Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap Nilai Heat Tolerance Coefficient (Htc) Dan Pertambahan Bobot Badan (Pbb) Kambing Peranakan Ettawa (Pe) Laktasi

Main Author: Putra, TeguhDwi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137158/1/skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/137158/
Daftar Isi:
  • Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April 2014 di Peternakan Kambing PE Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan sebagai lokasi penelitian dataran rendah (2 m dpl) dan Peternakan Agus Farm Kecamatan Bumiaji, Kota Batu sebagai lokasi penelitian dataran tinggi (800 m dpl). Tujuan penelitian untuk membandingkan pengaruh ketinggian tempat terhadap nilai HTC dan Pertambahan Bobot Badan (PBB) Kambing PE laktasi. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 ekor Kambing PE periode laktasi dengan rincian 10 ekor di Peternakan Kambing PE, Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan (dataran rendah) dan 10 ekor di Peternakan Agus Farm, Kecamatan Bumi Aji Kota Batu (dataran tinggi). Kambing dikelompokkan berdasarkan umur dengan kisaran 2-3 tahun, bulan laktasi 3-5 diberi pakan kangkung kering fermentasi (dataran rendah), kangkung kering (dataran tinggi) dan pollard. Pengamatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan dilakukan setiap dua kali sehari pada waktu suhu lingkungan paling rendah (pagi) dan paling tinggi (siang). Nilai HTC dihitung menggunakan rumus Benezra Coefficient dengan menjumlah selisih frekuensi pernafasan pagi dan siang hari dengan selisih suhu tubuh pagi dan siang hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu tubuh, frekuensi pernafasan, nilai HTC dan PBBH di dataran rendah sebesar 38,51±0,10oC (pagi); 38,71±0,09oC (siang); 30,34±0,56 kali/menit (pagi); 34,05±0,88 kali/menit (siang); 2,13±0,04 dan 45,97±12,25 g; sedangkan suhu tubuh, frekuensi pernafasan, nilai HTC dan PBBH di dataran tinggi sebesar 38,23±0,26oC (pagi); 38,50±0,08oC (siang); 28,02±0,44 kali/menit (pagi); 30,47±0,99 kali/menit (siang); 2,10±0,04 dan 49,25±12,82 g. Ketinggian tempat meningkatkan suhu tubuh dan frekuesi pernafasan di dataran rendah dan menurunkan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan di dataran tinggi (P<0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut bahwa ketinggian tempat menyebabkan perbedaan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, tetapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai HTC dan PBB. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan Kambing PE laktasi dan pakan yang sama di ketinggian tempat yang berbeda untuk mengetahui daya adapatasi secara akurat.