Estimasi parameter genetik sifat produksi kambing persilangan Boer dan Peranakan Etawah (PE) di beberapa wilayah

Main Author: YuliArifTriBudi
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/136339/1/050801256.pdf
http://repository.ub.ac.id/136339/
Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Wonosari Kab. Malang, Kecamatan Ngunut Kab. Tulung Agung dan Kecamatan Ngancar Kab. Kediri, pada bulan Mei sampai Juli 2007. Tujuan penelitian adalah untuk menduga nilai heritabilitas dan korelasi genetik berat lahir dan berat sapih pada kambing persilangan Boer dan PE. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemuliaan ternak khususnya seleksi sehingga dapat meningkatkan mutu genetik ternak dan sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. Materi penelitian adalah catatan berat lahir dan berat sapih keturunan pertama (F1) kambing hasil persilangan kambing Boer dengan kambing PE yang berjumlah 76 ekor masing-masing 28 ekor di Wonosari, 25 ekor di Ngunut dan 23 ekor di Ngancar serta catatan galur pejantan yang digunakan. Metode penelitian adalah survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Data berat lahir dan berat sapih terkoreksi umur sapih 90 hari. Pendugaan heritabilitas dan korelasi genetik menggunakan analisis tersarang. Hasil penelitian menunjukan pendugaan nilai heritabilitas berat lahir dan berat sapih di Wonosari, Ngunut dan Ngancar masing-masing sebesar 0,47+0,90; 0,26+1,40; 0,28+0,67 dan 0,58+0,78; 0,62+1,43; 0,62+0,87. Pendugaan nilai korelasi genetik antara berat lahir dengan berat sapih di Wonosari diperoleh nilai positif sebesar 0,76+0,60, sedangkan di Ngunut dan Ngancar bernilai negatif yaitu -0,07+ 0,16 dan -0,57+2,22 Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai heritabilitas berat lahir dan berat sapih tidak dapat dijadikan pedoman seleksi di wilayah tersebut. Nilai korelasi genetik di wilayah Wonosari dapat dijadikan pedoman seleksi, sedangkan di Ngunut dan Ngancar tidak dapat dijadikan pedoman seleksi. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut menggunakan sampel ternak yang lebih banyak.