Gambaran Histopatologi Organ Insang, Hati, Dan Ginjal Pada Ikan Gabus (Channa Striata) Dan Ikan Mujair (Oreochromis Mossambicus) Di Sungai Alo Desa Penatarsewu Kabupaten Sidoarjo
Main Author: | Setiawan, MitaGalih |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/133092/1/skripsi_lap.pdf http://repository.ub.ac.id/133092/ |
Daftar Isi:
- Sungai Alo terletak di Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Sidoarjo, merupakan pertemuan antara sungai Kalitengah dan Kalidawir di Kecamatan Tanggulangin. Bahan pencemar dari domestik, pertanian industri ditambah sumbangan lumpur lapindo mengurangi kualitas air bahkan kuantitas ikan di sungai menurun dengan bertambahnya bahan pencemar. Gambaran histopatologi organ insang, hati dan ginjal ikan mujair dan ikan gabus dapat dijadikan informasi bagaimana kondisi perairan tersebut. Hal ini disebabkan analisa histopatologi organ insang, hati dan ginjal ikan akan dapat menunjukkan kerusakan jaringan yang beragam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran abnormalitas pada jaringan insang, hati dan ginjal pada ikan gabus dan ikan mujair pada perairan Sungai Alo selanjutnya data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui status perairan berdasarkan kondisi histologi organ insang, hati dan ginjal pada ikan tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sampel ikan pada penelitian ini diambil menggunakan jaring disepanjang Sungai Alo. Ikan terjaring yang diamati adalah dua jenis yaitu Ikan gabus dan ikan mujair dan diambil 5 sampel ikan untuk masing-masing jenis. Parmeter kualitas air yang diambil yaitu suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut, Total Suspended Solid (TSS), merkuri (Hg) dan fenol (C5H6OH). Sebagaipendukung analisa histopatologi juga diteliti kandungan Hg dan fenol dalam organ insang, hati dan ginjal. Dari penelitian ini didapatkan kualitas Air pada Sungai Alo dalam keaadaan tercemar dengan ditunjukkan beberapa parameter yang telah melebihi ambang batas yang diperbolehkan di perairan seperti kandungan TSS (548 – 622 ppm), Hg (0,023 - 0,04 ppm) dan Fenol (1,04 - 3,09 ppm) yang melebihi baku mutu. Pada ikan mujair didapatkan rerata akumulasi logam Hg pada ginjal (0,033 ppm), hati (0,030 ppm) dan insang (0,0140 ppm). Sedangkan pada ikan gabus akumulasi logam Hg pada ginjal (0,040 ppm), hati (0,037 ppm), insang (0,0213 ppm). Rerata Kandungan fenol pada organ hati (2,81 ppm), ginjal (2,50 ppm) dan insang (1,76 ppm). Sedangkan pada ikan gabus kandungan fenol pada organ hati (2,81 ppm), ginjal (2,19 ppm) dan insang (1,59 ppm). Kandungan hg dan fenol tersebut sudah melebihi ambang batas yang diperbolehkan untuk organisme. vi Pemerikasaan histopatologi pada insang menunjukan adanya hipertropi, hyperplasia, fusi, atropi dan nekrosis. Total kerusakan pada jaringan insang sebesar ± 52,11% pada ikan mujair dan 56,63% pada ikan gabus. Pemeriksaan histopatologi pada hati ikan mujair dan ikan gabus menunjukkan adanya cloudy swelling, degenerasi lemak, lisis, atropi dan nekrosis. Total kerusakan pada jaringan hati sebesar ±49,98% pada ikan mujair dan 51,98% pada ikan gabus. Pemeriksaan histopatologi pada ginjal ikan mujair dan ikan gabus menunjukan adanya degenerasi sitoplasma, haemorhage, atropi, hiperplasia, hipertropi, nekrosis dan pengurangan sel lymph. Total kerusakan pada jaringan ginjal sebesar ±50,26% pada ikan mujair dan ±51,91% pada ikan gabus Dari data dan hasil pengamatan penelitian ini mengambil kesimpulan bahwa pencemaran yang terjadi di sungai alo sudah berlangsung lama dan memiliki beban pencemar yang tinggi ditandai dengan kerusakan jaringan Insang, hati dan ginjal yang sudah pada tahap irrefersibel yaitu respon jaringan yang tidak dapat pulih ditandai dengan adanya kematian sel atau nekrosis dalam jumlah yang banyak. Saran dari peneltian ini, diperlukan penegakan peraturan pemerintah tentang kebijakan pembuangan limbah ke badan air karena dari hasil penelitian masih didapatkan zat berbahaya yang melebihi ambang batas. Diperlukan controlling dan pengelolaan untuk menjaga kualitas perairan sungai Alo agar tetap lestari. JIka zat pencemar dalam perairan sungai dapat merusak tubuh ikan bukan tidak mungkin akan berdampak yang sama pada manusia yang mengkonsumsinya, oleh karena itu diharapkan bagi konsumen dan semua pihak terkait untuk lebih bijak dalam mengkonsumsi ikan dan menjaga kelestariannya.