Aplikasi Ekstrak Tanaman Kemangi (Ocimum Sanctum L.) Sebagai Penginduksi Ketahanan Sistemik Dan Inhibitor Infeksi Cucumber Mosaic Virus (Cmv) Pada Tanaman Cabai Besar (Capsicum Annuum L.)

Main Author: Renhard Christoper Manalu Manalu, Manalu
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13525/1/RENHARD%20CHRISTOPER%20MANALU.pdf
http://repository.ub.ac.id/13525/
Daftar Isi:
  • Cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting yang banyak digunakan sebagai rempah di Indonesia. Produktivitas cabai, walaupun meningkat cukup cepat, pada saat ini dapat dikatakan masih relatif rendah berkisar 8,06 ton/ha cabai basah dari target Direktorat Pangan dan Pertanian sebesar 20 ton/ha (Direktorat Pangan dan Pertanian, 2013). Salah satu hal yang menyebabkan masih rendahnya produktivitas cabai besar tersebut adalah karena infeksi penyakit pada tanaman, terkhususnya yang diakibatkan oleh infeksi virus. Salah satu penyakit penting pada tanaman cabai besar yang disebabkan oleh virus adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV). Salah satu cara untuk mengendalikan serangan CMV ialah dengan pemberian ekstrak tanaman kemangi. Tanaman yang diberikan perlakuan ekstrak kemangi mampu mengurangi intensitas serangan CMV pada tanaman cabai. Tujuan dari penelitian ini yaitu agar dapat mengetahui apakah ekstrak tanaman kemangi tersebut dapat berfungsi sebagai penghambat infeksi CMV dan penginduksi ketahanan sistemik pada tanaman cabai juga pada konsentrasi berapa dan berapa kali aplikasi berulang yang efektif dalam perlakuan tersebut. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Toksikologi Pestisida dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Agustus 2017 sampai Januari 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan 2 percobaan. Percobaan pertama menguji peran ekstrak tanaman kemangi sebagai penginduksi ketahanan sistemik pada tanaman cabai menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan sehingga total 20 unit Percobaan. Masing-masing perlakuan yaitu F0 : Tanpa aplikasi ekstrak tanaman kemangi; F1 : Aplikasi sebanyak 1 kali pada umur 18 HST; F2 : Aplikasi sebanyak 2 kali pada umur 18 dan 22 HST; F3 : Aplikasi sebanyak 3 kali pada umur 18, 22, dan 26 HST; F4 : Aplikasi sebanyak 4 kali pada umur 18, 22, 26, dan 30 HST. Percobaan kedua menguji peran ekstrak kemangi sebagai inhibitor infeksi CMV dengan RAL terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing perlakuan yaitu yaitu K0 : Inokulum tanpa dicampur ekstrak tanaman kemangi; K1 : Inokulum dicampur 1500 ppm ekstrak tanaman kemangi; K2 : Inokulum dicampur 3000 ppm ekstrak tanaman kemangi; K3 : Inokulum dicampur 4500 ppm ekstrak tanaman kemangi; K4 : Inokulum dicampur 1500 ppm ekstrak tanaman kemangi. Data pengamatan dianalisis menggunakan uji F taraf 5%, jika berbeda nyata kemudian mengunakan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf kesalahan 5% Hasil penelitian menunjukkan pada percobaan inhibitor CMV masa inkubasi antara 5 sampai 7 hari. Intensitas serangan penyakit tertinggi yaitu F0 sebesar 47,18% dan terendah yaitu F4 sebesar 27,38%. Pada percobaan penginduksi ketahanan tanaman masa inkubasi antara 5 sampai 10 hari. Intensitas serangan penyakit tertinggi yaitu pada K0 sebesar 43,83% dan terendah K4 sebesar 23,12%.ii Tinggi tanaman tertinggi yaitu K2 37,63 cm dan terendah K1 31,97 cm. Jumlah klorofil tertinggi yaitu K4 sebanyak 18,82 mg/l dan terendah K0 sebanyak 16,04 mg/l. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa percobaan belum berhasil dalam menginduksi ketahanan tanaman cabai besar namun memberikan perbedaan yang signifikan pada perlakuan frekuensi sebanyak 2 dan 4 kali. Frekuensi aplikasi sebanyak 4 kali secara berulang (jumlah frekuensi aplikasi tertinggi) bukan merupakan jumlah frekuensi aplikasi paling efektif dalam percobaan yang dilakukan. Pada percobaan inhibitor CMV menunjukkan tidak berhasil dalam menghambat infeksi CMV akibat tidak terdapat pengaruh berbeda nyata pada masa inkubasi CMV meskipun berbeda nyata pada intensitas serangan. Aplikasi konsentrasi sebanyak 6000 ppm (konsentrasi tertinggi) bukan merupakan konsentrasi paling efektif dalam percobaan inhibitor yang dilakukan.