Analisis Efisiensi Pemasaran Jeruk Keprok Batu 55 (Study Kasus Di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu)

Main Author: NurulChoiriyah, Lailis
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/132096/1/051703639_JURNAL_%28LAILIS_NURUL%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/132096/2/051703639_SEEKIBSI_%28LAILIS_NURUL%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/132096/
Daftar Isi:
  • Buah-buahan merupakan produk hortikultura yang peningkatannya cukup pesat dan menunjukkan prospek yang terus meningkat seperti yang ditunjukkan pada lampiran 1. Salah satu buah-buahan yang berkembang pesat adalah jeruk keprok yang mengalami peningkatan dari tahun 2010-2014 sebesar 15.68 persen (BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2014). Peningkatan dalam produksi buah-buahan diikuti dengan peningkatan permintaan konsumen. Jeruk merupakan buah yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Hampir seluruh propinsi di Indonesia mengembangkan komoditas jeruk sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi. Salah satu sentra jeruk di Jawa Timur ada Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Jeruk yang dikembangkan diwilayah ini adalah jeruk keprok Batu 55. Produksi jeruk keprok Batu 55 dari tahun ke tahun selalu meningkat seiring dengan meningkatnya luas lahan jeruk yang dikembangkan petani. Jeruk keprok Batu 55 di daerah ini dibedakan menjadi jeruk keprok grade A dan grade B. Petani merasa dirugikan dengan masalah harga jual jeruk keprok Batu 55 yang masih rendah meskipun produksi jeruk keprok meningkat. Permasalahan ini semakin diperparah dengan adanya fluktuasi harga jeruk keprok Batu 55 saat musim panen. Selain itu, saat musim panen raya petani sulit untuk menjual jeruk keprok Batu 55 karena masih kalah saing dengan jeruk dari wilayah lain seperti Banyuwangi. Mengenai hal tersebut penulis berasumsi bahwa masalah utama yang dialami petani adalah tentang pemasaran. Saluran pemasaran jeruk keprok Batu 55 masih panjang sehingga petani menerima harga yang rendah jika dibandingkan dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Perbedaan harga antara petani dan konsumen dapat mencapai Rp 8.000/kg. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran jeruk keprok Batu 55 menjadi salah satu penyebab pemasaran jeruk keprok tidak efisien. Besarnya biaya pemasaran yang tinggi menyebabkan share harga yang diterima oleh petani menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat struktur, saluran, serta fungsi pemasaran jeruk keprok Batu 55 di daerah penelitian dan untuk menganalisis marjin pemasaran, share harga, ratio K/B, efisiensi harga, dan efisiensi operasional. Metode yang digunakan ada dua yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui struktur dan fungsi pemasaran. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui saluran pasar menggunakan CR4 dan HHI serta mengetahui efisiensi pemasaran melalui perhitungan analisa distribusi margin pemasaran, share harga, ratio K/B, efisiensi harga, dan efisiensi operasional. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur pasar jeruk keprok batu 55 berbentuk oligopoli dan terdapat lima saluran pemasaran jeruk keprok Batu 55. Pihak yang terlibat dalam proses pemasaran adalah petani sebagai produsen jeruk keprok Batu 55 dan lembaga pemasaran seperti tengkulak, pedagang besar, dan pedagang kecil. Fungsi pemasaran yang ada meliputi penjualan, pembelian, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, sortasi dan grading, bongkar muat, penanggungan resiko, retribusi dan transaksi. Masing-masing lembaga melakukan fungsi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang mereka miliki. Dilihat dari analisis marjin pemasaran, share harga, dan ratio K/B maka dari kelima saluran pemasaran yang ada di Desa Bulukerto, saluran pemasaran pertama merupakan saluran yang memberikan keuntungan dan share harga terbesar bagi petani, tetapi saluran pertama mempunyai kelemahan karena kuantitas jeruk keprok yang dijual hanya sedikit. Saluran pemasaran alternatif lain yang menguntukan bagi petani adalah saluran pemasaran IV untuk grade A dan saluran pemasaran ke II untuk grade B karena memberikan share harga yang cukup tinggi bagi petani. Ditinjau berdasarkan analisis efisiensi harga berdasarkan biaya transportasi dan biaya processing, maka pemasaran jeruk keprok pada saluran pemasaran I sampai V untuk grade A dan grade B sudah efisien. Tetapi jika dilihat berdasarkan analisis efisiensi operasional berdasarkan kapasitas alat angkut pemasaran jeruk keprok grade A dan B belum efisien, berdasarkan analisis ratio K/B pemasaran jeruk keprok grade A belum efisien sedangkan untuk grade B sudah efisien.