Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Desa Les, Kecamatan Tejakula, Bali
Daftar Isi:
- Penelitian Skripsi Ini Dilaksanakan Pada Bulan Februari 2014 Di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali Yang Bertujuan Untuk Mengetahui Pola, Keberlanjutan, Dan Kendala Dalam Mengelola Pesisir Laut Yang Berbasis Keariafan Lokal Yang Dimiliki Desa Les Metode Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Metode Deskriptif Serta Menggunakan Pendekatan Kualitatif Dan Teknik Pengumpulan Data Digunakan Dengan Teknik Focus Group Discussion (Fgd) Dan Participatory Research Aprasial (Pra). Teknik Ini Ditandai Dengan Keterlibatan Aktif Dari Masyarakat Dan Stakeholders (Kepala Desa Les, Ketua Adat Desa Les, Nelayan,, Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Bulelengyang) Menjadi Kelompok Sasaran. Berdasarkan Hasil Penelitian, Desa Les Memiliki Tiga (3) Potensi Utama Sumber Daya Pesisir, Yakni (1) Potensi Perikanan Konsumsi Atau Perikanan Tangkap, (2) Potensi Perikanan Hias, Dan (3) Potensi Di Bidang Ekowisata Bahari. Dalam Memanfaatkan Lingkungan Alam Pesisir Dan Laut Sebagai Ruang Hidup Masyarakat, Desa Les Menggunakan Kearifan-Kearifan Tertentu Seperti Jumlah Ikan Yang Ditangkap (Khususnya Ikan Hias) Sesuai Dengan Permintaan Pengepul Ikan, Pengetahuan Cara Dan Alat Penangkapan Yang Perlu Disiapkan Untuk Melaut, Sistem Pemeliharaan Dan Penjagaan Kelestarian Lingkungan Pesisir Dan Laut, Serta Upacara Adat Yang Dilakukan Di Kawasan Pesisir Dan Laut. Kearifan Masyarakat Pesisir Juga Tampak Dari Adanya Awig-Awig (Aturan Adat), Meski Awig-Awig Tersebut Bukan Awig-Awig Tertulis, Namun Awig-Awig Yang Sifatnya Lisan Dan Bertumpu Pada Pola Kesadaran Masyarakat. Awig-Awig Inii Menyangkut Tentang Larangan Penggunaan Racun Maupun Bom Dalam Pencarian Ikan Di Laut Dan Upaya Menjaga Kebersihan Pantai Dan Laut.Sesama Nelayan Saling Mengawasi Satu Sama Lain. Apabila Ada Yang Melanggar Seperti Menggunakan Potasium, Akan Dikeluarkan Dari Kelompok Nelayan. Sistem Kepercayaan Yang Dianut Oleh Masyarakat Desa Les Sejalan Dengan Ajaran Agama Hindu-Bali. Di Pantai Terdapat Pelinggih (Tempat Pemujaan Dewa, Para Leluhur Dan Orang-Orang Yang Dihormati) Yang Diyakini Sebagai Tempat Memohon Kepada Tuhan Untuk Keselamat Dan Rezeki.Selain Pelinggih Sebagai Tempat Pemujaan, Masyarakat Nelayan Desa Les Juga Mengadakan Upacara “Sedekah Laut” Setiap Satu Tahun Sekali Sebagai Wujud Terima Kasih Masyarakat Kepada Laut Yang Telah Memberi Penghidupan. Kesadaran Dan Semangat Yang Dimiliki Masyarakat Nelayan Ini Adalah Modal Yang Sangat Baik Bagi Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut Di Desa Les. Diperlukan Dukungan Dari Pihak Desa Serta Dinas Kelautan Dan Perikanan Untuk Bersama- Sama Membangun Perikanan Di Desa Les, Namun Hal Ini Justru Menjadi Kendala Bagi Masyarakat Nelayan Karena Pihak Desa Belum Ikut Terjun Langsung Dalam Mengelola Sumberdaya Yang Ada. Selain Kendala Di Atas, Terdapat Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Laut Di Desa Les, Yaitu Tidak Adanya Pendataaan Produksi Hasil Tangkapan Ikan Yang Di Dapat Dari Nelayan.Hasil Tangkapan Akan Langsung Dibeli Oleh Tengkulak Yang Datang. Sehingga Kita Tidak Dapat Mengetauhi Secara Jelas Dan Pasti Tingkat Eksploitasi Perairan Di Desa Les.