Deteksi Senyawa Bioaktif Enkpasulat Ekstrak Kasar Teh Daun Alga Coklat Sargassum cristaefolium Tersalut Kitosan dan Maltodekstrin

Main Author: Pradanto, SriArgo
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/135916/1/Artikel_Skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/135916/2/Skripsi-SRI_ARGO_PRADANTO-125080300111030-THP.pdf
http://repository.ub.ac.id/135916/3/PKM_Sri_Argo_Pradanto_125080300111030_THP.pdf
http://repository.ub.ac.id/135916/
Daftar Isi:
  • Salah satu hasil laut yang cukup melimpah dan berpotensi untuk dikembangkan adalah rumput laut atau alga. Alga coklat merupakan salah satu jenis alga yang memiliki banyak spesies, salah satu di antaranya adalah Sargassum cristaefolium. Pemanfaatan paling dominan dari alga coklat adalah sebagai bahan baku produksi alginat, sedangkan pengembangan usaha untuk menghasilkan senyawa bioaktif dari alga jenis ini di Indonesia tergolong masih sedikit. Di sisi lain, alga coklat masih belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan seringkali dianggap menggangu dan diabaikan. Penelitian mengungkapkan bahwa alga coklat memiliki berbagai jenis senyawa bioaktif yang bermanfaat. Alga coklat Sargassum dilaporkan mengandung senyawa bioaktif antioksidan berupa fenol dan turunannya (flavonoid). Adapun penelitian tentang spesies alga coklat S. cristaefolium telah dilaporkan bahwa spesies tersebut mengandung senyawa flavonoid. Namun, salah satu kelemahan senyawa bioaktif tersebut adalah mudah mengalami kerusakan sehingga diperlukan perlindungan dengan enkapsulasi yang salah satunya menggunakan bahan penyalut berupa kitosan dan maltodekstrin. Ekstrak S. cristaefolium yang telah tersalut kemudian harus terlepaskan kembali (release) dari penyalutnya saat dikonsumsi agar bioaktif dari ekstrak teh tersebut dapat diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh. Selain itu, sifat enkapsulat yang dihasilkan akan menentukan pengaplikasiannya pada bidang pangan. Diduga di salah satu kondisi pH saluran pencernaan tersebut penyalut dapat mulai terlepas sehingga menyebabkan keluarnya senyawa bioaktif. Adapun untuk aplikasi bidang pangan yang sesuai diduga enkapsulat mampu melindungi senyawa yang disalut saat diaplikasikan. Setelah melewati tahap pelepasan tersebut, perlu diketahui senyawa bioaktif yang masih berada pada enkapsulat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis senyawa bioaktif yang terkandung dalam enkapsulat ekstrak kasar the daun S. cristaefolium tersalut kitosan dan maltodekstrin setelah mengalami perlakuan pH. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2016. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif-deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan senyawa bioaktif dari enkapsulat ekstrak the daun S. cristaefolium tersalut kitosan dan maltodekstrin dengan data yang diperoleh dari pengujian kromatografi metode KLT, perhitungan rendemen, pengujian SEM, spektrofotometri UV-Vis metode AlCl3, FTIR dan LC-MS metode ESI positif. Hasil penelitian menunjukkan enkapsulat ekstrak kasar teh daun alga coklat S. cristaefolium tersalut kitosan dan maltodekstrin berdasarkan hasil uji KLT positif mengandung flavonoid yang diduga kuersetin yang ditandai dengan bercak kuning. Rendemen enkapsulat sebesar 58,56%. Hasil identifikasi senyawa dengan spektrofotometri UV-Vis menunjukan bahwa terdapat serapan pada λmax 404 nm dengan absorbansi tertinggi dan total flavonoid tertinggi pada perlakuan pH 3 sebesar 0,7001 dan 2,8903 mgQE/g. Hasil pengamatan dengan SEM menunjukkan ekapsulat dengan perlakuan pH 3 memiliki struktur permukaan yang paling rusak. Hasil uji FT-IR, dan LC-MS terhadap sampel tersebut, gugus-gugus yang terdeteksi antara lain O-H, C=O, C-O, C-H, dan C=C dan berat molekul sanyawa dugaan sebesar 314 m/z (Rt 0,8). Dengan demikian, vii enkapsulat ekstrak kasar teh daun S. cristaefolium diduga mengandung senyawa flavonoid yaitu 3,7-Dihidroksi-3,4-dimetoksiflavon dengan rumus kimia C17H14O6.