Perbaikan Pertumbuhan Cacing Tanah Setelah Erupsi Gunung Kelud: Penambahan Berbagai Bahan Organik Pada Kondisi Terkontrol
Main Author: | Iswari, Nugrahita |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/131929/1/SKRIPSI_Nugrahita_Iswari_%281150402001111142%29.pdf http://repository.ub.ac.id/131929/ |
Daftar Isi:
- Material abu vulkanik diketahui dapat menurunkan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Cacing tanah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang memiliki kandungan pasir yang tinggi, sehingga banyak menimbulkan kematian pada cacing tanah. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kematian cacing tanah yaitu dengan penambahan bahan organik dalam tanah. Pada lahan yang terkena dapak erupsi terdapat lahan agroforestri di daerah kecamatan Ngantang. Pada daerah tersebut banyak ditanami jenis tanaman kakao, sengon dan nangka. Pada daerah sekitar letusan gunung berapi banyak pula ditemukan tanaman pioneer seperti Parasponia andersonii. Keempat bahan organik tersebut memilik kualitas bahan organik yang berbeda-beda, sehingga dapat dilihat bahan organik mana yang mampu memperbaiki kondisi tanah pasca erupsi gunung Kelud. Dengan demikian perlunya penelitian ini untuk mengevaluasi dampak tambahan abu vulkanik Gunung Kelud terhadap pertumbuhan dan kerapatan populasi cacing tanah dan mengevaluasi pengaruh penambahan bahan organik (kakao, sengon, nangka dan Parasponia andersonii) dalam mengurangi efek merugikan terhadap kerapatan populasi dan pertumbuhan cacing tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober ? November 2015, di Laboratorium Biologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Bahan yang digunakan tanah, abu vulkanik, cacing tanah (Pontoscolex corethrurus), dan bahan oranik (kakao, sengon, nangka, dan Parasponia andersonii). Percobaan dilakukan dengan menggunakan pot vermikultur. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF), dengan 2 faktor, yaitu 3 rasio media (1:0, 1:1, 1:2), 5 jenis bahan organik (kakao, sengon, nangka dan Parasponia andersonii), masing-masing diulang sebanyak 4 kali dan 5 kali pengamatan (7 HSA, 14 HSA, 21 HSA, 28 HSA, dan 56 HSA), total 300 pot perlakuan. Hasil selama percobaan didapatkan bahwa pada media yang diberi tambahan abu vulkanik (masukan pasir) terbanyak menunjukan hasil yang tidak baik bagi pertumbuhan dan populasi cacing tanah. Kemudian hasil interaksi antara masukan abu dengan penambahan bahan organik menunjukan hasil yang bervariasi. Penambahan bahan organik sengon menunjukan hasil yang baik bagi biomasa (1,44 g/pot), populasi (3 ekor/pot) dan mampu menurunkan mortalitas cacing tanah (8,25%), begitu pula penambahan bahan organik nangka juga menunjukan hasil yang baik pada panjang (5,32 cm/ekor) dan diameter (3,54 mm/ekor) cacing tanah. Sedangkan penambahan bahan organik kakao dan Parasponia andersonii menunjukkan hasil yang kurang baik bagi pertumbuhan dan populasi cacing tanah. Pada penambahan bahan organik kakao dan Parasponia andersonii menunjukkan hasil yang paling rendah.