Hubungan Produktivitas Primer Perairan Dengan Tekanan Parsial Karbon Dioksida (Pco2) Air Laut Di Perairan Pesisir Pulau Bintan Timur, Kepulauan Riau

Main Author: Paputungan, MohammadSumiran
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/133292/
Daftar Isi:
  • Karbon dioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca yang berada di atmosfir, yang secara alami telah terbentuk di atmosfir. Namun sejak adanya revolusi industri, konsentrasi gas CO2 di atmosfir mengalami peningkatan. Adanya kegiatan-kegiatan penebangan hutan yang semakin bertambah menyebabkan fungsi hutan sebagai penyerap CO2 terbesar semakin berkurang, sehingga perhatian saat ini lebih tertuju pada laut berperan sebagai salah satu penyerap alami CO2, salah satunya adalah dengan adanya fitoplankton dalam pemanfaatan CO2. Proses pertukaran CO2 di permukaan laut ditentukan oleh perbedaan tekanan parsial (pCO2) antara udara dan permukaan laut (air laut) Penelitian mengenai potensi sink dan source suatu perairan laut terhadap CO2 di perairan Indonesia masih jarang dilakukan sehingga masih banyak diperlukan penelitian mengenai fluks CO2 di perairan laut di Indonesia untuk mengetahui peran perairan laut Indonesia dalam pertukaran gas CO2 di perairan laut. Penelitian ini dibatasi pada pengukuran terkanan parsial CO2 air laut (pCO2 (sw)) di wilayah perairan pesisir Pulau Bintan Timur dan produktivitas primer kotor fitoplankton pada lapisan permukaan laut. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui peran perairan pesisir Pulau Bintan Timur sebagai “sink” atau “source” terhadap CO2 di atmosfir, (2) mengetahui nilai produktivitas primer kotor fitoplankton serta (3) mengkaji hubungan antara produktivitas primer kotor fitoplankton dengan tekanan parsial CO2 (pCO2) air laut. Berdasarkan hasil penelitian, nilai produktivitas primer kotor fitoplankton di perairan ini sangat rendah, yaitu berkisar antara 1,53-1,91 mgC/m2/hari dengan rata-rata 1,68±0,09 mgC/m2/hari dengan konsentrasi nutrien (nitrat, fosfat dan silikat) secara berturut-turut adalah 0,003-0,009 mg/L, ttd-0,006 mg/L dan 0,008-0,183 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut, perairan pesisir Pulau Bintan Timur dapat dikategorikan dalam kondisi oligotropik. Hasil penelitian menunjukkan perairan pesisir Pulau Bintan Timur bersifat sebagai sink terhadap CO2 di atmosfir, yang mana rata-rata nilai pCO2 di permukaan laut yaitu 294,65±31,97 μatm lebih rendah dari pada nilai rata-rata pCO2 di atmosfir yaitu 373,2±18,94 μatm. Nilai ΔpCO2 di permukaan laut di perairan pesisir Pulau Bintan Timur berkisar antara (-)13,62–(-)141,08 μatm dengan rata-rata 78,55±36,95 μatm. Hasil uji regresi linear antara produktivitas primer kotor fitoplankton dengan pCO2(sw) di perairan Pulau Bintan Timur, didapatkan nilai R2 yang sangat kecil yaitu 0,016. Nilai R2 ini sangat kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas primer kotor fitoplankton tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai pCO2(sw). Berdasarkan hasil analisa statitik Pearson Correlation, korelasi atau hubungan produktivitas primer kotor dengan pCO2(sw) adalah -0,125.