Kajian prevalensi “White Spot Syndrome Virus” (WSSV) di tambak udang vanname (Litopenaeus vannamei) di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa timur
Daftar Isi:
- Penyebab utama kegagalan budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei) adalah “White Spot Disease” disebabkan oleh “White Spot Syndrome Virus” (WSSV) yang merupakan virus golongan DNA (dsDNA), virus ini dapat mengakibatkan total kematian hingga 100% pada 2 sampai 10 hari penyerangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi udang yang terindikasi terinfeksi penyakit berdasarkan ciri-ciri morfologi dan tingkah laku serta menentukan prevalensi keberadaan penyakit “White Spot Syndrome Virus” (WSSV) pada tambak udang vanname di Desa Remen, Kabupaten Tuban. Penelitian menggunakan metode survei dengan penjelasan secara deskriptif kualitatif, pada bulan Mei sampai Oktober 2013. Dalam penelitian ini ditentukan 3 tambak berdasarkan sejarah kematian udang secara masal dan serangan penyakit dalam dua tahun terakhir yaitu: 1) Tambak A (semi intensif) mengalami 4 kali kematian masal; 2) Tambak B (semi intensif) mengalami 3 kali kematian masal dan 3) Tambak C (intensif) mengalami 4 kali kematian masal. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik tambak ketiganya diduga mati akibat serangan WSSV. Sampel udang diambil pada setiap tambak secara acak dan mewakili seluruh bagian tambak. Kegiatan sampling dilakukan pada saat udang mencapai umur lebih dari 30 hari, diambil menggunakan jala tebar (“falling gear”) dan sampling dilakukan pada pagi sebelum pemberian pakan. Jumlah sampel dari masing-masing tambak sebanyak 15 s/d 30 ekor, untuk keperluan identifikasi secara morfologi diawetkan dalam larutan alkohol 70% sedangkan untuk uji PCR (5 ekor) diawetkan dalam alkohol 96%. Sampel udang kemudian diklasifikasikan ke dalam 3 ciri yaitu; ciri (1) udang dalam keadaan sehat (2) udang berenang dipermukaan terlihat seperti lemas dan ciri (3) udang dalam keadaan terserang penyakit terlihat ada bercak-bercak dan ada bagian tubuh yang terlihat mengalami kerusakan. Untuk pengamatan PCR diambil 2 buah kaki renang (pleopod) dan sebagian karapas dari masing-masing sampel, selanjutnya digerus dan diambil 0,25 gr. Berdasarkan hasil pengujian “Polymerase Chain reaction” (PCR) pada ketiga tambak tidak ditemukan infeksi WSSV. Berdasarkan hasil tersebut menandakan prevalensi serangan WSSV di Desa Remen ini 0% atau tidak terdapat serangan. Namun ditemukan beberapa gejala klinis penyebab penyakit lainnya dengan ciri-ciri pada tambak A kondisi udang terlihat mata berwarna keemasan pucat, warna tubuh kusam dan uropoda berwarna merah. Udang dari tambak B diperkirakan 10% mengalami kekerdilan, insang berwarna kehitaman dan nekrosis pada sebagian organ tubuhnya. Sedangkan pada tubuh udang dari tambak C terlihat ada bercak-bercak coklat kehitaman. Berdasarkan hasil penelitian perlu adanya pengujian lebih lanjut terkait gejala-gejala klinis yang ditemukan di lapang untuk memastikan jenis penyakit yang menjangkit udang vanname di Desa Remen, Tuban ini. Bagi petambak diharapkan mulai memperhatikan kondisi kesehatan udang maupun lingkungan tambak agar serangan penyakit dapat ditanggulangi dan dicegah secara dini. Diperlukan peran pemerintah dalam pengembangan dan sosialisasi teknologi deteksi penyakit dengan akurasi yang lebih tinggi agar terjadinya wabah penyakit di dalam kolam budidaya dapat diketahui secara dini.