Kualitas Dan Proporsi Spermatozoa X Dan Y Sapi Limousin Setelah Proses Sexing Menggunakan Gradien Densitas Albumin Putih Telur
Main Author: | Putra, AriaMahendra |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/136874/1/Skripsi_Aria_Mahendra_Putra_0810550070.pdf http://repository.ub.ac.id/136874/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Juni sampai Agustus 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sexing terhadap kualitas dan proporsi spermatozoa X dan Y sapi Limousin menggunakan gradien densitas albumin putih telur dengan pengencer CEP-2 ditambah kuning telur 10% dengan perlakuan waktu inkubasi 10 menit dan 20 menit. Materi penelitian yang digunakan yaitu semen segar dari tiga pejantan sapi Limousin yang dipelihara di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang yaitu dengan kode bull 80545 bernama Andi umur 7 tahun berat badan 870kg, kode bull 80550 bernama Arion umur 7 tahun berat badan 850kg dan kode bull 80893 bernama Dodi umur 4 tahun berat badan 800kg, ditampung rutin dua kali dalam seminggu yaitu hari senin dan kamis, motilitas individu minimal 70% dan motilitas massa ++. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode percobaan. Percobaan dilakukan menggunakan sexing gradien densitas albumin putih telur dengan pengencer CEP-2 ditambah kuning telur 10% dan dilakukan 2 perlakuan yang terdiri dari waktu inkubasi selama 10 menit dan 20 menit, setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 10 kali. Persentase densitas albumin putih telur yang digunakan adalah 3 gradien yaitu 10%, 30%, 50%. Pengamatan kualitas spermatozoa meliputi motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil, sedangkan proporsi spermatozoa X dan Y diamati dengan mencari rata-rata panjang dan lebar kepala spermatozoa. Data yang didapatkan di uji dengan analisis data menggunakan uji t berpasangan dan terlebih dahulu proporsi spermatozoa X dan Y semen segar di uji menggunakan chi-square . Hasil Pengamatan menunjukkan bahwa motilitas, viabilitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil setelah proses sexing di lapisan atas pada inkubasi 10 menit tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan lapisan atas pada inkubasi 20 menit dan berbeda nyata (P<0,05) pada abnormalitas. Viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil setelah proses sexing di lapisan bawah pada inkubasi 10 menit tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan lapisan bawah pada inkubasi 20 menit dan berbeda nyata (P<0,05) pada motilitas. Kualitas spermatozoa setelah proses sexing pada lapisan atas dan lapisan bawah inkubasi 10 menit dan 20 menit tidak berbeda nyata (P>0,05) pada motilitas, viabilitas, abnormalitas dan berbeda nyata (P<0,05) pada konsentrasi dan total spermatozoa motil. Proporsi spermatozoa X tertinggi diperoleh pada lapisan atas inkubasi 20 menit (72,3 ± 2,06%) dan proporsi spermatozoa Y tertinggi diperoleh pada lapisan bawah inkubasi 20 menit (70,9 ± 4,25%). Dapat disimpulkan bahwa persentase motilitas, viabilitas, abnormalitas, konsentrasi dan total spermatozoa motil setelah proses sexing dalam inkubasi 10 menit maupun inkubasi 20 menit secara umum mengalami penurunan jika dibandingkan dengan semen segar dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kualitas dan proporsi spermatoza X dan Y setelah proses sexing. Proporsi spermatozoa X setelah proses sexing tertinggi terdapat pada perlakuan inkubasi 20 menit yaitu dengan nilai spermatozoa X (72,3 ± 2,06%) pada lapisan atas dan proporsi spermatozoa Y setelah proses sexing tertinggi terdapat pada perlakuan inkubasi 20 menit yaitu dengan nilai spermatozoa Y (70,9 ± 4,25%) pada lapisan bawah. Saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut terhadap pembekuan semen setelah proses sexing dan aplikasi semen beku setelah proses sexing pada ternak betina.