Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Nilai Heat Tolerance Coefficiant (Htc) Dan Pertambahan Bobot Badan Kambing Peranakan Ettawa (Pe) Betina Dara
Main Author: | Rohman, Abdur |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/137171/1/skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/137171/ |
Daftar Isi:
- Pengumpulan data penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari hingga April 2014 di Peternakan Kambing PE Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan (2 m dpl) dan Peternakan Agus Farm Kecamatan Bumiaji, Kota Batu (800 m dpl). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan kemampuan adaptasi dan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Kambing PE Betina Dara di dataran rendah 2 m dpl (Peternakan Kambing PE Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan) dan dataran tinggi 800 m dpl (Peternakan Agus Farm Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) berdasarkan nilai Heat Tolerance Coefficient (HTC). Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat penelitian antara lain: termometer, hand tally counter dan timbangan digital, dengan bahan berupa 20 ekor Kambing PE Betina Dara, 10 ekor di Peternakan Kambing PE, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan (dataran rendah) dan 10 ekor di Peternakan Agus Farm, Kecamatan Bumi Aji Kota Batu (dataran tinggi). Kambing dikelompokkan berdasarkan umur dengan kisaran 10-11 bulan dan bobot badan 27-28 kg. Pemberian pakan di dataran rendah berupa kangkung kering fermentasi dan pollard dan di dataran tinggi berupa kangkung kering dan pollard. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif disertai pengamatan secara langsung dengan analisis data Uji-t tidak berpasangan. Variabel yang diamati yaitu frekuensi pernafasan, suhu rektal atau suhu tubuh dan pertambahan bobot badan Kambing PE betina dara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan dataran tidak mempengaruhi nilai HTC diduga ternak sudah beradaptasi sejak lahir, tetapi PBB Kambing PE betina dara berpengaruh nyata (P<0.05). Suhu tubuh kambing PE betina dara di dataran yang berbeda tidak berpengaruh nyata dan frekuensi pernafasan Kambing PE betina dara berpengaruh nyata (P< 0.05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan dataran menyebabkan jumlah frekuensi pernafasan di dataran rendah lebih besar dibandingkan dengan dataran tinggi dan PBB lebih tinggi di dataran tinggi dibandingkan dengan dataran rendah, tetapi suhu tubuh dan nilai HTC tidak terdapat perbedaan yang seknifikan. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu mengunakan kambing PE betina dara yang sama di dataran yang berbeda, sehingga diperoleh informasi tentang daya adaptasi yang akurat untuk menentukan sistem pemeliharaan yang tepat.