Daftar Isi:
  • Cengkeh merupakan tanaman rempah asli Indonesia. Cengkeh tumbuh subur dan dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Cengkeh di Indonesia digunakan sebagai bahan baku industri, diantaranya industri rokok, makanan, minuman, farmasi, dan kosmetik. PT Tirta Harapan (Kebun Bayu Kidul) merupakan salah satu produsen cengkeh terbesar dari 23 perusahaan besar swasta di wilayah Jawa Timur. Sebanyak 564,23 hektar lahan di Kebun Bayu Kidul digunakan untuk budidaya tanaman cengkeh. Berdasarkan luas lahan tersebut, perusahaan berpotensi menghasilkan 282 ton cengkeh. Namun berdasarkan data produksi tahun 2011, Kebun Bayu Kidul hanya menghasilkan 6,3 ton cengkeh. Dengan demikian perusahaan mengalami kehilangan produksi sebanyak 275,7 ton. Rendahnya produksi cengkeh di Kebun Bayu Kidul disebabkan oleh lamanya masa awal produksi cengkeh yaitu 4-7 tahun,kemudian adanya siklus produksi periodik (4 tahun) pada tanaman cengkeh. Sehingga dalam upaya peningkatan dan stabilitas produksi, perusahaan menerapkan praktik budidaya tanaman yang baik atau dikenal dengan GAP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat implementasi SOP-GAP cengkeh di Kebun Bayu Kidul, dan seberapa besar pengaruh implementasi tersebut terhadap produksi cengkeh, serta keuntungan yang diperoleh Kebun Bayu Kidul. Penelitian dilakukan di PT Tirta Harapan, Kebun Bayu Kidul yang terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini diawali dengan kegiatan magang kerja yang telah berlangsung selama 3 bulan 5 hari (19 Juli-22 Oktober 2016) di Kebun Bayu Kidul. Kemudian penelitian kembali dilakukan pada tanggal 10 Januari-19 Januari 2017. Sehingga total waktu penelitian yang dilakukan yaitu selama 3 bulan 15 hari. Metode analisis implementasi GAP pada usahatani cengkeh di Kebun Bayu Kidul menggunakan metode skoring, dimana setiap kemungkinan jawaban responden dinilai dengan skor. Jawaban dari responden diperoleh dari kuisioner yang disebarkan kepada para karyawan Kebun Bayu Kidul. Kemudian analisis pengaruh komponen-komponen SOP-GAP terhadap produksi cengkeh menggunakan analisis regresi berganda. Selain itu untuk analisis pengaruh implementasi SOP-GAP terhadap keuntungan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,21 % pelaksanaan budidaya cengkeh di Kebun Bayu Kidul telah sesuai dengan anjuran yang dimuat dalam SOP-GAP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat implementasi SOP-GAP cengkeh di Kebun Bayu Kidul tergolong dalam kategori sedang (belum optimal). Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan para karyawan terhadap SOP-GAP cengkeh yang berlaku di Kebun Bayu Kidul. Berdasarkan hasil scoring terhadap komponen SOP-GAP diketahui bahwa pembibitan, panen, dan pascapanen termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan komponen penanaman, pengairan, ii pemupukan, penyiangan, dan PHP termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis regresi terhadap setiap komponen SOP-GAP (parsial) dapat disimpulkan bahwa komponen pembibitan, pemupukan, dan penyiangan berpengaruh positif terhadap produksi cengkeh di Kebun Bayu Kidul. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi komponen pembibitan yaitu 0,313. Sehingga jika skor implementasi GAP cengkeh dalam kegiatan pembibitan meningkat 1 satuan, maka produksi cengkeh yang diperoleh meningkat sebanyak 0,313 kg. Kemudian komponen pemupukan, dengan koefisien regresi sebesar 0,314. Jika skor implementasi GAP cengkeh dalam kegiatan pemupukan meningkat 1 satuan, maka produksi cengkeh yang diperoleh meningkat sebanyak 0,314 kg. Sedangkan komponen koefisien regresi penyiangan sebesar 0,391. Artinya jika skor implementasi GAP cengkeh dalam kegiatan penyiangan meningkat 1 satuan, maka produksi cengkeh yang diperoleh meningkat sebanyak 0,391 kg. Berdasarkan analisis regersi sederhana juga disimpulkan bahwa implementasi SOP-GAP secara statistik berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diperoleh Kebun Bayu Kidul. Nilai koefisien regresi yang diperoleh adalah 0,722. Sehingga dapat disimpulkan jika skor implementasi SOP-GAP naik sebesar 1 satuan, maka keuntungan akan meningkat sebesar Rp 0,722. Keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum menerapkan SOP-GAP cengkeh adalah Rp 89.196.975. Sedangkan setelah menerapkan SOP-GAP, perusahaan mendapatkan kentungan sebesar Rp 110.730.696.