Hubungan Ph Semen Dengan Kualitas Spermatozoa Sapi Limousin Dan Simmental Pada Tahapan Proses Semen Beku

Main Author: Harianja, JannesRianto
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2015
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137429/1/Skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/137429/
Daftar Isi:
  • Semen yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam program inseminasi buatan (IB). Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas semen adalah dengan memperhatikan pH. pH atau derajat keasaman sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses semen beku karena jika pH asam atau basa maka akan mempengaruhi kualitas semen itu sendiri.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pH semen dengan kualitas spermatozoa sapi Limousin dan Simental pada tahapan proses semen beku. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai sumber informasi bagi semua kalangan dalam mengembangkan produksi semen beku selama tahapan proses semen beku dan sebagai pijakan penelitian yang akan datang. Materi penelitian adalah semen segar yang diambil dari masing – masing 10 ekor pejantan sapi Limousin dan Simental dengan kriteria motilitas individu ≥ 70. Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan laboratorium dengan parameter yang diuji pH, motilitas, viabilitas, dan abnormalitas. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan pH semen terhadap kualitas spermatozoa adalah korelasi dan untuk mengetahui perbedaan kualitas spermatozoa pada setiap bangsa menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan rataan pH semen pada tahapan proses semen beku berturut-turut yaitu: Limousin ( 6,42 ± 0,20; 6,28 ± 0,10; 6,14 ± 0,09), Simental (6,46 ± 0,21; 6,24 ± 0,08; 6,1 ± 0,11). Motilitas spermatozoa sapi berturut-turut yaitu: Limousin (70 ± 0%; 45,5 ± 5,99%; 34,5 ± 3,69%), Simental (70 ± 0%; 51 ± 4,60%; 38,5 ± 3,38%). Viabilitas spermatozoa sapi berturut-turut yaitu: Limousin (77,86 ± 1,85%; 63,4 ± 2,54%; 46,18 ± 0,71%), Simental (80,42 ± 2,32%; 65,55 ± 1,62%; 46,92 ± 0,78%). Abnormalitas spermatozoa sapi pada tahapan proses semen beku berturut-turut yaitu: (10,9 ± 0,66%; 13,88 ± 0,81%; 16,34 ± 0,63%), Simental (10,14 ± 0,70%; 13,07 ± 0,54%; 15,57 ± 0,90%). Analisis koefisien korelasi pH terhadap motilitas pada tahap proses semen beku berturut-turut 0,48; 0,44 (P < 0,05). Nilai koefisien korelasi pH terhadap viabilitas pada tahap proses semen beku berturut-turut 0,54;0,46;0,46 (P < 0,05). Nilai koefisien korelasi pH dengan abnormalitas pada tahap proses semen beku berturut-turut -0,49;-0,12;-0,06 (P < 0,05). Analisa uji beda pH semen pada tahap proses semen beku berturut-turut yaitu sapi Limousin (6,42 ± 0,20; 6,28 ± 0,10; 6,14 ± 0,09) dan sapi Simental (6,46 ± 0,21; 6,24 ± 0,08; 6,1 ± 0,11) (P > 0,05). Motilitas spermatozoa pada tahap proses semen beku berturut-turut yaitu sapi Limousin (70 ± 0%; 45,5 ± 5,99%; 34,5 ± 3,69%), Simental (70 ± 0%; 51 ± 4,60%; 38,5 ± 3,38%) (P < 0,05). Viabilitas spermatozoa sapi berturut-turut yaitu: Limousin (77,86 ± 1,85%; 63,4 ± 2,54%; 46,18 ± 0,71%), Simental (80,42 ± 2,32%; 65,55 ± 1,62%; 46,92 ± 0,78%) (P < 0,05). Abnormalitas semen sapi pada tahapan proses semen beku berturut-turut yaitu: (10,9 ± 0,66%; 13,88 ± 0,81%; 16,34 ± 0,63%), Simental (10,14 ± 0,70%; 13,07 ± 0,54%; 15,57 ± 0,90%) (P < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan pH akan diikuti peningkatan motilitas, viabilitas dan penurunan abnormalitas. Kualitas semen sapi Simmental lebih tinggi dibandingkan sapi Limousin. Disarankan untuk institusi lebih memperhatikan pakan yang tepat dan penanganan proses semen beku agar pH normal. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai metode penanganan pH semen agar tidak mengalami penurunan sehingga dapat mempertahankan kualitas spermatozoa