Evaluasi Kesesuaian Umur Berbunga 45 Galur Inbrida Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Bahan Tanam Dengan Metode Silang Puncak

Main Author: Ladelan, M.Ramadhani
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/13202/1/M.RAMADHANI%20LADELAN.pdf
http://repository.ub.ac.id/13202/
Daftar Isi:
  • Jagung merupakan tanaman serealia paling produktif di dunia dan sesuai dengan wilayah di Indonesia yang bersuhu tinggi. Peningkatan produktivitas jagung di Indonesia dengan strategi pemuliaan tanaman dapat menghasilkan varietas unggul dengan hasil dan kualitas optimal. Waktu pembungaan dalam persilangan jagung sangat penting, dikarenakan tanaman jagung merupakan tanaman bersari bebas. Apabila bunga jantan telah masak namun bunga betina belum siap dipolinasi maka tongkol yang dihasilkan tidak terisi sempurna karena sedikit serbuk sari yang menempel. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan sinkronisasi, caranya dengan membedakan waktu penanaman antara kedua tetua jantan dan betina, sehingga nantinya kedua tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi umur berbunga, mengevaluasi kesesuaian umur tetua betina terhadap tetua jantan, dan mengetahui hubungan antara ASI dengan persentase pengisihan biji pertongkol serta mendapatkan bahan tanaman (biji) yang terbaik antar kombinasi tetua. Hipotesis dari penelitian ini yaitu terdapat beberapa perbedaan kesesuaian umur berbunga antara tetua jantan dan tetua betina serta galur yang mempunyai umur berbunga yang sama atau sinkron,serta terdapat hubungan antara ASI dengan persentase pengisihan biji pertongkol.. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 – Agustus 2015 di di lahan kering kebun percobaan Universitas Brawijaya Desa Jatikerto, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang pada ketinggian 303 m dpl. Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, gunting, meteran, penggaris, kamera digital, tali rafia, RHS Colour Chart dan timbangan analitik, label, papan nama, kayu, tugal, sprayer, ember dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah 45 galur jagung inbrida sebagai tanaman induk betina dan satu galur jagung inbrida sebagai tanaman induk jantan, pupuk majemuk NPK (16,16,16), pupuk kandang kambing, pupuk ZA, pupuk daun (Gibro, Greentonik), fungisida (Akrobat, Cabrio), insektisida (Curacron) dan nematisida (Furadan). Penelitian menggunakan kombinasi dari 1 tanaman induk galur inbrida sebagai jantan dan 45 galur inbrida sebagai tanaman induk betina, pada tanaman betina dilakukan kegiatan detasseling,dan membiarkan tassel pada tanaman jantan untuk menyerbuki silk (rambut tongkol atau bunga betina) pada semua tanaman. Persilangan yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan persilangan secara alamiah dengan bantuan angin dan serangga. Lahan yang digunakan pada penelitian ini sebesar 675 m2. Jarak antar baris 70 cm dan jarak antar tanaman dalam baris 20 cm dengan jumlah populasi jagung setiap nomor galur percobaan adalah 5 tanaman dan setiap lubang tanam berisi 1 biji jagung. Perbandingan komposisi antara tetua jantan dan betina adalah 1:3. Tanaman tetua jantan ditanam bersamaan dengan tetua betina. Untuk pengamatan menggunakan metode single plant sehingga semua tanaman dalam petak percobaan diamati. Parameter pengamatan yang diteliti meliputi umur ii berbunga jantan/tasseling (HST), umur berbunga betina/silking (HST), selang waktu berbunga jantan dengan betina (Anthesis Silking Interval), persentase ASI (%), jumlah baris biji per tongkol, jumlah biji terisi per tongkol, jumlah estimasi biji terisi penuh per tongkol, persentase pengisian biji per tongkol (%), bobot 100 biji (g) dan panjang tongkol (cm). Analisis data pengamatan dilakukan untuk menduga nilai koefisien korelasi, analisis regresi, dan koefisien determinasi pada karakter yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga tetua jantan yaitu 60 HST. Kisaran umur berbunga tetua betina adalah 51.40 – 60.60 HST. Umur berbunga betina yang sesuai untuk mendapatkan hasil terbaik tanaman jagung adalah berkisar antara umur 54.40 – 60.60 HST, yaitu pada genotip 1E3+6, 1E3+8, 1E3+61, 1E3+70, 1E3+75, 1E3+82, 1E3+90, 1E3+131, 1E3+141, 1E3+198, 1E4+32, 1E4+78, 1E4+140 dan 1E4+151. Pada genotip-genotip tersebut diketahui bahwa persentase pengisian biji per tongkolnya mencapai 100%. Persentase pengisian biji per tongkol (didapatkan dari pengisian biji per tongkol dibagi dengan estimasi pengisian biji per tongkol) mempunyai korelasi korelasi negatif dengan ASI, dengan nilai 0.682. Hal tersebut berarti ASI berpengaruh terhadap persentase pengisian biji per tongkol. Semakin besar nilai ASI maka semakin kecil persentase pengisian biji, begitu pula sebaliknya. Untuk Hasil analisis regresi antara ASI dan persentase pengisian biji per tongkol menunjukkan nilai R2 sebesar 0.706. Hal tersebut berarti sebanyak 70.6% persentase pengisian biji disebabkan oleh pengaruh ASI. Hubungan antara ASI dengan persentase pengisian biji dapat dituliskan dengan persamaan regresi kuadratik y = -1.8975x2 + 7.6261x + 94.829, artinya setiap penambahan ASI satu hari, persentase pengisian biji akan menurun 1.8975%.