Daftar Isi:
  • Jagung (Zea mays) merupakan tanaman pangan yang penting di Indonesia setelah padi. Jagung banyak digunakan sebagai bahan pangan, bahan baku pakan ternak dan sebagai bahan baku industri. Seiring peningkatan jumlah penduduk di Indonesia terjadi peningkatan konsumsi jagung. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya produksi jagung di Indonesia adalah : hama, penyakit tanaman, dan gulma. Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya jagung ialah adanya gulma. Kehadiran gulma pada tanaman jagung merupakan penyebab terhadap rendahnya hasil jagung tersebut. Bilman, (2001); Widaryanto, (2010) mengemukakan, pengaruh gulma terhadap tanaman dapat terjadi secara langsung yaitu dalam hal bersaing untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Secara tidak langsung sejumlah gulma juga inang dari hama dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut gulma di lahan tanaman jagung perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan metode non kimia, metode mekanis, metode kultur teknis dan ekologi serta pengendalian secara biologi, pengendalian secara kimia, managemen pengendalian gulma dan pengendalian gulma terpadu. Pengendalian secara mekanis dengan penyiangan yang dilakukan secara berkala. Salah satu herbisida yang digunakan ialah Topramezone. Karena herbisida ini efektif dalam mengendalikan gulma berdaun lebar dan jenis rumput. Bahan aktif Topramezone secara mobil menyebar ke seluruh bagian gulma dan menghambat proses biosintesis asam – asam amino. Degradasi oksidatif klorofil terjadi, menyebabkan permukaan gulma menjadi putih atau "bleaching" gulma yang sensitif. Efek pemutihan ini akan terlihat pada pertumbuhan baru dalam waktu lima hari setelah aplikasi. Di bawah pengaruh cahaya, jaringan klorosis menjadi nekrotik, dan tanaman sensitif biasanya mati dalam 7-14 hari setelah aplikasi. Penelitian ini dilakukan 1). Untuk mengetahui kemampuan herbisida Topramezone untuk menekan pertumbuhan gulma pada pertanaman jagung. 2). Untuk mengetahui pengaruh herbisida Topramezone terhadap tanaman jagung. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1) Herbisida Topramezone dengan dosis 1 liter ha-1 dapat mengendalikan gulma pada tanaman jagung. 2) Penggunaan herbisida topramezon dengan tidak mengganggu pertumbuhan dan hasil pada tanaman jagung. Penelitian ini dilakukan dilahan tegal Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan kabupaten Malang. Ketinggian tempat 303 m dpl dengan jenis tanah daerah tersebut adalah Alfisol yang didominasi lempung liat. Pada bulan Juni hingga September 2014. Alat yang di gunakan pada penelitian ini adalah, timbangan analitik, jangka sorong, meteran, penggaris, tali rafia, oven, sprayer, pisau dan cangkul. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi benih jagung varietas Pertiwi 3, herbisida dengan bahan aktif Topramezone 365 g liter-1 dan herbisida Calaris, pupuk Urea, SP36, dan KCl. Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan furadan 3G. Percobaan yang akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial yang terdiri dari 9 perlakuan, yaitu : H0: Tanpa penyiangan dan aplikasi herbisida H1; Herbisida Topramezone dengan dosis 1 liter ha-1; H2 : Herbisida Topramezone dengan dosis 1,5 liter ha-1; H3 : Herbisida Topramezone dengan dosis 2 liter ha-1; H4 : Herbisida Topramezone dengan dosis 2,5 liter ha-1; H5 : Herbisida Topramezone dengan dosis 3 liter ha-1; H6 : Herbisida Calaris dengan dosis 1 liter ha-1; H7 : Penyiangan 1x ; H8: Penyiangan 2x. Parameter yang diamati meliputi gulma, pertumbuhan dan dan hasil. Parameter gulma yang diamati saat sebelum olah tanah dan setelah aplikasi herbisida. Setelah aplikasi herbisida pengamatan dilakukan saat 14 hsa, 28hsa dan 32 hsa. Parameter pengamatan meliputi : kerapatan, Importan Value (IV), SDR (Summed Dominance Ratio) dan bobot kering gulma. Komponen pertumbuhan diamati saat tanaman berumur 30 hst, 40 hst, 50 hst, 60 hst dan 70 hst. Parameter pengamatan meliputi : tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun dan bobot kering tanaman. Komponen panen meliputi : Diameter tongkol tanpa klobot (cm), Panjang tongkol tanpa klobot (cm), Bobot kering tongkol tanpa klobot (g), Bobot kering biji per tanaman (g), Bobot 100 biji (g), Produksi tanaman jagung (ton ha-1). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (uji F) dengan taraf nyata 5%. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan, dilakukan uji perbandingan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh : Penggunaan herbisida Topramezone dengan dosis 1 l ha-1 dapat mengendalikan gulma berdaun lebar yaitu Amaranthus spinosus, Ipomea triloba, Elephantopus scaber, Physalis angulata, Mimosa pudica L, dan jenis rumput Cynodon dactilon, Imperata cylindrical, Digitaria stigera R&S. selain itu, pengaplikasian herbisida Topramezone dengan dosis 1 liter ha-1 mampu menurunkan bobot kring gulma sebesar sebesar 19,82% dibandingkan dengan kontrol. Pengaplikasian herbisida Topramezone tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung, namun dapat meningkatkan hasil pada perlakuan herbisida Topramezone dosis 1 liter ha-1 sebesar 10,88% dibandingkan dengan kontrol.