Perbedaan Performans Reproduksi Sapi Peranakan Ongole (Po) Dan Sapi Peranakan Limousin Di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban

Main Author: Dharmawan, IbniArief
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/137106/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 April – 23 Mei 2014 di Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan performans reproduksi sapi Peranakan Ongole dan Peranakan Limousin yang meliputi lama kosong, angka kawin per kebuntingan, jarak beranak, dan angka kebuntingan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber infomasi mengenai performans reproduksi sapi Peranakan Ongole dan sapi Peranakan Limousin, sehingga dapat membantu pemerintah mengambil kebijakan dalam pengembangan sapi potong di Indonesia. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekording reproduksi induk sapi Peranakan Ongole (PO) sebanyak 50 ekor dan induk sapi Peranakan Limousin sebanyak 50 ekor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan peternak di lapangan. Data sekunder diperoleh dari data rekording reproduksi petugas inseminator. Variabel yang diamati adalah lama kosong, angka kawin per kebuntingan, jarak beranak, dan angka kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama kosong sapi Peranakan Ongole dan sapi Peranakan Limousin sangat berbeda nyata (P<0,01) yakni 126,68±18,29 hari dan 156,42±23,14 hari. Angka kawin per kebuntingan berturut-turut adalah 1,38 dan 1,34. Jarak beranak sapi PO dan sapi Peranakan Limousin juga sangat berbeda nyata (P<0,01) yakni 409,14±26,50 hari dan 435,36±24,50 hari. Angka kebuntingan sapi PO dan sapi Peranakan Limousin berturut-turut adalah 66% dan 72%. Indek fertilitas sapi PO dan sapi Peranakan Limousin berturut-turut adalah 46,15, dan 22,31. Kesimpulan penelitian adalah performan reproduksi sapi PO lebih baik dibandingkan dengan sapi Peranakan Limousin. Pemerintah disarankan agar lebih mendukung program pengembangan sapi PO karena memiliki performan reproduksi yang lebih baik misalnya dengan cara memberi insentif bagi peternak yang memelihara sapi PO.