP), dan R / C ratio, kemudian dilanjutkan dengan analisa ekonomi peternak menggunakan rasio-rasio finansial, yaitu: likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2015 sampai 15 April 2015, di peternakan ayam pedaging (broiler) yang bermitra dengan PT. Surya Mitra Farm (SMF). Penentuan lokasi sampel menggunakan metode purposive sampling. Total sampel yang digunakan ada dua peternak dengan sistem kandang yang berbeda yaitu Peternak sistem close house atas nama Bapak Isnaini yang beralamat di Dsn. Pojok Ds. Tanjungkalang Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk dan peternak sistem open house atas nama Bapak Badrutama yang beralamat di Ds. Juwet Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk kedua peternak merupakan peternak yang memiliki populasi chick in terbanyak setiap periodenya di PT. SMF Nganjuk. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya nilai modal, biaya produksi, penerimaan dan keuntungan dari usaha peternakan broiler dengan sistem kandang close house dan open house pada kemitraan PT. SMF. Mengetahui efisiensi usaha melalui perhitungan revenue cost ratio (R / C ratio), break even point (BEP), dan analisis likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas dari usaha peternakan peternakan broiler dengan sistem kandang close house dan open house pada kemitraan PT. SMF. Metode penelitian yang digunakan pada pelaksanaan penelitian adalah studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan survey yaitu mengumpulkan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan peternak yang dijadikan sebagai responden serta dengan anak kandang di peternakan milik responden. Wawancara langsung juga dilakukan dengan staff PT. SMF, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan secara tidak langsung yang diambil melalui hasil penelitian terdahulu, buku, dan jurnal. Hasil dari penelitian diketahui nilai total modal sistem close house Rp 19.167,-/kg lebih besar dibanding sistem open house Rp 15.996,-/kg. Total biaya produksi sistem close house sebesar Rp 14.837,-/kg lebih besar dibanding sistem open house sebesar Rp 14.334/kg, total biaya yang dihabiskan dipengaruhi oleh biaya variabel khususnya pakan, dan DOC karena prosentase pembelian yang cukup tinggi dibandingkan dengan biaya lainnya. Penerimaan yang didapatkan peternak sistem close house sebesar Rp 15.903,-/kg dan peternak sistem open house sebesar Rp 15.795,-/kg. Penerimaan yang diperoleh peternak dipengaruhi berat riil panen dan harga kontrak setiap periodenya. Keuntungan yang diterima peternak sistem close house sebesar Rp 1.067,-/kg dan peternak sistem open house sebesar Rp 1.461,-/kg. Hasil perhitungan rasio likuiditas adalah rasio lancar peternak sistem close house 1,05 kali, sedangkan peternak sistem open house 1,04 kali artinya kedua peternakan berada dalam keadaan aman, rasio kas peternak sistem close dan open house sebesar 100 %, dan rasio modal kerja bersih peternak sistem close house 22,27 % sedangkan peternak sistem open house 27,53 %. Hasil perhitungan rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva terhadap dana tertanam dalam seluruh aktiva peternak sistem close house sebanyak 0,8 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 0,93 kali dalam satu tahun produksi, rasio perputaran modal kerja terhadap dana tertanam dalam modal kerja peternak sistem close house sebesar 7,77 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 7,94 kali dalam satu tahun produksi, dan rasio perputaran aktiva tetap terhadap dana tertanam dalam aktiva lancar peternak sistem close house sebesar 3,11 kali dalam satu tahun produksi, sedangkan peternak sistem open house sebesar 5,87 kali dalam satu tahun prosuksi. Hasil perhitungan rasio solvabilitas adalah rasio hutang terhadap total aktiva peternak sistem close house sebesar 71,01 % dan sistem open house sebesar 81,15 % artinya kedua sistem close house lebih mampu melunasi hutang dengan aktiva yang dimilikinya dari pada sistem open house, dan rasio hutang terhadap ekuitas peternak sistem close house sebesar 0,25 % sedangkan peternak sistem open house sebesar 0,78 % artinya sistem open house lebih mampu menjamin hutang dengan modalnya sendiri dari pada sistem close house. Hasil perhitungan rasio profitabilitas adalah rasio margin laba bersih peternak sistem close house sebesar 6,71 %, sedangkan peternak sistem open house sebesar 9,25 % artinya lebih efisien memperoleh EAT dari pada sistem close house, rasio pengembalian ekuitas peternak sistem close house sebesar 18,48 % (kategori buruk), sedangkan peternak sistem open house sebesar 45,88 % (kategori rendah), rasio hasil pengembalian investasi peternak sistem close house sebesar 5,34 %, sedangkan peternak sistem open house sebesar 8,58 % artinya sistem open house dalam batas aman mengelola investasinya, dan rasio tingkat laba kotor sistem close house sebesar 6,71 %, sedangkan peternak open house sebesar 9,25 % artinya sistem open house lebih mampu mengefisienkan produksi sehingga keuntungan yang didapat lebih tinggi dari pada sistem close house. Hasil perhitungan BEPharga peternak sistem close house sebesar Rp 14.438,- dan peternak sistem open house sebesar Rp 13.897,-. BEPproduk peternak sistem close house sebanyak 52.530,40 kg dan peternak sistem open house sebanyak 83.451,41 kg. BEPekor peternak sistem close house sebanyak 27.680 ekor dan peternak sistem open house sebanyak 44.084 ekor. R / C ratio peternak sistem close house sebesar 1,07 dan peternak sistem open house sebesar 1,10. Kesimpulan dari penelitian adalah peternakan sistem open house lebih menguntungkan dibanding sistem close house berdasarkan indikator ekonomi (total modal, total biaya produksi, total penerimaan, total keuntungan, BEP, dan R / C ratio) rata-rata selama satu tahun produksi yang lebih efisien dibanding sistem close house. Berdasarkan rasio finansial (likuiditas, aktivitas, solvabilitas, dan profitabilitas) sistem open house lebih efisien dibandingkan sistem close house karena lebih mampu mengatur usaha peternakan broiler yang dimiliki menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Saran dari penelitian adalah Peternak sistem close house (Bapak Isnaini) hendaknya lebih mengoptimalkan produksi dan operasional agar biaya produksi yang telah dikeluarkan dapat memberikan keuntungan yang maksimal, dan guna mencegah kerugian yang fatal hendaknya peternak plasma mengembalikan seluruh hasil panen kepada pihak kemitraan agar penerimaan yang diterima lebih optimal dan meningkatkan populasi broiler yang dipelihara.
id IOS4666.137430
institution Universitas Brawijaya
affiliation mill.onesearch.id
fkp2tn.onesearch.id
institution_id 30
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Brawijaya
library_id 480
collection Repository Universitas Brawijaya
repository_id 4666
subject_area Indonesian Language Collection/Kumpulan Karya Umum dalam Bahasa Indonesia*
city MALANG
province JAWA TIMUR
shared_to_ipusnas_str 1
repoId IOS4666
first_indexed 2021-10-25T04:08:42Z
last_indexed 2021-10-28T07:26:30Z
recordtype dc
_version_ 1751455472281452544
score 17.538404