Ekspresi Metallothionein (MT) pada Insang Kerang Jawa (Corbicula Javanica) dengan Imunohistokimia (IHK) di Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Punten Kota Batu

Main Author: Nurhidayati, Mita
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/134817/1/LAPORAN_SKRIPSI.pdf
http://repository.ub.ac.id/134817/
Daftar Isi:
  • IBAT Punten Kota Batu, merupakan salah satu area budidaya air tawar yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. IBAT Punten ini terdapat kolam tradisional, kolam semi intensif dan kolam intensif. Sumber air di kolam IBAT punten ini berasal dari sungai Brantas, akan tetapi aliran air dari sungai ke kolam ini sudah terkontaminasi oleh limbah dari berbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan perkebunan yang berada di sekitar lokasi IBAT Punten tersebut. Limbah-limbah tersebut akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia dan biologi di dalam perairan tersebut sekaligus dapat menyumbangkan masukan logam berat pada kolam-kolam yang berada di IBAT Punten tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar logam berat yang berada di perairan IBAT Punten dan untuk mengetahui jumlah (densitas dan intensitas) Metallothionein serta untuk mengetahui hubungan (densitas dan intensitas) Metallothionein dengan logam berat (Pb, Cd dan Hg) yang terekspresi pada insang Corbicula javanica di IBAT Punten Kota Batu, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian, kadar logam berat yang berada di air Pb berkisar antara 0.0055 ppm-0.0073ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar Pb masih dibawah baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu Baku mutu Pb dalam perairan sebesar 0,03 ppm. Kadar logam berat Cd berkisar antara 0.0026ppm-0.0054 ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar Cd masih dibawah baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 yaitu baku mutu Cd sebesar 0,01 ppm. Kadar logam berat Hg berkisar antara 0.0029ppm-0.0054ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa kadar Hg sudah berada di atas baku mutu yaitu sesuai Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, yaitu baku mutu Hg di dalam perairan tidak boleh lebih dari 0,002ppm. Dari hasil penelitian pula, ditemukan bahwa nilai densitas Metallothionein pada stasiun I berkisar antara 10,42 x 10-3 MT/μm2 – 12,33 x 10-3 MT/μm2, stasiun II berkisar antara 11,44 x 10-3 MT/μm2 – 12,99 x 10-3 MT/μm2 dan stasiun III berkisar antara 9,61 x 10-3 MT/μm2 – 12,15 x 10-3 MT/μm2. Hasil densitas metallothionein sesuai dengan respon insang kerang jawa terhadap penyerapan logam berat yang menunjukkan kadar logam berat dalam kerang pada stasiun II lebih tinggi jika dibandingkan dengan stasiun I dan III. Seperti halnya dengan hasil analisis densitas metallothionein pada ingsang kerang, hasil penelitian terhadap intensitas Metallothionein menunjukkan bahwa densitas dan intensitas metallothionein memiliki hubungan yang linear. Intensitas Metallothionein yang ditemukan tertinggi pada stasiun II yang merupakan kolam tradisional. Intensitas Metallothionein pada stasiun I berkisar antara 477173 pixel – 726050 pixel, stasiun II berkisar antara 527582 pixel – 695002 pixel dan pada stasiun III berkisar antara 374925 pixel – 693255 pixel. Intensitas warna v Metallothionein berbeda-beda pada setiap stasiun tergantung pada tingkat penyerapan logam berat oleh tubuh kerang. Berdasarkan hasil regresi menggunakan SPSS 16.0 didapatkan hubungan korelasi antara Densitas Metallothionein dengan logam berat Pb, Cd dan Hg sangat kuat, karena r korelasinya berkisar antara 0.779-0.980. Begitu pula dengan Intensitas Metallothionein yang memiliki dengan logam berat Pb, Cd dan Hg sangat kuat, karena r korelasinya berkisar antara 0.811-0.861. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan Metallothionein dalam kerang sebagai biomarker terhadap pencemaran logam berat. Di samping itu juga perlu dilakukan pengawasan lebih lanjut dan pengendalian terhadap pencemaran logam berat baik di perairan maupun di kerang jawa dengan cara meminimalisir pembuangan limbah yang mengandung logam berat ke dalam perairan serta untuk pemanfaatan kerang perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.