Kajian Potensi Kandungan Senyawa Aktif Ekstrak Metanol Sargassum Sp. Melalui Metode Skrining Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan

Main Author: Miftahudin
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/135929/1/ARTIKEL_SKRIPSI_MIFTAHUDIN_125080101111035_MSP.pdf
http://repository.ub.ac.id/135929/2/PKM_MIFTAHUDIN_125080101111035_MSP.pdf
http://repository.ub.ac.id/135929/3/SKRIPSI_MIFTAHUDIN_125080101111035_MSP.pdf
http://repository.ub.ac.id/135929/
Daftar Isi:
  • Rumput laut (seaweed) termasuk dalam kelompok tanaman laut yang dikenal sebagai alga (ganggang). Estimasi jumlah rumput laut yang tersebar di dunia adalah sekitar 45.000 jenis. Makroalga laut ini dikategorikan berdasarkan pigmentasinya, morfologi, anatomi dan komposisi nutrisinya, yaitu alga merah (Rhodophyta), alga coklat (Phaeophyta), dan alga hijau (Clorophyta). Sargassum sp adalah genus dari alga cokelat, rumput laut dalam ordo Fucales. Spesies ini terdistribusi di seluruh iklim dan lautan tropis dunia, di mana mereka umumnya menghuni perairan dangkal dan terumbu karang. Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batu, pada daerah intertidal maupun subtidal. Kandungan senyawa yang terdapat di dalam Sargassum sp. bermanfaat di bidang kesehatan, mikrobiologi, enzimologi, dan ekotoksikologi, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa Sargassum sp. ini juga berperan sebagai antioksidan. Kandungan polifenol yang terdapat rumput laut memiliki manfaat salah satunya adalah sebagai antioksidan sehingga diperkirakan mampu mencegah berbagai penyakit degeneratif maupun penyakit karena tekanan oksidatif, di antaranya kanker, penuaan, dan penyempitan pembuluh darah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2016, di laboratorium Kimia Organik dan Biologi Genetika Universitas Islam Negeri Malang, dan laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya serta di UPT. Materia Medika Batu, Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam Sargassum sp, mengetahui ulangan mana yang memiliki total asam askorbat tertinggi dari ekstrak Sargassum sp, dan mengetahui aktivitas ekstrak Sargassum sp sebagai antioksidan serta mengetahui nilai IC50 nya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, secara aktual dan cermat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode DPPH. Pertama pembuatan larutan uji dan larutan senyawa pembanding, pembuatan larutan DPPH, pengukuran absorban peredaman radikal bebas senyawa uji, pengukuran absorbansi peredaman radikal bebas, senyawa pembanding masing-masing seri larutan pembanding (0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm, 0,5 ppm) diambil sebanyak 1,5 ml dan ditambahkan 3 ml larutan DPPH, kemudian dihomogenkan, dan diinkubasi selama 30 menit. Langkah selanjutnya diukur absorbansinya pada λ 570 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antioksidan ekstrak rumput laut sargassum sp tergolong tidak aktif karena diperoleh data persamaan regresi y = 0,036x + 39,54 yang didapat dari hubungan antara konsentrasi (x) dan %inhibisi (y). Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan nilai IC50 ekstrak Sargassum sp., dengan mensubtitusikan y = 50 . Hasil dari perhitungan tersebut didapat nilai IC50 sampel ekstrak sebesar 283,333 ppm. Nilai IC50 tersebut tergolong tidak aktif karena >200 ppm, Jadi dengan kata lain, ekstrak metanol rumput laut Sargassum sp. ini tidak aktif dalam menangkal radikal bebas. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ekstrak Sargassum sp. tergolong sebagai antioksidan tidak aktif karena nilainya melebihi acuan yang telah ada yaitu vii > 200 ppm, dapat dikatakan bahwa ekstrak Sargassum sp. tidak aktif dalam menangkal radikal bebas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sehingga saran yang dapat disampaikan sebaiknya dalam proses pengeringan dilakukan pada saat musim kemarau. Pengeringan pada saat musim hujan akan membuat ruangan untuk mengangin-anginkan rumput laut menjadi lembab, sehingga membuat rumput laut cepat kering dan berjamur yang dapat mengakibatkan rusaknya kandungan di dalamnya. Selain itu, untuk penelitian lebih lanjut diperlukan pengujian aktivitas antioksidan pada rumput laut segar, karena pada bahan segar kandungan gizi di dalamnya belum banyak hilang melalui proses pengolahan.