Studi Potensi Perikanan Tuna (Thunnus spp) di Perairan Selatan Sendang Biru Malang. Jawa Timur
Main Author: | DitaSeraNovalina |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2007
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/132347/1/050803063.pdf http://repository.ub.ac.id/132347/ |
Daftar Isi:
- Perairan Sendang Biru memiliki potensi yang sangat besar karena berbatasan dengan Samudra Hindia yang memungkinkan terjadinya masukan ikan dari perairan bebas tersebut sehingga akan menambah keragaman jenis ikan yang ditangkap. Populasi ikan tuna salah satu terpenting dari potensi perikanan di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis terutama sebagai bahan konsumsi. Selain itu ikan tuna juga merupakan komoditas ekspor yang penting untuk menambah devisa negara. Mengingat pemanfaatan ikan laut di beberapa perairan pada saat ini telah mendekati optimal, maka pengembangan ke depan tidak lagi menekankan pada tingkat jumlah atau volume produksi, melainkan dengan perhitungan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya ikan. Sedangkan di Kabupaten Malang sendiri belum diketahui sumberdaya ikan tuna berdasarkan hasil catch dan effort . Penentuan ini nantinya akan digunakan untuk mempertimbangkan dalam menentukan kebijakan bagi pemerintah Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Standarisasi alat tangkap untuk perikanan tuna di Sendang Biru, 2) Mengestimasi nilai potensi lestari perikanan tuna di Sendang Biru Malang serta menganalisis jumlah alat tangkap optimum dan hasil tangkap optimum, 3) Mengestimasi parameter populasi yaitu r (laju pertumbuhan intrinsik dari stok biomassa), q ( catchability coefficient ), dan k (daya dukung maksimum lingkungan terhadap stok biomass ), serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan bagi perikanan tuna, 4) Menduga status perikanan dan tingkat pemanfaatan tuna secara biologi melalui pendekatan model schaefer, Fox dan Walter Hilborn, 5) Membuat alternatif manajemen pengelolaan perikanan tuna di Sendang Biru Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2007. Materi dalam penelitian ini adalah data statistik perikanan mulai tahun 1997 – 2006 dari Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI) Pondok Dadap Sendang Biru. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Sedangkan metode pengambilan data adalah data sekunder. Model pendugaan status yang digunakan adalah model Schaefer, model Fox, dan model Walter Hilborn. Ikan tuna di perairan selatan Sendang Biru Malang ditangkap dengan mengggunakan alat tangkap pancing tonda dan payang. Karena perikanan Indonesia memiliki karakteristik multi gear multi species maka alat tangkap harus ditransfer ke dalam suatu unit alat standar dalam hal ini tonda memiliki nilai CpUE terbesar yaitu 99%. Dari hasil perhitungan Schaefer, Fox dan Walter Hilborn di rata-rata didapatkan nilai Ce sebesar 1054,2929 ton/tahun, Ee sebesar 309 unit dan Ue sebesar 6,8442 ton/unit. Sedangkan untuk parameter populasi diperoleh nilai r (pertumbuhan intrinsic) sebesar 0,0911%, q (koefisien penangkapan) sebesar 0,0026 dan k (daya dukung maksimum perairan) sebesar 3688,2591 ton/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan Schaefer diperoleh nilai catch potimum sebesar 1704,0313 ton/tahun. Sedangkan hasil dari model Fox diperoleh nilai catch optimum sebesar 1374,8474 ton/tahun dan dari hasil perhitungan Walter Hilborn didapat nilai Pe sebesar 1844,1295 ton/tahun dan nilai JTB sebesar 1475,3036 ton/tahun. Maka jika hasil ketiga model tersebut dibandingkan dengan nilai catch tahun terakhir yaitu tahun 2006 sebesar 705,647 ton/tahun maka disimpulkan bahwa perikanan tuna di Sendang Biru mengalami keadaan under fishing , dengan tingkat pemanfaatan mencapai 30,61%. Maka perlu alternatif manajemen agar keadaan perikanan tuna dapat dimanfaatkan secara berimbang lestari yaitu dengan mempertimbangkan sebuah kebijakan mengenai penambahan jumlah alat tangkap yang semestinya harus beroperasi hingga mencapai 310 unit, penerapan kuota jumlah tangkapan yang disarankan, memperbanyak intensitas penangkapan dan skala penangkapan yang tidak melebihi batas, penggunaan teknologi modern serta penggunaan rumpon yang efektif, efisien dan ramah lingkungan.