Pengelompokan Habitat Makrozoobentos Dan Lingkungan Di Hulu Sungai Amprong Kabupaten Malang Jawa Timur

Main Author: MaiwulanTitiDela
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/133033/
Daftar Isi:
  • Sungai Amprong termasuk ke dalam bagian wilayah DAS Brantas hulu. Sungai Amprong mendapat masukan dari Sungai Putih di Desa Gubugklakah selanjutnya memasuki wilayah Gubugklakah barat bertemu Sungai Supiturang di ketinggian 1.285 dpl kemudian di Desa Wringinanom bertemu Sungai Drigu di ketinggian 736 dpl setelah itu memasuki wilayah Desa Belung, Desa Pulungdowo dan Desa Pandanajeng dengan ketinggian 527 dpl lalu berakhir di daerah Kedungboto bertemu dengan Sungai Lanjing selanjutnya memasuki wilayah Tempuran. Sungai Amprong yang bertemu dengan Sungai Lanjing ini bersatu, bertemu dengan Sungai Bango dan mengalir menuju Sungai Brantas di kecamatan Kedungkandang dengan ketinggian 520 dpl. Tata guna lahan di hulu Sungai Amprong mengalami perubahan fungsi tata guna lahan dari hutan menjadi daerah perkebunan dan pertanian sehingga dapat mempengaruhikeberadaan komunitas makrozoobentos yang hidup. Penambangan batu dan pasir di sepanjang aliran hulu Sungai Amprong terutama di Desa Wringinanom- Desa Belung juga dapat merubah karakteristik dasar sungai menjadi halus sehingga hanya terdapat makrozoobentos yang tahan pada kondisi tersebut. Kegiatan peternakan dan pemukiman yang dekat dengan sungai juga dapat menambah masukan bahan organik ke perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelompokan makrozoobentos dan lingkungannya di hulu Sungai Amprong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan sumber pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Penentuan stasiun pengambilan sampel berdasarkan pada tata guna lahan di 14 stasiun pengambilan sampel. Teknik untuk pengambilan sampel makrozoobentos dengan teknik “kicking” pada sungai yang bersubstrat kasar yaitu mengaduk dasar perairan sepanjang 10 meter pada daerah “riffle”. Sampel yang diperoleh diawetkan dengan alkohol 96 % dan dilakukan identifikasi dikotomi di laboratorium. Pengukuran faktor lingkungan antara lain substrat, kecepatan arus, suhu, pH, TOM, DO, amonia dan kesadahan. Analisis data dilakukan dengan teknik ordinasi menggunakan program “CANOCO for Windows 4.5” (Ter Braak, 2002). Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian adalah 72 taksa, terdiri dari 12 ordo (Trichoptera, Ephemeroptera, Plecoptera, Coleoptera, Diptera, Megaloptera, Argyronetta, Lepidoptera, Tricladida, Odonata, Hemiptera dan Decapoda) yang terbagi ke dalam 63 famili. Pengukuran faktor lingkungan didapatkan kecepatan arus 46,73 – 110,43 cm/dtk, substrat bervariasi mulai dari “silt” sampai “boulder” yang didominasi oleh “boulder” (batu bundar besar > 256 mm), “cobble” (batu kecil 64 – 256 mm) dan “pebble” (kerikil besar 16- 64 mm), suhu air 15 – 24 °C, pH 7 – 8, DO 7,544 – 8,96 mg/l, TOM 0,632 – 10,112 mg/l, amonia 0,013 – 0,051 mg/l dan kesadahan 68 – 102 mg/l CaCO3. Hasil ordinasi dari hulu Sungai Amprong dengan 2 tipe kelompok habitat. Kelompok A terdiri dari stasiun 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 terletak di Desa Gubugklakah, sedangkan 8 dan 9 terletak di perbatasan Desa Gubugklakah dan Desa Wringinanom. Makrozoobentos pada kelompok A adalah Gammaridae, Spirobolida, Spongilidae, Polycentropodidae, Coelenterata, Silphidae, Lepidostomatidae, Perlidae, Blepharoceridae, Leptoceridae, Lymnaeidae, Perlodidae, Planorbiidae, Psychodidae, Isotomidae, Hemiptera, Philopotamidae, Hygrobiidae, Baetidae, Hydropsychidae, Noctuidae, Limnephilidae, Elmidae (L), Ceratopogonidae, Simulidae, Hydrophilidae, Muscidae (P), Hygrobatidae, Muscidae, Simulidae (P), Scirtidae, Stratiomyidae, Coenagriidae, Gomphidae, Tanipodinae, Argyronetta, Dysticidae, Richardsonianidae, Glossosomatidae, Empididae, Lampiridae, Corydalidae, Hydroptilidae, Orthocladinae, Elmidae (P) dan Chironomidae (P). Faktor lingkungannya: kecepatan arus 49,67 cm/dtk – 109,10 cm/dtk, substrat “cobble” (batu kecil), suhu 15 °C – 20°C, pH 7, DO 7,791 mg/l – 8,960 mg/l, TOM 3,160 mg/l – 10,112 mg/l, amonia 0,013 mg/l – 0,051 mg/l, kesadahan 68 mg/l CaCO3 – 102 mg/l CaCO3 dan jumlah taksa yang ditemukan 46 taksa. Kelompok B terdiri dari stasiun 10 di Desa Wringinanom, stasiun 11 di Desa Belung, stasiun 12 di Desa Pulungdowo, stasiun 13 di Desa Banjarejo dan stasiun 14 di Desa Kedungrejo. Makrozoobentos pada kelompok B adalah Bithynidae, Platycnemididae, Sphaeridae, Thiaridae, Ancylidae, Leptophlebidae, Cordulogasteridae, Ecnomidae, Atydae, Sundathelphusidae, Veliidae, Grapsiidae, Psephenidae, Heptageniidae, Pyralidae, Lumbriculidae, Tricladida, Caenidae, Gerridae, Empididae (P), Psychomyidae, Limonidae (P), Culicidae, Tipulidae, Chironomini dan Dryopidae (L). Faktor lingkungannya: kecepatan arus 46,73 cm/dtk – 110,43 cm/dtk, substrat tidak terdapat “cobble” hanya boulder (batu bundar besar) dan “pebble” (kerikil besar) diduga telah mengalami “smoothering”, suhu 19 °C – 24 °C, pH 7 – 8, DO 7,544 mg/l – 7,971 mg/l, TOM 0,632 mg/l – 5,688 mg/l, amonia 0,014 mg/l – 0,045 mg/l, kesadahan 75 mg/l CaCO3 – 81 mg/l CaCO3 dan jumlah taksa yang ditemukan 26 taksa. Semua kelompok yang ada telah mengalami pencemaran yaitu keadaan kelompok A pencemaran ringan dan kelompok B yaitu pencemaran sedang. Saran yang dapat diberikan untuk Dinas Pariwisata yaitu penyusunan perencanaan pengadaan tempat sampah, papan pemberitahuan dan kamar mandi umum yang mudah diakses oleh setiap pengunjung Coban Pelangi pada kelompok A, untuk Dinas Kehutanan yaitu penyusunan perencanaan penanaman pohon pinus pada kelompok A, untuk Dinas Pertanian yaitu penyusunan perencanaan penyuluhan mengenai konsep “agroforestri” dimana terdapat tanaman tahunan dan musiman pada kelompok A dan B, untuk Dinas Kesehatan yaitu penyusunan perencanaan penyuluhan kepada masyarakat agar menjaga kebersihan diri dan lingkungan pada kelompok A dan B, diperlukan penyusunan perencanaan pembatasan bahan galian tipe C pada kelompok A dan B, untuk Pemerintah Desa setempat yaitu penyusunan perencanaan pengelolaan sumber daya air Sungai Amprong secara partisipatif dan terpadu dengan cara sosialisasi atau penyuluhan mengenai pentingnya menjaga ekosistem sungai serta bersama-sama antara masyarakat, pemerintah desa dan lembaga terkait yang memanfaatkan sumber daya air Sungai Amprong untuk menjaga dan melestarikan Sungai Amprong agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.