pengaruh generasi induk ikan nila jatimbulan (Oreochromis niloticus) yang berbeda terhadap keberhasilan proses feminisasi menggunakan pakan berhormon (17 β estradiol)
Main Author: | Prasetiyo, Bayu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/134837/1/3_LAPORAN_SKRIPSI.pdf http://repository.ub.ac.id/134837/ |
Daftar Isi:
- Kebutuhan ikan nila (Oreochromis sp.) bagi masyarakat setiap hari semakin meningkat. Ikan nila jantan memiliki pertumbuhan lebih cepat daripada Ikan Nila betina sehingga budidaya ikan nila monoseks jantan lebih menguntungkan. Produksi ikan nila jantan secara massal tanpa menggunakan hormon dapat dilakukan menggunakan induk ikan nila jantan super bergenotip YY. Proses rekayasa genetika ikan nila bergenotip YY diawali dengan kegiatan feminisasi atau pembuatan induk Ikan Nila betina bergenotip XY. UPT PBAT Umbulan telah berhasil melakukan feminisasi dan mempunyai stok induk generasi 3, 4, dan 5. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari generasi induk nila Jatimbulan terhadap tingkat keberhasilan feminisasi. Penelitian ini dilakukan di UPT PBAT Umbulan pada bulan November 2015 hingga Januari 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga total terdapat 12 obyek yang diamati. Perlakuan Kontrol (tanpa pemberian hormon), perlakuan A (larva dari induk nila Jatimbulan generasi 3), perlakuan B (larva dari induk nila Jatimbulan generasi 4), dan perlakuan C (larva dari induk nila Jatimbulan generasi 5). Data yang diperoleh diuji kenormalan datanya menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, selanjutnya dilakukan analisis varian dengan selang kepercayaan 95%, apabila berbeda nyata dilanjutkan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%. Larva ikan nila pada hari pertama (keluar dari mulut induknya) diberikan pakan pelet yang dicampur hormon estradiol dengan dosis 100 mg tiap 1 kg pakan, diberikan selama 28 hari berikutnya secara adlibitum 3 kali sehari. Setelah itu didederkan di kolam luar ruangan pada hapa diberikan pakan pelet tanpa hormon hingga ukuran diatas 5 cm untuk dilakukan uji gonad menggunakan pewarnaan asetokarmin untuk mengetahui nisbah kelamin betina sebagai parameter keberhasilan feminisasi. Uji kadar hormon estradiol dilakukan pada larva sebelum dan setelah feminisasi menggunakan metode ECLIA di Laboratorium Pusat RSUD Dr. Saiful Anwar Kota Malang. Hasil analisis varian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata pada keberhasilan feminisasi dengan rata-rata persentase ikan betina kontrol 44%, perlakuan A (generasi 3) sebesar 82%, perlakuan B (generasi 4) sebesar 78,6%, perlakuan C (generasi 5) sebesar 71%. Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan C berbeda sangat nyata dengan A dan B, sedangkan antara A dan B tidak berbeda nyata. Analisis varian pada kelulus hidupan (SR) menunjukkan tidak tedapat perbedaan yang nyata pada semua perlakuan termasuk kontrol. Uji kadar hormon estradiol menujukkan pertambahan terbesar pada perlakuan B, diikuti perlakuan A dan paling sedikit perlakuan C. Kualitas air selama kegiatan feminisasi memiliki rata-rata suhu 29,55 °C, pH 7,12 dan DO sebesar 3,23 ppm. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa feminisasi dapat dilakukan pada ikan nila Jatimbulan menggunakan hormon dosis 100 ppm, serta hasil terbaik pada larva dari induk generasi 3 dan 4. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut mengenai aspek reproduksi pada induk hasil feminisasi untuk dapat dimanfaatkan secara langsung.