Pendugaan Populasi Kepiting Bakau (Scylla sp.) Di Kawasan Mangrove Muara Porong, Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur
Main Author: | Andrian, NurisMuhammadDwi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133203/1/Laporan_Skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/133203/ |
Daftar Isi:
- Kepiting bakau merupakan salah satu biota potensial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan hidupnya tergantung pada hutan mangrove dengan substrat berlumpur. Sebagai salah satu biota yang memiliki nilai ekonomis tinggi, kondisi populasi kepiting bakau mulai menurun akibat meningkatnya penangkapan oleh nelayan kepiting. Hasil dari tangkapan nelayan kepiting akan dijadikan sebagai bahan konsumsi masyarakat. Kawasan mangrove muara Porong merupakan habitat kepiting bakau yang belum diketahui tentang kondisi populasinya yang meliputi komposisinya, hubungan lebar dan beratnya, serta pendugaan populasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendugaan populasi kepiting bakau di kawasan mangrove muara Porong. Tahapan penelitian pendugaan populasi kepiting bakau adalah penetapan stasiun, pengambilan sampel, analisis sampel, dan analisis data. Survey atau persiapan diawali dengan mencari stasiun penelitian untuk mewakili titik pengambilan sampel di kawasan mangrove muara Porong. Syarat stasiun penelitian harus terdapat kepiting bakau yang menjadi objek dari penelitian, tempat nelayan mencari kepiting bakau, serta akses jalan menuju lokasi tidak terlalu sulit, sehingga ditetapkan 6 stasiun yang luasnya setiap stasiun adalah 10 x 10 meter dan disetiap stasiun diletakkan 2 alat tangkap kepiting bakau yaitu bubu dengan ukuran 20 x 60 cm. Stasiun yang sudah ditetapkan sebagai tempat penelitian, selanjutnya melakukan peninjauan langsung di stasiun untuk mengetahui kondisi stasiun berserta melakukan wawancara pada warga sekitar. Proses selanjutnya adalah pengambilan sampel dilakukan 7 kali dalam 7 hari secara berurutan dan dilakukan ketika surut. Sampel terdiri dari kepiting bakau dan substrat (pH substrat, tekstur substrat, dan bahan organik substrat). Kepiting bakau yang telah didapat kemudian dianalisa berdasarkan komposisinya, hubungan lebar dan beratnya, serta pendugaan populasinya. Sampel yang telah dianalisis akan diproses yang hasilnya akan menjadi suatu data untuk pendugaan populasi dengan menggunakan metode Schnabel, sehingga dari hasil tersebut akan didapatkan kondisi populasi kepiting bakau di kawasan mangrove muara Porong. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan komposisi kepiting bakau di kawasan mangrove muara Porong, bahwa spesies yang ditemukan adalah Scylla serrata sebanyak 55 ekor per hektar yang terdiri dari 38 ekor per hektar jantan dan 17 ekor betina, sedangkan Scylla paramamosain sebanyak 11 ekor yang terdiri dari 8 ekor jantan dan 3 ekor betina sehingga perbandingan rasio Scylla serrata dan Scylla paramamosain adalah 5 : 1. Hubungan lebar dan berat kepiting bakau di lokasi penelitian adalah allometrik negatif, dimana nilai pertambahan lebar lebih cepat dari pertambahan berat. Pola pertumbuhan Scylla serrata jantan adalah b < 2,032 dan Scylla serrata betina adalah b < 1,399, sedangkan untuk Scylla paramamosain jantan adalah b < 2,473 dan untuk Scylla paramamosain betina tidak dapat diregresikan karena biota yang tertangkap hanya 3 ekor. Pendugaan populasi kepiting bakau di lokasi penelitian adalah Scylla serrata sebanyak 129 ± 36 ekor per hektar dan Scylla paramamosain sebanyak 35 ± 5 ekor per hektar. Hasil analisis substrat sebagai habitat kepiting bakau didapatkan nilai pH substrat H2O adalah 7,9 dan KCI 1N adalah 7,0. Fungsi dari penambahan H2O adalah untuk mengetahui kemasaman aktif, sedangkan fungsi dari penambahan KCl adalah untuk mengetahui kemasaman potensialnya. Tekstur substrat berupa liat dengan fraksi substrat yaitu pasir sebesar 3%, debu sebesar 35%, dan liat sebesar 62 %. Kandungan bahan organik substrat sebesar 3,44%. Saran yang diambil dari penelitian ini adalah pertama, untuk penelitian berikutnya mahasiswa perlu mengetahui potensi populasi kepiting bakau di kawasan mangrove yang belum diketahui dan diteliti, agar populasi kepiting bakau dapat dibandingkan dengan kawasan mangrove yang lain dan dapat diketahui penyebaran kepiting bakau secara keseluruhan. Kedua, memberikan penyuluhan tentang budidaya kepiting bakau yang baik kepada nelayan, sehingga para nelayan tidak ketergantungan untuk menangkap kepiting bakau di kawasan mangrove dan populasi kepiting bakau tetap stabil. Ketiga, memperluas habitat kepiting bakau dengan cara menambah area penanaman mangrove.