Keputusan Petani Dalam Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Tembakau Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pendapatan Petani (Studi Kasus Di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember)
Daftar Isi:
- Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi bahan baku utama industri rokok memiliki peranan ekonomi sangat strategis sebagai penyedia lapangan kerja di Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di industri tembakau. Menurut Rachmad (2010) secara keseluruhan industri tembakau menyerap tenaga kerja sekitar 4,6 juta tenaga kerja, di mana 93,77 persen diserap pada kegiatan usahatani termasuk pasca panen, sedangkan tenaga kerja di sektor pengolahan rokok hanya menyerap sekitar 6,23 persen. Tenaga kerja tersebut tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, khususnya provinsi Jawa Timur sebagai sentra tanaman tembakau. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi di bidang tembakau dan pengolahan hasil tembakau yang cukup besar, karena memiliki luas areal penanaman tembakau sebesar 15.739 Ha pada tahun 2014. Di kabupaten Jember sendiri Kecamatan Ambulu memiliki luas tanam tembakau terbesar yakni 1.477,3 Ha, (Dinas Pertanian Kabupaten Jember, 2014). Salah satu desa yang berada di kecamatan Ambulu adalah Desa Sumberejo. Desa Sumberejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Ambulu yang memiliki luas lahan paling besar yaitu 585 Ha. Sebagian lahan digunakan untuk pembudidayaan tanaman padi, tembakau, jagung dan berbagai macam hortikultura. Pada tahun 2015 pengelolaan usahatani tembakau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, hal tersebut dikarenakan petani tembakau tidak mampu mengoptimalkan faktor-faktor produksi yang menunjang keberhasilan usahatani tembakau. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk, dan pestisida. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor tenaga kerja memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani tembakau di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. hal tersebut dikarenakan tenaga kerja membutuhkan biaya (cost) yang tinggi. Selain itu, Petani belum mampu memaksimal sistem penggunaan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahataninya. Permasalahan mendasar yaitu kurang mapannya manajerial dan tidak efisiennya penggunaan tenaga kerja oleh petani. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan. Sehingga petani harus mampu mengefisienkan penggunaan kedua tenaga kerja tersebut dalam rangka meningkatkan pendapatan usahatani tembakau. Berdasarkan uraian tersebut, masalah umum dari penelitian ini yaitu “sejauh mana keputusan petani menggunakan tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani tembakau”. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk menggunakan tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan pada usahatani tembakau di daerah penelitian, (2) Menganalisis tingkat pendapatan usahatani iv tembakau yang menggunakan tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan di daerah penelitian, dan (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usahatani tembakau di daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan Cluster random sampling, dengan cluster atau kelompok petani yang menggunakan tenaga kerja harian sebanyak 18 orang, dan kelompok petani yang menggunakan tenaga kerja borongan sebanyak 12 orang petani. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik untuk menjawab tujuan (1), analisis pendapatan usahatani untuk menjawab tujuan (2) dan analisis regresi berganda untuk menjawab tujuan (3). Hasil dari tujuan pertama yaitu diketahui bahwa variabel pengalaman usahatani berpengaruh positif terhadap keputusan petani dalam menggunakan tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan, sedangkan keikutsertaan kelompok tani, tingkat pendidikan, luas lahan, umur dan pendapatan usahatani berpengaruh negatif. Hasil tujuan kedua yaitu Rata-rata pendapatan petani yang berusahatani tembakau menggunakan tenaga kerja harian lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan petani yang menggunakan tenaga kerja borongan. Namun perbedaan tersebut tidak berbeda nyata secara statistik (thitung > ttabel) dikarenakan biaya yang dikeluarkan dan produksi yang dihasilkan oleh petani dalam penggunaan tenaga kerja harian dan tenaga kerja borongan relatif sama. Biaya yang dikeluarkan masing-masing penggunaan sistem tenaga kerja tersebut dengan selisih sebesar Rp. 24.199,07. Sedangkan hasil produksi yang diperoleh pada masing-masing penggunaan sistem tenaga kerja selisihnya sebesar 683,66 kg. Dan hasil dari tujuan ketiga yaitu Luas lahan, harga jual dan hasil produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Artinya semakin tinggi penggunaan variabel-variabel tersebut, akan semakin meningkatkan pendapatan. Sedangkan biaya tenaga kerja berpengaruh negatif dan dummy penggunaan tenaga kerja tidak tampak pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani. Dari hasil dan kesimpulan penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan yaitu : (1) Penggunaan tenaga kerja harian perlu lebih dioptimalkan dan diefisienkan dalam hal waktu dan intensitas kerja, karena penggunaan tenaga kerja tersebut mampu meningkatkan produksi dan meminimalisir biaya usahatani, (2) Perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan variabel-variabel yang tidak dapat menunjukkan pengaruhnya terhadap keputusan petani dalam analisis penelitian ini, yaitu meliputi luas lahan, umur dan pendapatan usahatani, (3) Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan, disarankan agar penggunaan tenaga kerja jangan terlalu banyak, karena hal tersebut akan meningkatkan biaya produksi dan menurunkan tingkat pendapatan.