Efisiensi Pemanfaatan Pakan Pada Sistem Budidaya Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Dengan Teknologi Budidaya yang Berbeda

Main Author: Yuniartik, Mega
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/133160/1/LAPORAN_SKRIPSI.pdf
http://repository.ub.ac.id/133160/
Daftar Isi:
  • Produksi udang di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai tahun 2009 hingga tahun 2011. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas perikanan yang penting dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Seiring dengan adanya peningkatan produksi tersebut, permintaan akan udang vaname juga tinggi, sehingga kegiatan budidaya udang vaname semakin ditingkatkan melalui kegiatan budidaya tambak intensif. Dilakukan beberapa penerapan teknologi budidaya intensif, seperti teknologi bioflok. Penerapan teknologi tersebut mempengaruhi kemampuan metabolisme dan kemampuan mencerna ikan. Tingkat konsumsi pakan serta hasil dari pertumbuhan udang itu sendiri mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan dalam tambak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh teknologi budidaya intensif terhadap produksi dan rasio konversi pakan udang vaname di tambak, sehingga didapatkan informasi mengenai teknologi budidaya dengan produksi tinggi untuk dapat diterapkan di tambak. Penelitian ini dilaksanakan di tiga lokasi pertambakan udang vaname yaitu tambak plankton di Desa Keradenan-Kecamatan Palang, tambak semi-bioflok di Desa Tasikmadu, dan tambak bioflok di Desa Bancar-Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur selama satu siklus produksi budidaya dalam masing-masing tambak tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Terdapat tiga teknologi budidaya intensif di dalam tambak yaitu, tambak teknologi plankton, tambak teknologi semi-bioflok, dan tambak teknologi bioflok. Parameter utama yang diamati pada penelitian ini adalah produksi, kelulushidupan (SR), rasio konversi pakan (FCR) dan laju pertumbuhan harian (SGR), sedangkan parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air pada media pemeliharaan udang vaname yang meliputi suhu, pH, oksigen terlarut (DO), salinitas, ammonia (NH3), nitrit (NH2-N), dan nitrat (NH3-N). Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16 for Windows, dan dengan uji Tukey. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa produksi pada tambak dengan teknologi plankton sebesar 8.500 kg/ha, pada tambak dengan teknologi semi-bioflok sebesar 16.767,7 kg/ha, dan pada tambak dengan teknologi bioflok sebesar 21.777,7 kg/ha. Analisis statistik yang dilakukan menunjukkan perbedaan yang berbeda nyata antar perlakuan. Survival rate pada tambak dengan teknologi plankton sebesar 84,01 %, pada tambak dengan teknologi semi-bioflok sebesar 72,97 %, dan pada tambak dengan teknologi bioflok sebesar 82,95 %. Analisis statistik yang dilakukan menunjukkan penerapan teknologi budidaya intensif tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini terjadi karena dalam masing-masing tambak teknologi intensif sudah memenuhi kriteria yang baik untuk operasional pembesaran udang, dan pada tambak bioflok mampu menstabilkan kondisi lingkungannya. Selanjutnya, rasio konversi pakan (FCR) pada tambak dengan teknologi plankton sebesar 1,50, pada tambak dengan teknologi semi-bioflok sebesar 1,81, dan pada tambak dengan teknologi bioflok sebesar 1,39. Analisis statistik yang ii dilakukan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya pemanfaatan pakan yang baik pada tambak dengan teknologi bioflok. Laju pertumbuhan harian (SGR) pada tambak dengan teknologi plankton sebesar 2,08 % bobot tubuh perhari, pada tambak dengan teknologi semi-bioflok sebesar 2,29 % bobot tubuh perhari, dan pada tambak dengan teknologi bioflok sebesar 2,41 % bobot tubuh perhari. Analisis statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan teknologi budidaya intensif tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata antar perlakuan. Hal ini menunjukkan pemanfaatan pakan yang baik pada tambak bioflok sehingga laju pertumbuhannya tinggi. Kualitas air selama penelitian masih dalam batas optimal untuk kehidupan udang vaname, yaitu suhu berkisar antara 27,60-30,67 oC, pH berkisar antara 7,1-7,63, oksigen terlarut (Dissolved oxygen) berkisar antara 5,60-6,43 ppm, salinitas berkisar antara 3,27-36,90 ppt, ammonia (NH3) berkisar antara 0,012-1,004 ppm, nitrit (NO2-N) berkisar antara 0,008-0,103 ppm, dan nilai nitrat (NO3-N) berkisar antara 0,441-1,071 ppm. Disimpulkan bahwa tambak dengan penerapan teknologi bioflok memiliki produksi yang paling tinggi, dibandingkan dengan tambak teknologi semi-bioflok, dan tambak teknologi plankton. Rasio konversi pakan (FCR) di tambak memiliki pengaruh yang signifikan antar penerapan teknologi budidaya intensif. Tambak dengan penerapan teknologi bioflok memiliki rasio konversi pakan yang paling rendah dibandingkan tambak dengan teknologi plankton, dan teknologi semi-bioflok yang menunjukkan efisiensi pemanfaatan pakan yang tinggi. Disarankan untuk dapat dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian ini dapat diperluas mengenai komposisi dalam bioflok, komposisi bakteri, serta aktivitas enzim pencernaan dalam proses pencernaan udang sehingga dapat diketahui mekanisme efisiensi pemanfaatan pakan dalam tubuh udang tersebut.