Tingkat Residu Pestisida Dalam Daging Kelinci Peranakan New Zealand White Yang Diberi Pakan Limbah Pertanian Kubis (Brassica Oleracea)

Main Author: Sulistyaningsih
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/136908/1/Skripsi_SULISTYANINGSIH_%280910550266%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/136908/
Daftar Isi:
  • Kelinci merupakan salah satu komoditi ternak yang sedang dikembangkan di Indonesia. Pemeliharaan kelinci memiliki potensi biologis dan ekonomi yang tinggi dengan kemampuan berkembang biak 4-6 kali setahun serta mampu menghasilkan anak 4-10 ekor per kelahiran. Kelinci juga berpotensi menghasilkan daging dengan kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat. Kebutuhan pakan kelinci berasal dari hijauan dan konsentrat. Imbangan pakan berupa hijauan dan konsentrat pada peternakan kelinci intensif adalah 50-60 % hijauan, 50-40 % konsentrat, hal ini menunjukkan kebutuhan ternak kelinci akan hijauan cukup besar. Indraningsih, Widiastuti, dan Sani (2010) menyatakan salah satu alternatif penyediaan pakan ternak adalah memanfaatkan limbah pertanian seperti limbah kubis. Tanaman kubis rentan terhadap hama penyakit. Sejauh ini usaha pengendalian masih berorientasi pada penggunaan pestisida. Pestisida sebagai bahan agrokimia untuk mengendalikan hama pada tanaman, namun pemanfaatannya memiliki kelemahan yang dapat menimbulkan keracunan bagi manusia dan hewan non target yaitu timbulnya residu pada produk ternak dan pertanian serta pencemaran lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkan umumnya akibat penggunaan pestisida berlebihan atau tidak mengikuti aturan pakai yang telah ditetapkan oleh produsen. Pestisida seringkali digunakan melebihi dosis yang seharusnya karena petani beranggapan semakin banyak pestisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Pengambilan pestisida oleh tumbuhan yaitu pestisida menembus lapisan bagian luar melalui foliage , epidermis batang, kulit kayu, dan akar. Jalur yang paling umum adalah dinding rambut akar atau sel epidermis akar, stomata dan kutikula sel-sel dalam mesofil spongi dan lentikel atau retakan dalam kutikula. Hewan dalam melakukan pengambilan pestisida dapat terjadi secara langsung dari lingkungan fisik atau dari penyerapan. Spesies daratan penyerapan pestisida yaitu melewati pencernaan melalui makanan dan air yang teracun, melalui penyerapan, melaui penghirupan pestisida yang ada diudara (Connell dan Miller, 1995). Penelitian ini dilakukan 10 April sampai 22 Mei 2013 di Asosiasi peternakan kelinci "Mandiri" milik bapak Winarto, yang beralamat Jl. Glatik RT. 10 RW. 01 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang Jawa Timur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan residu pestisida yang ada pada daun kubis dan pada daging kelinci yang diberi pakan daun kubis, kadar lemak serta kadar air daging kelinci. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kelinci peranakan N ew Zealand White lepas sapih umur 1,5 bulan dan dipelihara hingga umur 3 bulan dengan membedakan kelompok sesuai bobot badan yaitu besar (B), sedang (S), kecil (K) dengan empat kali ulangan.. Metode penelitian yaitu secara eksplorasi dengan pendekatan diskriptif, data sekunder diperoleh dari wawancara kepada petani kubis dan peternak kelinci di lokasi penelitian, sedangkan data primer diperoleh dari data hasil pemeriksaan laboratorium. Pengambilan hijauan daun kubis yaitu mengambil pada petani secara langsung pada saat panen satu minggu sekali dan diberikan pada ternak selama 1 minggu dan untuk dianalisis diambil dari hasil pengumpulan sedikit-sedikit pada saat akan diberikan kepada ternak. Variabel yang diamati residu pestisida, kadar lemak dan kadar air pada daging kelinci. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa jenis residu pestisida pada limbah pertanian kubis yaitu endosulfan, profenofos dan klorprifos masing-masing sebanyak 0,0017; 0,0028; 0,0012 ppm. Sedangkan pada daging kelinci juga terdapat residu pestisida jenis yang sama seperti pada daun kubis yaitu endosulfan, profenofos dan klorprifos. Besarnya residu pestisida masing-masing pada kelompok besar (B) 0,00043; 0,00091; 0,0029 ppm. Kelompok sedang (S) 0,00035; 0,00040; 0,0015 ppm. Kelompok kecil (K) 0,00012; 0,0014; 0,0006 ppm. Kandungan kadar lemak daging kelinci yang diberi pakan hijauan limbah kubis yaitu kelompok besar (B) 3,28+0,17 %; kelompok sedang (S) 2,93+0,24 %; dan kelompok kecil (K) 2,80+0,08 %. Kandungan kadar air pada ternak kelinci yang diberi pakan limbah pertanian kubis yaitu kelompok besar (B) 66,78+0,73 %; kelompok sedang (S) 65,78+0,44 %; dan kelompok kecil (K) 65,55+0,39 %. Kesimpulan penelitian adalah daging kelinci terdapat beberapa residu pestisida namun masih dibawah batas ambang yang ditentukan. Pemberian limbah kubis tidak mempengaruhi kandungan lemak dan kadar air pada daging kelinci. Saran yang dapat diberikan yaitu limbah pertanian yang akan diberikan kepada ternak sebaiknya dilakukan pelayuan atau penginapan beberapa hari agar mengurangi nilai tingkat residu pestisida pada daging kelinci sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.