Studi Komunitas Kelomang (Anomura) Pada Ekosistem Mangrove Di Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur

Main Author: NoviaAristaSari
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/135344/1/SKRIPSI_NOVIAARISTASARI_125080100111001_STUDI_KOMUNITAS_KELOMANG_ANOMURA_PADA_EKOSISTEM_MANGROVE_DI_DESA~0.pdf
http://repository.ub.ac.id/135344/
Daftar Isi:
  • Kelomang (Anomura) merupakan salah satu hewan unik yang termasuk dalam kelompok krustacea dari ordo decapoda. Kelomang ini memiliki banyak keunikan diantaranya mempunyai nama yang cukup unik yaitu kepiting pertapa (hermit crab), ini karena kebiasaan kelomang yang bersembunyi di dalam cangkang seperti seorang pertapa yang hidup sendirian di dalam gua. Seperti pendapat dari Mesce (1993) bahwa kelomang adalah hewan yang termasuk class krustacea, ordo decapoda yang menggunakan cangkang kosong dari organisme lain yang berfungsi sebagai rumah dan melindungi diri dari serangan predator. Menurut Suryari (2013) kelomang memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan habitatnya. Pada prinsipnya kelomang terbagi menjadi dua golongan yaitu kelomang darat atau biasa disebut dengan land hermit crab dari familia Coenobitidae dan kelomang air atau yang biasa disebut dengan aquatic hermit crab dari familia Diogenidae dan Paguridae. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas kelomang (Anomura) dan mengetahui penyebarannya berdasarkan tekstur tanah yang dihuni. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada bulan mei hingga juni 2016. Pengujian tekstur tanah, bahan organik dan pH tanah dilakukan di Laboratorium kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu metode penentuan stasiun secara acak dengan tujuan tertentu sehingga didapatkan stasiun penelitian terbagi menjadi tiga yaitu stasiun satu di daerah hutan mangrove pada bagian tengah, stasiun dua di daerah tepi muara sungai pada bagian depan dekat pantai dan stasiun tiga pada daerah pertambakan pada bagian belakang. Pengambilan sampel kelomang menggunakan transek berbentuk persegi empat ukuran 10m x 4m, dengan cara penggunaannya diawali dengan menarik garis lurus sejauh 10 meter, kemudian berjalan di atas garis tersebut dengan menoleh ke kanan dan ke kiri lalu memandang sejauh 2 meter dimasing-masing arah untuk melihat pergerakan kelomang. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan enam spesies yaitu Clibanarius infraspinatus dengan kepadatan di stasiun satu hingga tiga berkisar 1389 ind/ha - 4278 ind/ha. Clibanarius longitarsus dengan kepadatan di stasiun satu hingga tiga berkisar 3472 ind/ha - 9972 ind/ha. Clibanarius merguiensis dengan kepadatan di stasiun satu hingga tiga berkisar 806 ind/ha - 1972 ind/ha. Coenobita violascens dengan kelimpahan di stasiun dua 500 ind/ha sedangkan di stasiun satu dan tiga tidak ditemukan spesies tersebut. Coenobita rugosus dengan kelimpahan di stasiun dua 444 ind/ha sedangkan di stasiun satu dan tiga tidak ditemukan spesies tersebut. Coenobita brevimanus dengan kelimpahan di stasiun dua 167 ind/ha sedangkan di stasiun satu dan tiga juga tidak ditemukan spesies tersebut. Kelimpahan relatif spesies Clibanarius infraspinatus di stasiun satu 25%, stasiun dua 24% dan stasiun tiga 24%. Clibanarius longitarsus di stasiun satu 61%, stasiun dua 48 % dan stasiun tiga 62%. Clibanarius merguiensis di stasiun satu 14%, stasiun dua 16% dan stasiun tiga 12%. Coenobita violascens di stasiun dua 5%, Coenobita rugosus di stasiun dua 5% dan Coenobita brevimanus 2%. Indeks kenaekaragaman kelomang keseluruhan stasiun di dapatkan nilai 1,09 yang artinya kenaekaragaman di kawasan mangrove Desa Curahsawo tinggi. Indeks dominasi kelomang memilki nilai 0,41 yang artinya tidak ada spesies kelomang yang mendominasi. Pola penyebaran kelomang secara keseluruhan menunjukan pola penyebaran individu mengelompok. Dilihat dari indeks morisita kelomang 4,50. Kandungan bahan organik berkisar antara 3,21%-4,38%. pH tanah termasuk basa berkisar antara 7,82-7,89. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kondisi spesies kelomang memiliki karakteristik masing-masing terhadap tekstur substrat seperti spesies Clibanarius infraspinatus, Clibanarius longitarsus dan Clibanarius merguiensis lebih menyukai substrat yang cenderung berlempung dan sedikit berpasir, sementara untuk spesies Coenobita violascens, Coenobita rugosus dan Coenobita brevimanus lebih cenderung menyukai substrat liat sedikit berpasir. Keanekaragaman jenis kelomang di kawasan mangrove Desa Curahsawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo masih cukup tinggi, sehingga diharapkan adanya gerakan perlindungan cinta kelomang yang nantinya dapat melindungi komunitas kelomang agar tetap terjaga kenaekaragamannya dan disarankan untuk dilakukannya observasi secara detail terhadap kelomang seperti identifikasi gen atau yang lainnya untuk melengkapi informasi dan pengetahuan tentang kelomang agar lebih spesifik, yang nantinya dapat digunakan sebagai upaya menjaga kelestarian kelomang di kawasan mangrove Desa Curahsawo.