Analisis Kebijakan Kazakhstan Bergabung dalam One Belt One Road (OBOR) China Tahun 2015
Main Author: | Rohim, Fadila |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/13301/1/Fadila%20Rohim.pdf http://repository.ub.ac.id/13301/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini memfokuskan pada kebijakan luar negeri Kazakhstan untuk bergabung dalam proyek One Belt One Road (OBOR) China pada tahun 2015 yang merupakan tahap perkembangan dari proses pembangunan kembali jalur sutra lama (revive ancient silk road) di kawasan Asia Tengah. Berawal dari sanksi embargo ekonomi yang diterima Rusia pada tahun 2014 sebagai akibat dari aneksasi Krimea yang telah menyebabkan kejatuhan ekonomi Rusia. Ditandai dengan jatuhnya nilai mata uang Rubble Rusia dan mengakibatkan efek domino (spillover effect) bagi kejatuhan perekonomian negara-negara lain di kawasan Asia Tengah sebagai akibat sanksi diantaranya Kazakhstan. Dekatnya hubungan diplomatik yang dijalin Kazakhstan dengan Rusia menjadikan negara ini mengalami dilemma. Kejatuhan ekonomi yang melanda Rusia ditambah lagi dengan adanya proses pengintegrasian kawasan Asia Tengah dalam EEU yang akan mengakibatkan semakin meningkatkan dominasi Rusia di kawasan. Kehadiran China melalui proyek OBOR menjadi salah satu peluang bagi Kazakhstan untuk memperbaiki perekonomian negara melalui sinergi proyek OBOR dengan Nurly Zhol. Hal ini ditandai dengan meningkatnya CSP antara China dengan Kazakhstan pada tahun 2015. Menurunnya hubungan antara Kazakhstan dengan Rusia akibat sanksi berbanding terbalik dengan semakin menguatnya hubungan antara Kazakhstan dengan China melalui proyek OBOR. Penelitian ini mengunakan konsep kebijakan luar negeri Charles Kegley sebagai kerangka berfikir. Melalui konsep ini akan terlihat faktor-faktor determinan yang ada dibalik kebijakan bergabungnya Kazakhstan dalam OBOR dengan mengunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.