Pengaruh Pemberian Hormon Tiroksin dengan Dosis yang Berbeda terhadap Tingkat Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) pada Umur D35-D45
Main Author: | Widhianto, YonnyEka |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133664/1/Yonny_Eka_Widhianto_115080509111006_Skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/133664/ |
Daftar Isi:
- Kerapu bebek memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran lokal maupun ekspor. Semakin meningkatnya permintaan akan ikan kerapu bebek maka semakin meningkat pula penangkapan ikan ini diperairan umum. Hal ini menimbulkan gangguan terhadap kelestarian ekologi sumber daya perikanan.Usaha pengembangan perikanan akan berhasil dengan baik bila ditunjang dengan ketersediaan ikan yang cukup jumlah dan baik mutunya. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan budidaya ikan kerapu bebek. Namun kegiatan budidaya dirasa kurang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen sehingga dibutuhkan inovasi yang baru dan efektif karena sebuah masalah muncul pada proses pembenihan dimana tingkat kelulushidupan dan pertumbuhan yang rendah. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian dan menetapkan dosis terbaik hormon tiroksin terhadap tingkat kelulushidupan dan pertumbuhan ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) umur D35-D45. Penelitian dilakukan di Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur pada bulan November-Desember 2013. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan A adalah perendaman hormon dengan dosis 0 μg/liter (kontrol); perlakuan B dengan dosis 62,50 μg/liter; perlakuan C dengan dosis 70,84 μg/liter dan perlakuan D dengan dosis 79,17 μg/liter. Ikan yang digunakan berasal dari Balai Budidaya Air Payau Situbondo, Jawa Timur dengan padat tebar 1 ekor/liter. Parameter utama yang diukur dalam penelitian ini adalah tingkat kelulushidupan dan pertumbuhan mutlak ikan kerapu bebek. Parameter penunjang yang diukur adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH dan amonia. Untuk perlakuan A didapatkan rata-rata tingkat kelulushidupan sebesar 76%, pertumbuhan panjang 0,37 cm dan pertumbuhan berat 0,11 g; perlakuan B didapatkan rata-rata tingkat kelulushidupan sebesar 80%, pertumbuhan panjang 0,67 cm dan pertumbuhan berat 0,16 g; perlakuan C didapatkan rata-rata tingkat kelulushidupan sebesar 92%, pertumbuhan panjang 1,20 cm dan pertumbuhan berat 0,20 g; perlakuan D didapatkan rata-rata tingkat kelulushidupan sebesar 89%, pertumbuhan panjang 0,52 cm dan pertumbuhan berat 0,16 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan hasil yang berbeda sangat nyata terhadap tingkat kelulushidupan, ini diduga karena hormon tiroksin memberikan pengaruh terhadap tingkat kelulushidupan. Dosis terbaik hormon tiroksin pada tingkat kelulushidupan yaitu 70,84 μg/liter dengan rata-rata tingkat kelulushidupan 92%.