Daftar Isi:
  • Pertumbuhan kakao di lapang ditentukan oleh pertumbuhan tanaman pada fase pembibitan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kakao pada fase pembibitan ialah media tanam. Tanaman kakao memerlukan tanah yang berstruktur kasar yang memiliki banyak pori yang berguna untuk memberi ruang sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal. Penggunaan media tanam yang mengandung bahan organik sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) menyatakan bahwa tanaman kakao membutuhkan tanah berkadar bahan organik tinggi, yaitu di atas 3%. Selain berfungsi memperbaiki struktur tanah, pemberian bahan organik juga berfungsi menambah cadangan unsur hara di dalam tanah dan memperbaiki sifat kimia tanah. Salah satu sumber bahan organik yang terdapat pada lahan kakao adalah kulit buah kakao. Produksi kulit buah kakao yang tinggi, yaitu sekitar 60% dari total produksi buah, memberi peluang untuk dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos kulit buah kakao yang memiliki komposisi hara dan senyawa yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kulit buah kakao memiliki kandungan lignin yang tinggi, sehingga mempengaruhi laju dekomposisi. Kandungan lignin kulit buah kakao mencapai 38,78%. Untuk mempercepat proses dekomposisi, maka dimanfaatkan Phanerochaete chrysosporium sebagai bioaktivator. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga bulan September 2016 dengan menggunakan percobaan dalam pot/polybag di lahan percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Malang. Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah polybag, kotak kayu, kain terpal, karung goni, timbangan analitik, jangka sorong, penggaris, label, SPAD meter, dan kertas lakmus. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih kakao, kulit buah kakao, bioaktivator Phanerochaete chrysosporium, EM4, tanah, pasir, Urea, SP36, KCl, dan Fungisida. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 12 perlakuan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari K1 = 50% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 100% (urea 4,7 g /polybag, SP36 1,6 g/polybag, dan KCl 3,6 g/polybag); K2 = 50% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 50% (urea 2,35 g /polybag, SP36 0,8 g/polybag, dan KCl 1,8 g/polybag); K3 = 50% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + anorganik 0% (tanpa pupuk urea, SP36, dan KCl); K4 =100% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 100% (urea 4,7 g /polybag, SP36 1,6 g/polybag, dan KCl 3,6 g/polybag); K5 = 100% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 50% (urea 2,35 g /polybag, SP36 ii 0,8 g/polybag, dan KCl 1,8 g/polybag); K6 = 100% Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium + anorganik 0% (tanpa pupuk urea, SP36, dan KCl); K7 = 50% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 100% (urea 4,7 g /polybag, SP36 1,6 g/polybag, dan KCl 3,6 g/polybag); K8 = 50% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 50% (urea 2,35 g /polybag, SP36 0,8 g/polybag, dan KCl 1,8 g/polybag); K9 = 50% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + anorganik 0% (tanpa pupuk urea, SP36, dan KCl); K10 = 100% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 100% (urea 4,7 g /polybag, SP36 1,6 g/polybag, dan KCl 3,6 g/polybag); K11 = 100% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + Pupuk anorganik 50% (urea 2,35 g /polybag, SP36 0,8 g/polybag, dan KCl 1,8 g/polybag); dan K12 = 100% Kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium + anorganik 0% (tanpa pupuk urea, SP36, dan KCl). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Pengamatan yang akan dilakukan meliputi tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, panjang akar, bobot kering total tanaman, dan indeks klorofil. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisa dengan menggunakan uji F (5%) dan apabila pada uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur pada taraf 5 % (BNJ 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit buah kakao (menggunakan Phanerochaete chrysosporium dan tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium) dan pupuk anorganik pada media tanam bibit kakao memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, julah daun, panjang akar, luas daun, indeks klorofil, dan berat kering total tanaman. Kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium memberikan hasil rerata lebih tinggi dibandingkan dengan kompos kulit buah kakao tanpa menggunakan Phanerochaete chrysosporium pada dosis penambahan pupuk anorganik yang sama. Dosis 100% kompos kulit buah kakao memberikan hasil rerata yang lebih tinggi dibandingkan dengan dosis 50% kompos kulit buah kakao. Selain itu, kompos kulit buah kakao menggunakan Phanerochaete chrysosporium mampu mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik hingga 50%.