Daftar Isi:
  • Kentang sebagai salah komoditas unggulan di Indonesia namun produktivitasnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan produktivitas disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah teknik budidaya. Budidaya kentang pada dataran tinggi dilakukan secara intensif tanpa adanya upaya konservasi sehingga menyebabkan degradasi lahan meningkat, kualitas tanah menurun dan berdampak pada hasil panen kentang. Upaya konservasi yang dilakukan yakni menggunakan teknologi baru yang dinamakan biogeotekstil. Biogeotekstil sebagai penutup tanah berfungsi melindungi sekaligus menambah masukkan bahan organik ke dalam tanah. Selanjutnya peningkatan kualitas tanah dapat dilihat dari indikator biologi berupa kepadatan populasi dan biomassa cacing tanah. Penelitian dilaksanakan di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu pada bulan Desember 2015 hingga Mei 2016. Alat yang digunakan antara lain kawat pengait, gunting, sekop, bingkai besi ukuran 50 x 50 x 10 cm, jangka sorong, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan antara lain bibit kentang varietas granola, biogeotekstil yang terdiri dari 3 jenis geotekstil (nylon, polypropilene, dan daun mendong) dan 7 jenis bahan baku mulsa (jerami padi, alang-alang, daun tebu, daun pinus, rumput gajah, daun kaliandra, dan daun tekelan), pupuk, dan bahan kimia lainnya untuk analisa tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor yang diuji yaitu faktor (1) berupa macam bahan biogeotekstil sedangkan faktor (2) berupa jenis bahan baku mulsa, secara keseluruhan diperoleh 24 kombinasi dengan 3 ulangan. Dosis mulsa organik yang diberikan pada tiap perlakuan setara dengan 10 t ha-1. Hasil menunjukkan pengaplikasian biogeotekstil berpengaruh nyata terhadap populasi dan biomassa cacing tanah, biogeotekstil mampu meningkatkan populasi cacing 5-12 ekor m-2 dan biomassa cacing 5,21-13,17 g m-2 dibandingkan perlakuan biogeotekstil tanpa diisi mulsa organik (MK, NK dan PK). Perlakuan biogeotekstil memberikan pengaruh nyata terhadap sifat kimia tanah. Perlakuan MC (mendong + chromolaena) dan MG (mendong + rumput gajah) memberikan hasil tertinggi pada nilai pH tanah. Perlakuan NKa (nylon + kaliandra) memberikan hasil tertinggi pada nilai C-organik tanah. Perlakuan MC (mendong + chromolaena) dan MKa (mendong + kaliandra) memberikan hasil tertinggi pada nilai N-total. Perlakuan biogeotekstil dapat meningkatkan diameter umbi sebesar 43%, jumlah umbi sebesar 50% dan berat umbi kentang 2 kali lipat dibandingkan perlakuan biogeotekstil tanpa mulsa organik (MK, NK dan PK). Perlakuan MG (mendong + rumput gajah) menunjukkan produksi kentang tertinggi yaitu sebesar 31,41 t ha-1.