Daftar Isi:
  • Usaha sapi perah merupakan usaha yang menghasilkan keuntungan serta masih mempunyai peluang terbuka secara luas. Salah satu subsektor peternakan yang mendapat prioritas pengembangan adalah komoditas ternak sapi perah yang dapat menghasilkan susu. Produk susu merupakan produk pangan yang penting bagi kesehatan manusia dikarenakan di dalam susu memiliki kandungan gizi yang sempurna. Usaha sapi perah di Indonesia masih bersifat usaha peternakan rakyat, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kepemilikan sapi antara dua sampai lima ekor. Peningkatan populasi sapi perah di Inodnesia dapat tercapai apabila manajemen pemeliharaan sesuai dengan prosedur dan dilakukan secara baik dan maksimal. Selain peternak yang menjadi peran penting dalam usaha sapi perah, pemerintah juga memberi strategi dalam meningkatkan produksi susu di Indonesia. Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 September – 1 Oktober 2013 dengan pemilihan lokasi di wilayah Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui pendapatan yang diperoleh peternak dalam usaha ternak sapi perah. (2) Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha ternak sapi perah. Metode yang digunakan pada penelitian yang dilaksanakan di Desa Banjarejo ini yaitu metode survey dan pengamatan terhadap populasi peternak sapi. pengambilan sampel dengan metode total sampling dan analisa data menggunakan rumus pendapatan usaha ternak sapi perah untuk mengetahui nilai yang diperoleh peternak dari pendapatan usaha ternak sapi perah. Sampel yang diamati dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dan dibagi menjadi 3 strata yang dibedakan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden peternak sapi perah berkisar antara 25 - 64 tahun. Umur responden peternak paling banyak pada strata I, II dan III adalah umur 35 - 49 tahun atau sebesar 36,66 %. Pada strata I sebesar 63,15%, strata II sebesar 42,80%, dan strata III sebesar 50%. Pendidikan formal yang diikuti oleh responden peternak mayoritas adalah SD sebesar 40%, pada strata I 42,10%, pada strata II 42,85%, sedangkan untuk strata III mayoritas peternak berpendidikan akhir SMA sebesar 50%. Pengalaman beternak pada peternak responden berkisar antara 3 sampai 32 tahun. pengalaman yang paling lama antara 21-30 tahun sebesar 43,33%. Strata I sebesar 42,10%, strata II 42,85%, dan pada strata III sebesar 50%. Mayoritas matapencaharian peternak di lokasi penelitian adalah sebagai petani yaitu sebesar 43,33%. Strata I sebesar 47,36%, pada strata II sebesar 28,57, dan pada strata III sebesar 50%. Responden rata-rata memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 – 4 orang. Strata I dan II memiliki tanggungan jumlah anggota keluarga sebanyak 3 – 4 orang dengan masing – masing presentase sebesar 52,63% dan 85,71%, sedangkan untuk strata III mayoritas jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 – 6 orang yaitu sebesar 75%. Pendapatan usaha ternak sapi perah yang diperoleh peternak di Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang pada strata I lebih efisien daripada strata II dan strata III. Biaya produksi yang dikeluarkan 27.613/ST/hari dibandingkan Rp. 26.899/ST/hari dan Rp. 26.271/ST/hari. Strata I memperoleh penerimaan lebih besar (Rp.45.861/ST/hari) dibandingkan dengan strata II (Rp. 44.440/ST/hari) dan strata III (Rp. 43.293/ST/hari). Keuntungan yang diterima strata I lebih tinggi sebesar (Rp. 18.248/ST/hari) dibandingkan dengan strata II(Rp. 17.541/ST/hari) dan strata III (Rp. 17.022/ST/hari). Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah sebaiknya peternak sapi perah dapat meningkatkan pendapatan peternak dengan cara memperbaiki tata laksana pemeliharaan agar memperoleh hasil produksi sapi perah yang optimal.