Ekspresi DNA Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Berkaitan dengan Prevalensi WSSV (White Spot Syndrome Virus) pada Tambak Intensif dan Semi Intensif Banyuwangi Jawa Timur

Main Author: Purmawati, ZhuniaAnggun
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/133195/1/SKRIPSI_%28ZHUNIA%2C_0910810080%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/133195/
Daftar Isi:
  • Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan udang introduksi yang rentan terhadap perubahan lingkungan baik dari kualitas air maupun dari organisme patogen. Kurangnya perhatian terhadap kualitas air dan patogen yang terjadi di tambak Banyuwangi dikhawatirkan mempengaruhi produksi sumberdaya perikanan terutama dalam budidaya udang. Hal ini memicu datang dan menyebarnya virus sehingga udang mengalami perubahan genetik. Virus WSSV (White Spot Syndrome Virus) merupakan salah satu virus yang mudah menyebar. Perubahan genetik ini diketahui dengan analisa PCR (Polymerase Chain Reaction) di laboratorium. Dengan demikian adanya pencemaran lingkungan baik kualitas air maupun organisme patogen yang terjadi dapat diketahui adanya ekspresi DNA pada tubuh udang vannamei yang berkaitan dengan prevalensi WSSV di salah satu tambak udang intensif dan semi intensif Banyuwangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas air (fisika, kimia, dan biologi) terhadap ekspresi DNA pada udang vannamei Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tambak intensif dan semi intensif udang vannamei di Banyuwangi, Jawa Timur dan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium SCI (Shrimp Club Indonesia) Banyuwangi pada bulan April – Mei. Analisa PCR dilakukan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Juni. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode diskriptif eksploratif. Dalam penelitian ini, diamati ekspresi DNA udang vannamei yang berada di tambak udang intensif dan semi intensif Banyuwangi. Sampel udang diambil dan diuji di laboratorium untuk mengetahui ekspresi DNA yang terdapat pada udang vannamei. Analisa DNA yang dikaitkan dengan prevalensi penyakit WSSV dilakukan dengan analisa PCR menggunakan primer spesifik untuk WSSV. Sampel yang digunakan sebelumnya telah dianalisa morfologi untuk mengetahui tingkat infeksi pada udang. Untuk melengkapi informasi kondisi lingkungan dilakukan analisa kualitas air pada saat sampling baik fisika (suhu, kecerahan), kimia (salinitas, pH, DO, TOM, nitrit, amonia, alkalinitas) dan biologi (bakteri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari analisa morfologi di tambak intensif pada minggu pertama udang tidak tampak adanya infeksi virus, sedangkan pada minggu kedua terinfeksi virus WSSV berat. Di tambak semi intensif pada minggu pertama dan kedua udang tidak tampak terinfeksi virus WSSV. Dari analisa PCR dengan menggunakan primer spesifik WSSV yaitu ICP11 menunjukkan bahwa sampel udang yang tidak tampak terinfeksi virus menghasilkan pita yang sangat tipis. Hal ini menunjukkan adanya insersi virus WSSV dalam kuantitas yang rendah, sedangkan sampel udang yang terinfeksi virus WSSV berat menghasilkan pita yang sangat tebal. Hal ini menunjukkan adanya insersi virus WSSV dalam kuantitas yang tinggi. Hasil analisa kualitas air yaitu pada tambak semi intensif suhu 31-31,8°C; kecerahan 35-37 cm;salinitas 30-31 ppt;pH 7,7-8,4;DO 5,6-5,8 ppm; TOM 54,46- 65,73 ; nitrit 0; amonia 0,1-4 ppm; dan alkalinitas 129-144 ppm. Pada tambak intensif suhu 31-31,5°C; kecerahan 38-38,5 cm;salinitas 20-21 ppt;pH 8,2-8,5;DO 5,2-6 ppm; TOM 51,19-56,88 ; nitrit 0; amonia 0,1-0,9 ppm; dan alkalinitas 148-194 ppm. Pada analisa bakteri vibrio didapat hasil pada tambak intensif dan semi intensif telah melebihi standart yang disarankan yaitu > 103 cfu/ml. Akumulasi bahan organik terjadi akibat penggunaan pelet yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan udang. Tingginya akumulasi bahan organik di tambak udang dapat menimbulkan pertumbuhan bakteri patogen dan terbentuknya senyawa toksik. Senyawa amonia bersifat toksik bila konsentrasinya sudah melebihi ambang batas. Udang vannamei yang terdapat di tambak Pondok Windu Permai yang merupakan tambak intensif di daerah Banyuwangi positif terinfeksi virus WSSV berat, sedangkan di tambak pakis yang merupakan tambak semi intensif terinfeksi virus WSSV ringan. Hal ini diketahui dari hasil amplifikasi DNA dengan menggunakan primer spesifik WSSV yaitu ICP11. Ekspresi DNA udang vannamei yang terinfeksi WSSV pada tambak intensif dan semi intensif tidak dipengaruhi oleh kondisi kualitas air pada masing-masing tambak. Dapat diketahui bahwa kondisi tambak udang vannamei di Banyuwangi masih rentan terserang virus WSSV karena penyebarannya yang cepat. Sehingga perlu perhatian kepada petambak udang yang berada di Banyuwangi untuk mengantisipasi adanya serangan virus yang terjadi dengan selalu memilih benur yang berkualitas, menerapkan sistem biosecurity dan tetap menjaga kualitas air (fisika, kimia, dan biologi) pada pemeliharaan udang vannamei agar petambak menghasilkan produksi udang yang maksimal.