Upaya Perbaikan Kualitas Parasitoid Trichogramma Japonicum Ashmead Hasil Pembiakan Massal Di Laboratorium
Main Author: | Syarifah, Indriatus |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/13562/1/INDRIATUS%20SYARIFAH.pdf http://repository.ub.ac.id/13562/ |
Daftar Isi:
- Salah satu hama utama pada perkebunan tebu di Indonesia adalah penggerek pucuk Scirpophaga excerptalis Walker. Serangan hama dapat menyebabkan kerusakan atau kematian pada batang tebu. Pelepasan Trichogramma japonicum di beberapa negara terbukti efektif dalam mengendalikan hama tebu maupun hama lain (Virk, 2011). Namun, terdapat beberapa faktor yang yang mempengaruhi ke efektifan parasitoid ketika dilepas dilahan, antara lain waktu pelepasan, dosis yang dilepaskan, kesesuaian agens hayati dengan hama target dan kualitas agens hayati yang dikembangkan (Marwoto, 2011). Perbanyakan T. japonicum di laboratorium secara terus menerus, dapat menurunkan kualitas parasitoid karena pembiakan yang tidak memperhatikan biologi parasitoid. Hasil pengamatan terhadap kualitas parasitoid T. japonicum di laboratorium hayati pada beberapa pabrik gula di Indonesia pada tahun 2011, menunjukkan kualitas parasitoid seperti parasitasi, imago betina dan malformasi sayap masih belum memenuhi standar (Achadian, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan teknik perbanyakan yang tepat untuk memperbaiki kualitas pias T. japonicum hasil pembiakan massal di laboratorium pabrik gula terutama meningkatkan parasitasi, kemunculan imago, nisbah kelamin dan kebugaran parasitoid di laboratorium. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Kebun Percobaan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Pasuruan pada bulan Juli sampai November 2017. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan terdiri dari T1 yaitu infestasi parasitoid pada inang asli S. excerptalis, T2 yaitu out crossing dengan koloni T. japonicum dari lapangan, T3 yaitu out crossing dengan koloni T. japonicum dari lab lain dan T4 yaitu reisolasi parasitoid dari kurungan di rumah kaca. Variabel pengamatan terdiri dari persentase parasitasi, kemunculan imago, persentase nisbah kelamin, dan kebugaran parasitoid. Semua data dianalisis menggunakan ANOVA dengan aplikasi DSAASTAT. Jika pengaruh perlakuan berbeda nyata maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan taraf 5% (Duncan Multiple Random Test). Analisis efektivitas dan efisiensi masing-masing perlakuan dilakukan dengan menghitung rata-rata masing-masing variabel dari generasi pertama sampai generasi ketiga. Kemudian dilakukan sistem skoring dengan rentang skor 1-4. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan terhadap persentase parasitasi, kemunculan imago, persentase nisbah kelamin, dan kebugaran parasitoid. Persentase parasitasi T. japonicum pada semua perlakuan di setiap generasi masih rendah, namun perlakuan T4 reisolasi parasitoid dari kurungan di rumah kaca menunjukkan trend persentase parasitasi yang terus meningkat dari generasi pertama sampai generasi ketiga. Persentase parasitasi berhubungan dengan persentase kemunculan imago. Telur inang yang telah terparasit, dapat menetas atau tidak menetas di karenakan parasitoid mengalami kematian saat masih di dalam telur inang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rendahnya nutrisi inang bagi parasitoid. Kemunculan imago tertinggi terdapat pada perlakuan T4 reisolasi parasitoid dari kurungan di rumah kaca yaitu sebesar 65,94% pada generasi ketiga. Selanjutnya persentaseii betina tertinggi terdapat pada perlakuan T4 reisolasi parasitoid dari kurungan di rumah kaca dengan persentase 63,60% dan kebugaran parasitoid tertinggi terdapat pada perlakuan T1 yaitu infestasi parasitoid pada telur inang dengan persentase parasitoid yang mengalami malformasi sayap sebesar 0,71%. Hasil skoring efektivitas dan efisiensi menunjukkan bahwa perlakuan T4 reisolasi parasitoid dari kurungan di rumah kaca memiliki nilai skoring paling tinggi yaitu sebesar 19, sehingga perlakuan T4 dapat menjadi alternatif bagi pabrik gula dalam memperbaiki kualitas parasitoid hasil pembiakan massal di laboratorium sebelum dilakukan pelepasan parasitoid ke lahan.