Respon Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Pemberian Jenis dan Komposisi Bahan Organik dibandingkan Pupuk Anorganik
Main Author: | MillatulHanifah |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/132707/1/051002877.pdf http://repository.ub.ac.id/132707/ |
Daftar Isi:
- Tanaman mentimun merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya dan tidak membutuhkan perawatan yang khusus.Di Indonesia yang iklimnya panas (tropis), mentimun dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 1300 meter di atas permukaan laut (dpl ). Masalah pokok yang dihadapi oleh petani mentimun adalah tingginya harga pupuk sintetik yang menuntut petani untuk mengeluarkan biaya produksi lebih. Untuk mengatasi permasalahan tersebut penggunaan bahan organik adalah salah satu solusi yang tepat. Tujuan dari penelitian ini ialah : membandingkan pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun antara yang diberi bahan organik dan anorganik. Sementara itu, Hipotesis dari penelitian ini ialah : a) pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun yang diberi bahan organik sebanding dengan perlakuan pemberian pupuk anorganik, b) pemberian macam dan komposisi bahan organik yang sesuai dapat menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dari pemberian pupuk anorganik. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balai Latihan Kerja Pertanian dan Pengembangan Tenaga Kerja Luar Negeri (BLKPPTKLN), Singosari-Malang dengan jenis tanah alfisol. Ketinggian tempatnya adalah 491 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata harian sekitar 23-30o C. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Oktober 2009. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : ajir, cangkul, sabit, pisau, gembor, penggaris, timbangan. Bahan yang digunakan adalah benih mentimun varietas mercy F1, tanaman paitan segar, kompos kotoran sapi, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan sebagai berikut ; A = urea 0,139 ton/ha + phonska 0,4 t/ha, B = kompos kotoran sapi 12 t/ha, C = kompos kotoran sapi 9 t/ha + tanaman paitan 1,5 t/ha, D = kompos kotoran sapi 6 t/ha + tanaman paitan 3 t/ha, E = kompos kotoran sapi 3 t/ha + tanaman paitan 4,5 t/ha, F = tanaman paitan 6 t/ha. Dimana masing – masing perlakuan memiliki kandungan N setara 0,122 t N/ha, dengan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan dilakukan secara non destruktif dan panen. Pengamatan non destruktif meliputi : a) panjang tanaman, b) jumlah daun pertanaman, c) jumlah bunga, d) jumlah buah e) fruit set. Pengamatan panen meliputi :a) panjang buah dan diameter buah, b) jumlah buah panen per tanaman, c) bobot segar buah per tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (uji F hitung) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh setiap perlakuan. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) secara keseluruhan tanaman mentimun yang diberi bahan organik menunjukkan pertumbuhan dan hasil panen yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk anorganik. Hasil Bobot segar pada perlakuan pupuk anorganik diperoleh sebesar 1, 81 kg/tan, sedangkan pada perlakuan pemberian bahan organik diperoleh bobot segar buah mentimun antara 1,67–2,2 kg/tan. 2) pemberian kompos kotoran sapi 12 t/ha, kompos kotoran sapi 9 t/ha + tanaman paitan 1,5 t/ha, kompos kotoran sapi 6 ton/ha + tanaman paitan 3 t/ha, kompos kotoran sapi 3 t/ha + tanaman paitan 4,5 t/ha, dan tanaman paitan 6 t/ha dapat menggantikan penggunaan urea 0,139 t/ha + phonska 0,4 t/ha. 3) analisis tanah setelah panen menunjukkan bahwa pemberian bahan organik pada perlakuan pemberian kompos kotoran sapi 9 t/ha + paitan 1,5 t/ha memiliki kandungan K tanah dengan status tinggi. Sedangkan perlakuan organik lainnya memiliki kandungan K tanah dengan status sedang. 4) pemberian kompos kotoran sapi 6 t/ha + tanaman paitan 3 t/ha dengan nilai R/C 1,42 menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan dari hasil penelitian dan analisis usaha tani pemberian kompos kotoran sapi 6 t/ha + tanaman paitan 3 t/ha paling menguntungkan. Akan tetapi, kita juga bisa memilih perlakuan yang lain sesuai modal yang dimiliki serta kemudahan ketersediaan bahan organik.