Fitoremediasi Limbah Cair Industri Tapioka dengan Pemanfaatan Tanaman Air Eceng Gondok (Echhornia crassipes) dan Kayu Apu (Pistia stratiotes)

Main Author: Nikmatusya`ban, Farida
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/134901/1/LAPORAN_SKRIPSI-FARIDA_NIKMATUSYA%27BAN-125080101111059-MSP.pdf
http://repository.ub.ac.id/134901/
Daftar Isi:
  • Pertambahan jumlah penduduk turut mendorong perkembangan industri pangan, salah satunya yaitu industri tepung tapioka. Tepung ini berbahan baku singkong dan banyak digunakan masyarakat dalam pembuatan berbagai produk olahan makanan. Proses produksi industri tepung tapioka juga menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun gas. Limbah padat masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun limbah cair biasanya hanya akan dibuang. Limbah cair tapioka mengandung bahan organik tinggi serta zat racun seperti Sianida (CN). Berdasarkan uji awal kandungan limbah cair tapioka, didapatkan kandungan BOD sebesar 2040 ppm, COD 2670 ppm, TSS 3862 ppm, Sianida (CN) 9,3 ppm, serta memiliki pH 4. Besarnya kandungan-kandungan tersebut dalam limbah cair tapioka dapat menyebabkan pencemaran dan meracuni biota, jika limbah ini dibuang ke perairan tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu, mengingat sekarang ini masih banyak industri tapioka skala rumah tangga yang belum memiliki suatu sistem pengolahan limbah. Untuk itu, diperlukan suatu upaya untuk meminimalisir ancaman pencemaran ini. Salah satu cara sederhana dan relatif murah yang dapat dilakukan yaitu dengan fitoremediasi, memanfaatkan tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) untuk menyerap zat pencemar di perairan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas fitoremediasi tanaman air eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) pada air yang terpapar limbah cair tapioka. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Laboratorium Lingkungan Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Brawijaya, Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan 2 perlakuan jenis tanaman yang berbeda yaitu eceng gondok dan kayu apu, serta terdapat bak kontrol yang tidak diberi perlakuan tanaman, dimana masing-masing perlakuan tersebut mendapat 3 kali pengulangan dan mendapat pengaruh waktu dalam proses fitoremediasinya. Konsentrasi limbah tapioka yang digunakan sebanyak 25% dengan berat tanaman yang digunakan ± 200 gram. Penelitian dilakukan selama 8 hari, dengan pengukuran parameter BOD, COD, TSS, Sianida (CN), dan pH setiap 2 hari sekali, serta pengukuran bobot basah tanaman dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan nilai parameter kualitas air pada awal penelitian yaitu BOD sebesar 725 ppm, COD sebesar 1140 ppm, TSS sebesar 1015 ppm, sianida sebesar 8,45 ppm, dan pH sebesar 4,29. Bak penelitian kontrol tanpa perlakuan tanaman, pada akhir penelitian mengalami penurunan nilai BOD menjadi 479 ppm, COD turun menjadi 807,33 ppm, TSS turun menjadi 592,33 ppm, sianida turun menjadi 6,7 ppm, dan nilai pH naik menjadi 5,03. Bak penelitian dengan perlakuan tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) mengalami penurunan nilai BOD menjadi 202 ppm, COD turun menjadi 374,67 ppm, TSS turun menjadi 506,33 ppm, sianida turun menjadi 3,16 ppm, nilai pH naik menjadi 5,92, serta bobot basah tanaman eceng gondok turun dari berat vi awal 203,37 gram menjadi 179,23 gram. Bak penelitian dengan perlakuan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes) pada akhir penelitian mengalami penurunan nilai BOD menjadi 333,67 ppm, COD turun menjadi 553,33 ppm, TSS turun menjadi 564 ppm, sianida turun menjadi 2,79 ppm, pH naik menjadi 5,46, serta bobot basah tanaman kayu apu turun dari berat awal 205,3 gram menjadi 145,47 gram. Hasil analisa sidik ragam dan uji BNT menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan jenis tanaman dan waktu dalam perlakuan terhadap nilai BOD, COD, TSS, sianida, dan pH, dimana F-hitung lebih besar dari F-tabel pada selang kepercayaan 99%. Perlakuan fitoremediasi limbah cair tapioka terbaik pada penelitian selama 8 hari yaitu dengan menggunakan tanaman kayu apu (Pistia stratiotes), terbukti karena kemampuannya menurunkan kadar Sianida (CN) sebagai zat racun lebih tinggi dibandingkan eceng gondok (Eichhornia crassipes). Eceng gondok (Eichhornia crassipes) lebih efektif dalam fitoremediasi limbah cair tapioka ditinjau dari parameter BOD, COD, TSS, dan pH. Bobot basah tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes) dan kayu apu (Pistia stratiotes) mengalami penurunan akibat dari aktifitas fitoremediasi pada limbah cair tapioka. Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya kesadaran dan aksi aktif oleh pelaku industri rumah tangga untuk melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke perairan, sehingga meminimalisir terjadinya pencemaran. Pengolahan limbah cair tapioka dengan fitoremediasi sebaiknya juga memperhatikan waktu daya tahan tanaman terhadap toksisitas limbah, sehingga meminimalisir terjadinya penurunan kualitas air limbah akibat dari banyaknya tanaman yang mati selama proses fitoremediasi. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai besar akumulasi sianida pada tanaman serta penggunaan tanaman jenis lain dalam upaya fitoremediasi limbah cair tapioka.