Pengaruh Kerapatan Mangrove Terhadap Kepadatan Bivalvia Di Kawasan Mangrove Pesisir Pantai Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Surabaya Jawa Timur

Main Author: WkKusumawati
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/135497/1/ARTIKEL_SKRIPSI_FIX.pdf
http://repository.ub.ac.id/135497/2/SKRIPSI_FIX.pdf
http://repository.ub.ac.id/135497/
Daftar Isi:
  • Mangrove merupakan ekosistem yang menunjang kegiatan perikanan karena menyediakan perlindungan dan makanan berupa bahan-bahan organik yang masuk ke dalam rantai makanan. Hal ini sangat penting dalam siklus hidup berbagai jenis ikan, udang dan moluska. Salah satu biota yang melimpah pada habitat mangrove adalah bivalvia. Pesisir pantai Tambak Wedi terletak di sebelah timur laut Surabaya yaitu pada Kecamatan Kenjeran. Penggunaan area mangrove untuk berbagai kepentingan ini tentu akan mempengaruhi kerapatan mangrove dan biota yang ada di dalamnya termasuk bivalvia. Banyak anggapan apabila semakin tinggi kerapatan mangrove maka kepadatan bivalvia akan semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena perbedaan kerapatan mangrove berpengaruh terhadap jumlah makanan dari bivalvia yang berupa serasah dari guguran daun, ranting dan cabang dari mangrove. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kerapatan mangrove terhadap kepadatan bivalvia di Tambak Wedi. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kawasan mangrove pesisir Pantai Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya dan Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. Pelaksanaan kegiatan ini dimulai pada bulan Maret 2014 selama empat minggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan materi penelitian meliputi kerapatan mangrove, kepadatan bivalvia, dan kualitas lingkungan yang meliputi kualitas air (suhu, salinitas, pH air, oksigen terlarut, pasang surut) serta substrat (pH tanah, bahan organik tanah, tekstur tanah). Data kerapatan mangrove diambil dengan metode transek kuadrat berukuran 10 x 10 m2, 5 x 5 m2, dan 1 x 1 m2. Data kepadatan bivalvia diambil dengan metode transek berukuran 1 x 1 m2. Pengambilan sampel bivalvia dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Pengaruh kerapatan mangrove terhadap kepadatan bivalvia dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji perbandingan berganda. Hasil analisis kerapatan mangrove menunjukkan bahwa kerapatan mangrove total (pohon, belta, dan semai) tertinggi berada pada stasiun 3 sebanyak 161.175 ind/Ha, diikuti stasiun 2 sebanyak 83.750 ind/Ha, dan yang terendah adalah stasiun 1 sebanyak 11.960 ind/Ha. Mangrove yang ditemukan di pesisir Tambak Wedi terdiri dari 4 spesies yaitu Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora mucronata, dan Soneratia alba. Hasil analisis kepadatan bivalvia menunjukkan bahwa kepadatan bivalvia tertinggi berada pada stasiun 2 sebanyak 104 ind/m2, diikuti stasiun 1 sebanyak 68 ind/m2, dan yang terendah berada pada stasiun 3 sebanyak 62 ind/m2. Bivalvia yang ditemukan terdiri dari 6 spesies yaitu Polymesoda expansa, Musculista senhousia, Austrovenus stutchburyi, Pharella javanica, Marcia hiantina dan Anadara granosa. Kualitas air dan substrat pada kawasan mangrove Tambak Wedi masih baik untuk kehidupan bivalvia, kecuali pada parameter salinitas dan oksigen terlarut yaitu suhu berkisar 27,2 - 33,50C, salinitas berkisar 4 - 28 ppt, oksigen terlarut berkisar 3,0 – 7,1 mg/l dan pH air berkisar 6,4 - 9,04. Tipe pasang surut yaitu campuran condong harian ganda. Tekstur tanah pada stasiun 1 yaitu liat, stasiun 2 yaitu lempung berpasir, dan stasiun 3 yaitu liat berdebu dengan pH tanah berkisar 6,4 - 7,4 dan bahan organik tanah berkisar 1,01 - 10,42%. Hasil analisis Kruskal-Wallis dan uji perbandingan berganda menunjukkan bahwa kerapatan mangrove stasiun 2 paling mempengaruhi kepadatan bivalvia di Tambak Wedi. Mangrove stasiun 2 yang rapat pada famili Avicenniaceae juga memproduksi serasah mangrove paling banyak dari famili Avicenniaceae. Mangrove Avicenniaceae merupakan mangrove yang paling cepat terdekomposisi. Kondisi lingkungan (suhu, pH, oksigen terlarut, dan salinitas) stasiun 2 merupakan yang paling optimal untuk mempercepat proses dekomposisi. Kerapatan mangrove mempengaruhi kepadatan bivalvia jika dikaitkan dengan pemenuhan makanan untuk bivalvia. Makanan bivalvia bisa terpenuhi jika mangrove yang rapat merupakan dari jenis mangrove yang menghasilkan serasah paling banyak dari jenis mangrove yang paling cepat terdekomposisi dan didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal untuk proses dekomposisi serasah mangrove tersebut. Apabila serasah banyak dan terdekomposisi dengan cepat maka bahan organik sebagai makanan dari bivalvia akan lebih banyak tersedia sehingga kepadatan bivalvia juga meningkat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kepadatan bivalvia pada kawasan mangrove Tambak Wedi dipengaruhi oleh kerapatan mangrove. Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan kepadatan bivalvia mangrove adalah dengan cara menjaga kondisi lingkungan mangrove tersebut melalui penanaman mangrove, pembersihan dari sampah dan pembentukan badan pengawas kawasan mangrove. Penyuluhan juga perlu dilakukan agar warga sekitar tidak membuang sampah pada kawasan mangrove Tambak Wedi.