Pengaruh Anestesi MgSO4 Dengan Dosis Yang Berbeda Pada Proses Pemanenan Terhadap Tingkat Kelulushidupan Benih Abalone (Haliotis squamata) Ukuran S (1,5-2,5 cm)
Main Author: | Alifa, DindaSefionita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133583/1/LAPORAN_SKRIPSI_PDF10.pdf http://repository.ub.ac.id/133583/ |
Daftar Isi:
- Secara geografis perairan Indonesia yang terletak di kawasan tropis, kaya akan berbagai sumber daya alam laut. Permintaan dunia akan abalone (Haliotis squamata) meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan akan variasi sumber protein serta perkembangan industri perhiasan. Beberapa nilai tambah yang dimiliki abalone itu menyebabkan abalone hanya dijumpai di restoranrestoran kelas atas. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para pembudidaya dalam proses pemanenan abalone adalah tingkat kelulushidupan yang rendah diantaranya disebabkan karena cidera/luka pada saat proses pemanenan. Anestesi bertujuan untuk meningkatkan kelulushidupan dengan menekan metabolisme dan aktivitas abalone serta mengurangi resiko abalone mengalami stres dan luka yang dapat berakibat pada kematian. Bahan anestesi dapat berupa bahan alami dan bahan kimia sintetik. Salah satu bahan anestesi kimia adalah MgSO4. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis yang optimal pada anestesi benih abalone, serta mengetahui pengaruh MgSO4 terhadap tingkat kelulushidupan benih abalone. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap menggunakan 3 perlakuan, 1 kontrol dan 3 kali ulangan. Masing-masing perlakuan yaitu dosis 0,5 ppt; 1 ppt; dan 1,5 ppt, sedangkan untuk kontrol yaitu tanpa adanya pemberian anestesi/dicungkil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis MgSO4 pada perlakuan memberikan pengaruh yang beragam antara masing-masing perlakuan. Hasil analisis waktu mulai pingsan menunjukkan waktu mulai pingsan tercepat terdapat pada perlakuan C dengan dosis 1,5 ppt dengan rata-rata waktu mulai pingsan yaitu 167 detik (2 menit, 47 detik) sedangkan waktu mulai pingsan paling lama terdapat pada perlakuan A dengan dosis 0,5 ppt dengan rata-rata waktu mulai pingsan yaitu 529 detik (8 menit, 49 detik). Nilai kelulushidupan terbaik terdapat pada perlakuan A dengan dosis 0,5 ppt dan perlakuan B dengan dosis 1 ppt dengan tingkat kelulushidupan 100% dan nilai kelulushidupan terendah terdapat pada perlakuan C dengan dosis 1,5 ppt dengan nilai kelulushidupan 85% dan perlakuan kontrol dengan nilai kelulushidupan 75%. Dari turunan y = -67+ 7823.x - 48893x2 didapatkan hasil dosis maksimum yaitu 0,08 ppm. Untuk kualitas air masing-masing perlakuan berada pada kisaran sebagai berikut : Suhu 26-290C ; nilai pH berkisar antara 7,6 – 7,8 ; nilai salinitas berkisar antara 35-38 ppt ; dan nilai oksigen terlarut berkisar antara 7,2 – 8 ppm. Kisaran tersebut masih dalam batas toleransi abalone untuk bertahan hidup secara optimal. Dalam upaya untuk melakukan pemanenan benih abalone (Haliotis squamata) yang berukuran S (1,5-2,5 cm) disarankan menggunakan dosis 1,1 ppt sesuai dengan hasil turunan pada lama waktu abalone pingsan. Sehingga dosis anestesi yang digunakan dapat meminimalisir kematian pada abalone.