Respon Petani Terhadap Perkembangan Kunjungan Wisatawan Ke Kawasan Bromo (Studi Kasus Di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan)
Daftar Isi:
- Keindahan dan kekayaan alam yang dimiliki Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ini menjadikannya salah satu tempat wisata sangat terkenal yang ramai dikunjungi karena memiliki banyak objek wisata menarik yang bisa dinikmati. Salah satu pintu masuk menuju kawasan wisata Bromo adalah melalui Desa Wonokitri.. Adanya kegiatan wisata memberi kesempatan bagi masyarakat desa Wonokitri untuk turut serta melestarikan lingkungan serta mengambil berbagai peluang usaha yang timbul dari adanya ekowisata. Masyarakat Wonokitri juga menjadi pelaku dari pengembangan wisata itu sendiri dan merasakan dampak langsung peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, adanya interaksi ini perlu ditelaah untuk mengetahui respon yang muncul dari masyarakat seiring dengan berkembangnya objek wisata Bromo. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) menganalisis respon petani terhadap perkembangan kunjungan wisatawan menuju kawasan Bromo, (2) menganalisis faktor-faktor penentu respon petani terhadap perkembangan kunjungan wisatawan ke obyek wisata di kawasan Bromo, (3) mengetahui dampak aktivitas petani yang terlibat dalam jasa wisata terhadap kehidupan sosial ekonominya (pendapatan petani, aktivitas pertanian). Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive). Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari informan dan sampel. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan dokumen. Analisis data yang digunakan terdiri dari: analisis model interaktif, deskriptif kuantitatif, perhitungan pendapatan yang dipaparkan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon petani terhadap perkembangan kunjungan wisatawan ke kawasan Bromo termasuk dalam kategori rendah, dengan persentase sebesar 40,25 % terhadap skor maksimal. Terdapat beberapa faktor penentu respon yang berhubungan positif dengan respon petani terhadap perkembangan kunjungan wisatawan ke kawasan Bromo, diantaranya adalah faktor umur, kekosmopolitan dan keterampilan. Namun faktor-faktor tersebut masih tergolong kurang kuat. Dalam faktor umur, tingkat umur mempengaruhi kondisi fisik petani tersebut. Kondisi fisik yang sehat dirasa mampu untuk bekerja lebih dibandingkan petani yang berusia lebih tua karena kondisi fisik yang kurang mendukung, sehingga petani yang berusia lebih tua cenderung memilih pekerjaan yang lebih ringan dan tidak terlalu menguras fisik yang berlebih. Pekerjaan sebagai pelaku jasa wisata dirasa lebih ringan dibandingkan dengan berusahatani. Dalam faktor kekosmopolitan, petani yang memiliki koneksi dengan biro wisata memiliki kesempatan untuk lebih cepat menerima pelanggan jasa atau wisatawan dari pada petani yang tidak memiliki koneksi dengan biro wisata. Dalam faktor keterampilan, semakin banyak keterampilan yang dimiliki petani maka semakin banyak pula kesempatan petani untuk melakukan banyak pekerjaan serta sangat mempermudah pekerjaan yang petani lakukan. ii Adanya perkembangan kunjungan wisatawan ke kawasan Bromo memberi dampak terhadap kehidupan sosial ekonomi petani desa Wonokitri, terutama terhadap pendapatan petani. Sedangkan dalam aktivitas usahatani tidak terlalu memberi dampak yang signifikan. Pada bulan-bulan sepi kunjungan wisatawan, petani hanya mendapat tambahan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 334.575,- per bulan, sedangkan pada saat bulan yang mengalami kondisi kunjungan wisatawan biasa, petani mendapatkan tambahan pendatan rata-rata sebesar Rp. 1.466.399,- per bulan. Pada saat bulan yang mengalami kondisi ramai kunjungan wisatawan, petani mendapatkan tambahan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 3.238.256,- per bulan. Secara keseluruhan rata-rata tambahan pendapatan yang diterima oleh petani yang terlibat dalam aktivitas jasa wisata sebesar Rp. 33.429.260.- per tahun. Sedangkan dampaknya terhadap aktivitas usahatani terletak pada durasi petani berkegiatan usahatani. Petani melanjutkan aktivitas usaha tani setelah menyelesaikan aktivitas dalam usaha jasa wisata. Pembagian waktunya tidak dapat ditentukan secara tepat, setelah selesai melayani wisatawan, barulah petani melanjutan kegiatan di tegalan.