Efektivitas pemberian ekstrak temulawak (Curcuma Xanthorriza) dan temuireng (Curcuma aeruginsa) sebagai kontrol Helminthiasis terhadap PCV, Sweating rate dan pertambahan bobot badan pedet sapi potong Brahman Cross lepas sapih
Main Author: | AgusSetiawan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2008
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/136353/1/050801760.pdf http://repository.ub.ac.id/136353/ |
Daftar Isi:
- Penelitian dilaksanakan di Usaha Peternakan Aliansi di Kecamatan Sengon Kabupaten Pasuruan pada tanggal 11 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 5 Oktober 2007. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektifitas pemberian ekstrak temulawak dan temuireng untuk anthelmintik sebagai kontrol helminthiasis terhadap PCV, sweatingrate, dan pertambahan bobot badan pedet sapi potong lepas sapih. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan alternatif anthelmintik alami serta dosis pemberian efektif untuk kontrol helmintiasis. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedet sapi potong lepas sapih dengan kisaran bobot badan 30 – 92 kg sebanyak 30 ekor yang ditempatkan dalam 3 kandang kelompok. Setiap kelompok kandang berisi 10 ekor pedet. Kandang berukuran 5 x 8 m, beratap asbes dengan dinding terbuka dan lantai semen. Pengambilan sampel secara sampling dengan batasan pedet lepas sapih dan tingkat infeksi cacing telah diperiksa sebelum perlakuan dimulai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan tiga macam perlakuan. Perlakuan tersebut adalah P0 : tidak diberikan ekstrak selama penelitian, P1 : diberikan ekstrak tiga hari berturut-turut pada minggu ke-1 tanpa pengulangan, P2 : diberikan ekstrak tiga hari berturut-turut pada minggu ke-1 dan diulang pada minggu ke-4. Setiap minggu diambil sampel feses untuk pemeriksaan EPG. Pengambilan sampel darah dilakukan sebelum perlakuan, memasuki minggu ke-4 dan minggu ke-8. Pengukuran sweating rate dilakukan setiap minggu. Penimbangan pedet dilakukan 2 kali, yaitu awal sebelum perlakuan dan setelah penelitian. Variabel yang diamati meliputi jumlah EPG, nilai PCV, sweating rate, dan pertambahan bobot badan. Hasil pengamatan EPG dan PCV dideskripsikan. Data sweating rate dan PBB dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan diteruskan dengan Uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak akan menurunkan infeksi cacing yang dihitung berdasarkan nilai EPG. Secara statistik pemberian ekstrak berpengaruh nyata untuk meningkatkan bobot badan, metabolisme tubuh serta daya adaptasi terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan sweating rate . Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak temulawak dan temuireng dapat digunakan sebagai alternatif anthelmintik alami untuk mengontrol helminthiasis , serta meningkatkan status kesehatan untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang optimal. Dosis pemberian yang efektif adalah 250 mg/ekor/pemberian selama 3 hari berturut-turut.