Status Hematologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Ditemukan Di Delta Sungai Brantas Dan Bendungan Karangkates Jawa Timur
Main Author: | Margono, Joko |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133166/1/SKRIPSI_JOKO_MARGONO_%280810810047%29.pdf http://repository.ub.ac.id/133166/ |
Daftar Isi:
- Ikan nila merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal. Habitat asli ikan ini adalah Sungai Nil dan daerah perairan sekitarnya, tetapi juga hidup diperairan air tawar hampir di seluruh indonesia. Ikan Nila masuk ke Indonesia yang pertama kali didatangkan dari taiwan ke Bogor (Balai Perikanan Air Tawar) pada tahun (1969) (Susanto, 2010). Menurut Juliahasni (2008), bahwa Ikan Nila memiliki sifat biologi yang menguntungkan antara lain mudah berkembangbiak, pertumbuhannya cepat, termasuk omnivora, daya adaptasinya luas dan toleransinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan sehingga ikan Nila mempunyai keunggulan daripada ikan yang lain dengan memiliki karakteristik tersebut. Ikan Nila juga direkomendasikan oleh EPA (Environmental Protection Agency) yang termasuk salah satu jenis hewan uji karena memenuhi persyaratan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Salah satu cara untuk melihat status kesehatan ikan dan kondisi lingkungan yang kurang baik atau tercemar yaitu dengan melihat status hematologi ikan yang memiliki unsur mikronuklei dari hewan uji dan khususnya pada ikan Nila pada penelitian ini. Mikronuklei merupakan kromatin sitoplasmik yang berukuran kecil yang berasal dari pecahan kromosom yang tertinggal saat proses pembelahan sel pada fase (Anaphase), membentuk struktur yang menyerupai intisel dengan diameter 1/3 dari inti sel (Ali et al, 2008). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan Nila dari Bendungan Karangkates dan delta sungai brantas yang dilihat dari jumlah Eritrosit, Leukosit, dan Mikronuklei; 2) Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerusakan Mikronuklei ikan Nila yang diambil dari Bendungan Karangkates dan Delta sungai Brantas. Metode yang digunakan adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada di alam menurut apa adanya dengan cara melakukan analisa laboratorium pada saat penelitian dilaksanakan sedangkan Analisa datanya menggunakan program SPSS 16.0. Pengambilan sampel Ikan dilakukan di Bendungan Karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan sungai Kalimas masing – masing lokasi diambil 3 ekor sampel ikannya. Identifikasi Mikronuklei dilakukan di laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan FPIK UB dengan sistem duplo dan pengujian kualitas air dilakukan di Jasa Tirta. Hasil dari penelitian ini adalah total eritrosit ikan Nila yang diambil dari Bendungan Karangkates pada ikan 1 = 2.500.000 sel/mm3, ikan 2 = 2.380.000 sel/mm3, dan ikan 3 = 2.680.000 sel/mm3, ikan dari sungai Aloo ikan 1 = 2.390.000 sel/mm3, ikan 2 = 1.930.000 sel/mm3 dan ikan 3 = 2.540.000 sel/mm3, eritrosit ikan Nila dari sungai Surabaya yaitu ikan 1 = 1.040.000 sel/mm3, ikan 2 = 1.120.000 sel/mm3 dan ikan 3 = 1.640.000 sel/mm3 dan eritrosit ikan Nila dari sungai Mas sebagai berikut ikan 1 = 990.000 sel/mm3, ikan 2 = 1.950.000 sel/mm3 dan ikan 3 = 1.450.000 sel/mm3. Hasil perhitungan dengan menggunakan Anova didapatkan nilai (P≤0,05) yang artinya bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap jumlah eritrosit yang ditemukan di Bendungan karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan Sungai Kalimas dengan selang kepercayaan 95 %. Total leukosit ikan yang diambil dari Bendungan karang kates pada ikan 1 = 225400 sel/mm3, ikan 2 = 172600 sel/mm3 dan ikan 3 = 213000 sel/mm3, ikan yang diambil dari sungai Aloo jumlah leukosit pada ikan 1 = 417000 sel/mm3, ikan 2 = 276400 sel/mm3 dan ikan 3 = 290200, sungai Surabaya pada ikan 1 = 267200 sel/mm3, ikan 2 = 271600 sel/mm3, ikan 3 = 276200 sel/mm3 dan ikan yang diambil dari sungai Kalimas jumlah Leukosit pada ikan 1= 173800 sel/mm3, ikan2 = 193800 sel/mm3 dan ikan 3 = 255400 sel/mm3. Hasil perhitungan dengan menggunakan Anova didapatkan nilai (P>0,05) yang artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil jumlah leukosit yang ditemukan di Bendungan Karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan sungai Kalimas dengan selang kepercayaan 95%. Jumlah mikronuklei ikan Nila yang diambil dari Bendungan karangkates pada ikan 1 = 25/1000 sel, ikan 2 = 20/1000 sel, ikan 3 = 17/1000 sel, jumlah mikronuklei ikan dari sungai Aloo pada ikan 1 = 32/1000 sel, ikan 2 = 35/1000 sel, ikan 3 = 30/1000 sel, jumlah mikronuklei ikan yang diambil dari sungai Surabaya pada ikan 1 = 35/ 1000 sel, ikan 2 = 39/1000 sel, ikan 3 = 30/1000 sel dan jumlah mikronuklei ikan Nila yang diambil dari sungai Mas yaitu pada ikan 1 = 30/1000 sel, ikan 2 = 26/1000 sel dan ikan 3 = 25/1000 sel. Hasil perhitungan Mikronuklei dengan menggunakan Anova didapatkan nilai (P<0,00) yang artinya terdapat perbedaan yang sangat nyata antara hasil jumlah Mikronuklei yang ditemukan di Bendungan Karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan sungai Kalimas dengan selang kepercayaan 95%. Hasil Eritrosit abnormal Ikan Nila yang diambil dari Bendungan Karangkates yang terbentuk lipofuscine pada ikan 1= 72 sel/1000, ikan 2 = 41 sel/1000, ikan 3 = 104 sel/1000, ikan yang diambil dari sungai aloo jumlah nuclei abnormal pada ikan 1 = 143 sel/1000, ikan 2 = 154 sel/1000, ikan 3 = 151 sel/1000, ikan yang diambil dari sungai Surabaya dan sungai Mas masing – masing jumlah Eritrosit abnormalnya adalah sebagai berikut pada ikan 1 yang ditemukan di sungai Surabaya = 182 sel/1000, ikan 2 = 180 sel/1000, ikan 3 = 160 sel/1000, Dan jumlah Eritrosit abnormal yang ditemukan di sungai Mas pada ikan 1 = 125 sel/1000, ikan 2 = 182 sel/1000 dan ikan 3 = 97 sel/1000. Sedangkan hasil Analisis kualitas air diketahui di Bendungan Karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan sungai Kalimas masih berada dalam kisaran hidup ikan tiap-tiap sungai tersebut yaitu DO 3,5 – 5 mg/L; pH 7-8; suhu 31,1-32,5; salinitas 0,05 ppt; TSS 16,8 – 213,7 mg/L; COD 14,6 - 22,48 mg/L; Phenol tt-0,01mg/L dan Pb tt (tidak terdeteksi). Hasil perhitungan Mikronuklei dengan menggunakan Anova didapatkan nilai (P<0,00) yang artinya terdapat perbedaan yang sangat nyata antara hasil jumlah Nukeli abnormal yang ditemukan di Bendungan Karangkates, sungai Aloo, sungai Surabaya dan sungai Kalimas dengan selang kepercayaan 95%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa kondisi kesehatan ikan yang diambil dari bendungan karangkates bisa dikatakan masih dalam kondisi baik dan sehat sedangkan ikan yang ditemukan didelta sungai brantas kondisinya buruk atau bisa dikatakan dalam kondisi sakit karena dari hasil penelitian yang dilihat dari jumlah Eritrosit, leukosit dan Mikronuklei. Sedangkan tingkat kerusakan mikronuklei yang tertinggi pada sungai Surabaya dengan besar rerata 160, 83 sel/mm3 sedangkan tingkat kerusakan mikronuklei yang terendah terdapat pada Bendungan Karangkates dengan rerata 82,5 sel/mm3 . Hal ini karena kondisi lingkungan didaerah Delta sungai Brantas masukan bahan kimianya lebih besar dan bermacam –macam. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut tentang mikronuklei dengan statsiun yang lebih banyak supaya bisa memetakan kondisi lingkungan yang layak dan kurang kurang layak.