Daftar Isi:
  • Jamur tiram putih (Pleurotus florida) merupakan salah satu bahan makanan non kolesterol yang bergizi tinggi dan saat ini banyak diminati oleh masyarakat dari berbagai kelas (Jusuf, 2010). Kandungan gizi pada 100 g berat kering jamur tiram putih terdiri dari karbohidrat 57,6-81,8 g, protein 7,8-17,72 g, lemak 1-2,3 g, serat kasar 5,6-8,7 g, Ca 21 mg, Fe 32 mg, thiamin 0,21 mg, riboflavin 7,09 gram, dan jumlah energi sebesar 328-367 kal (Widyastuti dan Istini, 2004). Saat ini, penggunaan media tanam serbuk gergaji kayu sengon sudah menyebar luas di kalangan petani. Hal tersebut dikarenakan sengon memiliki struktur kayu yang keras dan banyak mengandung selulosa. Oleh karena stock serbuk gergaji kayu sengon yang terbatas dan semakin bertambahnya petani yang berbudidaya jamur maka diperlukan media tanam alternatif sebagai pengganti serbuk gergaji kayu sengon ini. Salah satu media tanam alternatif untuk budidaya jamur tiram putih ialah alang-alang. Alang-alang kaya akan kandungan selulosa dan lignin dimana zat-zat tersebut merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh serta menemukan komposisi terbaik dari penggunaan alang-alang (Imperata cylindrica) dan serbuk gergaji kayu sengon untuk media tanam jamur tiram putih (Pleurotus florida). Hipotesis dari penelitian ini ialah komposisi media tanam alang-alang 30% dan serbuk gergaji kayu sengon 50% memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih (Pleurotus florida). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September 2016 di CV. Damar Ayu yang berlokasi di Dusun Sonotengah, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini ialah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 9 macam perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Masing-masing ulangan perlakuan terdapat 6 baglog, sehingga dari keseluruhan terdapat 162 baglog. Perlakuan yang digunakan ialah P1: alang-alang 80%, serbuk kayu sengon 0%; P2: alang-alang 70%, serbuk kayu sengon 10%; P3: alang-alang 60%, serbuk kayu sengon 20%; P4: alang-alang 50%, serbuk kayu sengon 30%; P5: alang-alang 40%, serbuk kayu sengon 40%; P6: alang-alang 30%, serbuk kayu sengon 50%; P7: alang-alang 20%, serbuk kayu sengon 60%; P8: alang-alang 10%, serbuk kayu sengon 70%; P9: alang-alang 0%, serbuk kayu sengon 80%. 20% sisanya untuk semua perlakuan sama yaitu bekatul 15% dan tepung jagung 5%. Parameter pengamatan yang dilakukan ialah lama penyebaran miselium, saat muncul badan buah pertama, waktu panen pertama, rata-rata diameter tudung buah, jumlah badan buah per baglog, total bobot segar badan buah, interval periode panen, dan frekuensi panen. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam perlakuan uji F pada taraf 5% (P = 0,05) dan ii apabila berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji beda nyata jujur (BNJ) dengan taraf p = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan alang-alang 30% dan serbuk gergaji kayu sengon 50% mampu meningkatkan hasil jamur tiram putih dilihat dari 5 parameter yakni saat muncul badan buah pertama, waktu panen pertama, jumlah badan buah per baglog, total bobot segar badan buah dan frekuensi panen. Parameter lama penyebaran miselium menunjukkan perlakuan alang-alang 40% : serbuk gergaji kayu sengon 40% yang lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lain sedangkan parameter rata-rata diameter tudung buah menunjukkan perlakuan alang-alang 10% : serbuk gergaji kayu sengon 70% dan alang-alang 70% : serbuk gergaji kayu sengon 0% yang memiliki diameter tudung buah yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Namun, untuk parameter interval periode panen menunjukkan hasil yang tidak nyata. Komposisi lignin dan selulosa yang tepat pada kombinasi perlakuan serbuk gergaji kayu sengon dan alang-alang sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil produksi jamur tiram putih yang maksimal.