Analisis Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Insang, Lambung Dan Otot Kerang Hijau (Perna Viridis L) Di Perairan Ngemboh Gresik, Perairan Banyu Urip Gresik Dan Perairan Kenjeran Surabaya
Main Author: | MaulindhaIlhamSholihah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/135362/1/ARTIKEL.pdf http://repository.ub.ac.id/135362/2/DAFTAR_PUSTAKA.pdf http://repository.ub.ac.id/135362/3/COVER.pdf http://repository.ub.ac.id/135362/4/ISI.pdf http://repository.ub.ac.id/135362/5/LAMPIRAN.pdf http://repository.ub.ac.id/135362/ |
Daftar Isi:
- Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi kekayaan semberdaya alam yang sangat besar, namun kawasan pesisir juga dikenal rentan akan terjadinya pencemaran. Pencemaran berasal dari bahan organik maupun anorganik dari limbah industri yang dapat berupa padatan maupun cairan yang mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya seperti logam berat. Salah satu contoh logam berat yang terkandung adalah kadmium. Kadmium merupakan salah satu logam berat yang menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem maupun manusia. Apabila Cd masuk kedalam tubuh maka sebagian besar akan terakumulasi dalam ginjal dan hati, serta sebagian akan dikeluarkan melalui saluran pencernaan. Organisme perairan dapat mengakumulasi Cd dari air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi. Kerang hijau ( Perna viridis L) merupakan jenis organisme khas yang dapat mengakumulasi logam berat, dikarenakan kerang mempunyai mobilitas yang rendah sehingga adanya logam berat didalam tubuhnya dipandang dapat mewakili keberadaan logam berat yang terdapat di habitatnya. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kandungan logam berat Cd pada insang, lambung dan otot Kerang Hijau, air dan sedimen dan menganalisis perbedaan kandungan logam berat Cd pada insang, lambung dan otot kerang hijau di ketiga lokasi pengamatan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2016 di Perairan Ngemboh Gresik, Perairan Banyu Urip Gresik dan Perairan Kenjeran Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan data dan fakta yang ada. Data sekunder diperoleh dari laporan, jurnal, e-book serta perpustakaan. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan uji kruskal-wallis dan dilanjutkan dengan uji post hoc mann whitney. Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan kandungan logam berat pada organ insang, lambung dan otot antar lokasi pengamatan. Sampel kerang, air dan sedimen dianalisis kandungan logam berat Cd di laboratorium menggunakan AAS. Total jumlah kerang hijau yang dipakai adalah 27 ekor, dimana setiap lokasi pengamatan masing-masing berjumlah 9 ekor dengan pengamatan dilakukan 3 kali ulangan. Pengukuran kualitas air yang dilakukan meliputi suhu, salinitas, pH, DO dan TOM. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil rata-rata kandungan logam berat Cd pada organ insang kerang hijau adalah 0.1367±0.0151 ppm untuk perairan Ngemboh, 0.1264±0.0078 ppm untuk perairan Banyu Urip, dan 0.1853±0.0130 ppm untuk perairan Kenjeran. Pada organ lambung didapatkan nilai rata-rata kandungan logam berat Cd sebesar 0.2157±0.0232 ppm untuk perairan Ngemboh, 0.1846±0.0237 ppm untuk perairan Banyu Urip dan 0.2695±0.0171 ppm untuk perairan Kenjeran. Pada organ otot, didapatkan nilai rata-rata kandungan logam berat Cd sebesar 0.0849±0.0137 ppm untuk perairan Ngemboh, 0.0515±0.0072 ppm untuk perairan Banyu Urip, dan 0.1076±0.0078 ppm untuk perairan Kenjeran. Berdasarkan data tersebut, otot menunjukkan nilai yang paling rendah dibandingkan dengan organ lainnya dengan urutan lambung > insang > otot. Akumulasi logam pada organ lambung disebabkan karena lambung merupakan tempat penyerapan sari-sari makanan. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kerang diserap secara filter feeder non selektif, sehingga pada saat kerang menyerap makanan di sekitarnya, ion logam berat ikut masuk ke dalam tubuhnya, kemudian terakumulasi di dalam tubuh kerang. Insang sebagai organ pernapasan kerang, memungkinkan organ tersebut terpapar logam secara langsung dari perairan. Akumulasi logam berat yang rendah pada otot, disebabkan karena otot bukan merupakan organ utama akumulasi, logam berat yang terdapat pada otot diperoleh dari saluran pembuluh darah yang dilalui oleh darah kerang yang mengandung logam berat. Rata-rata kandungan logam berat Cd pada air sebesar 0.0074±0.0018 ppm untuk Perairan Ngemboh, 0.0069±0.0018 ppm untuk Perairan Banyu Urip dan 0.0095±0.0025 ppm untuk perairan Kenjeran. Rata-rata kandungan logam berat Cd pada sedimen sebesar 0.5656±0.0943 ppm untuk Perairan Ngemboh, 0.3266±0.0563 ppm untuk Perairan Banyu Urip dan 0.6682±0.01414 ppm untuk Perairan Kenjeran. Berdasarkan Kepmen LH nomor 51 Tahun 2004 bahwa batas nilai Cd maksimum untuk air laut dan biotanya adalah 0.001 ppm sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi perairan Ngemboh, Banyu Urip dan Kenjeran sudah terkontaminasi logam berat Cd. Berdasarkan hasil uji kruskal-wallis diperoleh nilai H pada insang sebesar 7.386, pada lambung sebesar 7.386 dan pada otot sebesar 7.386. Nilai H yang diperoleh pada insang, lambung dan otot kerang hijau menunjukkan lebih dari 5.6 (nilai kritis yang diperoleh dari Tabel Kruskal-Wallis) yang berarti bahwa ada perbedaan pada kandungan logam berat Cd pada insang, lambung dan otot. Selanjutnya dilakukan uji post hoc dengan uji Mann-Whitney untuk menetukan kelompok mana yang signifikan. Data pengukuran kualitas air di ketiga lokasi pengamatan adalah suhu berkisar antara 31°C -32°C, derajat Keasaman (pH) berkisar antara 7.6 – 8.7, salinitas 25-18 ppt, DO 4.2 mg/l – 7.22 mg/l dan nilai TOM berkisar antara 14.33 mg/l – 31.18 mg/l.