Keberhasilan Ib Menggunakan Semen Beku Hasil Sexing Dengan Metode Sedimentasi Putih Telur Pada Sapi Po Cross

Main Author: Rosita, ErlyAnna
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137169/1/A5.pdf
http://repository.ub.ac.id/137169/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilaksanakan di 3 desa yakni Desa Borobunut, Borokemantren, dan Gunung Jati, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang yang dimulai pada bulan Mei-Juli 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur yang ditinjau dari parameter yang terdiri dari Non Return Rate, Service per Conception, Conception Rate. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi PO Cross betina yang siap kawin. Sapi yang digunakan dikategorikan menjadi 27 ekor diinseminasi menggunakan semen tanpa sexing dan 27 ekor diinseminasi menggunakan semen sexing dengan metode sedimentasi putih telur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan (experimental method). Variabel yang diukur adalah Non Return Rate (NRR), Service per Conception (S/C) dan Conception Rate (CR). Pengamatan NRR dilakukan pada hari ke-21, 42, dan 63. Sedangkan pengamatan CR dapat dilakukan pada bulan ke-3 dengan syarat sapi tidak menampakan birahi kembali. Data dianalisis menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas birahi adalah langkah pertama inseminator untuk melakukan IB. IB dapat dilakukan jika menampakkan birahi (+++) atau (++). Parameter keberhasilan IB yang pertama adalah persentase NRR sebesar 74% pada hari ke-21, 74% pada hari ke-42 dan 74% pada hari ke-63 untuk perlakuan semen beku tanpa sexing (P0). Sedangkan untuk perlakuan semen beku sexing menggunakan sedimentasi putih telur (P1) menunjukkan hasil 70% pada hari ke-21, 66% pada hari ke-42 dan 59% pada hari ke-63. Nilai S/C yang diperoleh pada penelitian ini adalah 1,37 untuk P0 dan 1,48 untuk P1. Semen beku kontrol memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan semen beku sexing. Hal ini disebabkan karena adanya kerusakan pada saat prosesing semen sexing. Persentase CR pada P0 diketahui sebesar 74% dan P1 sebesar 59%. Nilai ini dilihat dari NRR, bila akseptor tidak menampakkan birahi sampai dengan NRR ke-3 maka diasumsikan akseptor tersebut bunting. Nilai CR tidak sepenuhnya akurat karena keakuratan nilai CR hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan kebuntingan (PKB) dengan cara palpasi rektal. Kesimpulan penelitian adalah nilai S/C dan CR untuk semua perlakuan masih memenuhi standart keberhasilan IB, walaupun demikian semakin rendah penampakan birahi (+) dan rendahnya nilai NRR dapat memberikan implikasi rendahnya keberhasilan IB. Saran untuk penelitian ini, seharusnya diperlukan ketelitian dalam memproduksi semen beku agar filling dan sealing pada straw tidak terdapat kerusakan sehingga kualitas semen pada saat Post Thawing Motility (PTM) dilapang lebih baik.