Hubungan Kerapatan Mangrove Terhadap Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya Jawa Timur
Main Author: | Pertiwi, AtniaBudi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133742/1/LAPORAN_SKRIPSI_MSP_ATNIA_BUDI_PETIWI_105080103111002.pdf http://repository.ub.ac.id/133742/ |
Daftar Isi:
- Kawasan mangrove di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya mendapat pengaruh yang bervariasi dari lingkungan di sekitarnya seperti terdapat tambak, pemukiman, warung, dan aktivitas nelayan. Selain itu menurut Hidayat (2011), terdapat adanya pembalakan liar dan pembuatan areal pertambakan sejak tahun 2001. Mangrove yang merupakan kawasan lindung mengalami penyusutan sekitar 10 hektar pertahunnya. Akibat dari hal-hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada mangrove baik dari kerapatan mangrove, kualitas air maupun kualitas tanah yang nantinya dapat berdampak pada kepadatan kepiting bakau (Scylla serrata). Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan Kerapatan Mangrove Terhadap Kepadatan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kota Surabaya untuk pengelolaan mangrove secara berkesinambungan. Tujuan dari penelitian ini antara lain kondisi lingkungan (kualitas air dan kualitas tanah), kerapatan mangrove, kepadatan kepiting bakau (Scylla serrata), dan menganalisis hubungan antara kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting bakau (Scylla serrata) di Kelurahan Tambak Wedi. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Waktu pelaksanaan dan pengambilan sampel pada bulan April-Mei 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk penetapan stasiun. Teknik pengambilan mangrove dengan menggunakan transek dengan ukuran (10x10) m2 untuk tingkat pohon, (5x5) m2 untuk tingkat belta, dan (1x1) m2 untuk tingkat semai, pada masing-masing stasiun terdapat 4 plot transek. Teknik pengambilan kepiting bakau (Scylla serrata) dengan menggunakan alat tangkap bubu yang diletakkan pada setiap plot transek dengan ukuran (10x10) m2 sebanyak 3 buah bubu. Parameter pendukung yang diambil pada penelitian antara lain kualitas air (suhu, salinitas, pH air, DO, pasang surut) dan kualitas tanah (pH tanah, bahan organik tanah, tekstur tanah, dan C/N rasio tanah). Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun sebanyak 3 kali pengambilan sampel dengan selang waktu 7 hari sekali. Hasil pengukuran kualitas air pendukung yaitu suhu pada stasiun 1 berkisar 28,3-30,5oC, stasiun 2 berkisar 30,6-33,5oC, dan stasiun 3 berkisar 27,2-33,2oC; salinitas pada stasiun 1 berkisar 27-28 ppt, stasiun 2 berkisar 21-27 ppt, dan stasiun 3 berkisar 4-19 ppt; pH air pada stasiun 1 berkisar 6,40-8,58, stasiun 2 berkisar 7,80-9,04, dan stasiun 3 berkisar 6,76-8,39; DO pada stasiun 1 berkisar 3.0-5,2 mg/l, stasiun 2 berkisar 6,0-7,1 mg/l, dan stasiun 3 berkisar 6,7-6,9 mg/l; pasang tertinggi sebesar 100 cm dan surut terendah sebesar 60 cm. Sedangkan hasil pengukuran kualitas tanah pendukung yaitu pH tanah pada stasiun 1 berkisar 6,4-6,5, stasiun 2 berkisar 6,6-6,7, dan stasiun 3 berkisar 6,6-7,4; bahan organik pada stasiun 1 berkisar 2,76-5,45%, stasiun 2 berkisar 1,01-4,00%, dan stasiun 3 berkisar 4,55-10,42%; C/N rasio pada stasiun 1 berkisar 13-16, stasiun 2 berkisar 10-17, dan stasiun 3 berkisar 12-49; tekstur tanah pada stasiun 1 merupakan liat, stasiun 2 merupakan lempung berpasir, dan stasiun 3 merupakan liat berdebu. Hasil analisis kerapatan mangrove tingkat pohon pada stasiun 1 sebesar 825 ind/ha kategori jarang, stasiun 2 sebesar 750 ind/ha kategori jarang, dan stasiun 3 sebesar 1.250 ind/ha kategori sedang. Kerapatan mangrove tingkat belta pada stasiun 1 sebesar 1.100 ind/ha, stasiun 2 sebesar 800 ind/ha, dan stasiun 3 sebesar 700 ind/ha. Sedangkan kerapatan mangrove tingkat semai pada stasiun 1 sebesar 10.000 ind/ha, stasiun 2 sebesar 82.500 ind/ha, dan stasiun 3 sebesar 80.000 ind/ha. Jenis mangrove pada stasiun pengamatan antara lain Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora mucronata, dan Soneratia alba. Hasil kepadatan kepiting bakau pada stasiun 1 sebesar 600 ind/ha, stasiun 2 sebesar 300 ind/ha dan stasiun 3 sebesar 150 ind/ha. Hasil analisis regresi sederhana untuk mengetahui hubungan antara kerapatan mangrove pada tingkat pohon kepadatan kepiting bakau (Scylla serrata) diperoleh koefisien determinasi (r2) sebesar 0,003, koefisien korelasi (r) sebesar 0,055 dan y = 309,11 + 0,0427x. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu berdasarkan hasil pengukuran kualitas air masih sesuai untuk kehidupan kepiting bakau kecuali pada parameter pH air. Sedangkan hasil pengukuran kualitas tanah juga masih sesuai untuk kehidupan kepiting bakau kecuali pada parameter pH tanah. Kerapatan mangrove tertinggi pada tingkat semai dan kerapatan mangrove tingkat pohon termasuk dalam kategori jarang-sedang. Kepadatan kepiting bakau tertinggi sebesar 600 ind/ha dan terendah sebesar 150 ind/ha. Analisis hubungan kerapatan mangrove terhadap kepadatan kepiting bakau adalah berbanding lurus yaitu apabila semakin tinggi kerapatan mangrove maka kepadatan kepiting bakau juga semakin tinggi. Saran dari penelitian ini adalah agar masyarakat sekitar menjaga kelestarian mangrove serta menanam kembali mangrove sehingga kepiting bakau (Scylla serrata) dapat hidup dan berkembang biak lebih banyak di Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.