Analisis Profitabilitas Usahatani Jamur Tiram Putih Di Pt. Asimas Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang

Main Author: Misbahulloh
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2016
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/131861/1/SKRIPSI_MISBAHULLOH_0910440138.pdf
http://repository.ub.ac.id/131861/
Daftar Isi:
  • Agribisnisa merupakan suatu kegiatan unit bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukung pertanian mulai dari sektor hulu sampai hilir. Salah satunya dari kegiatan agribisnis yaitu usahatani. Usahatani yang sangat diminati dan mendukung pembangunan ekonomi pertanian adalah usahatani jamur tiram putih. Perkembangan agribisnis jamur tiram putih sangat mendorong usahatani jamur tiram putih di Indonesia, baik pengembangan jenis jamur tiram putih yang dikonsumsi dan perkembangan budidaya yang mendorong untuk perluasan lahan produksi. Menurut Parjimo dan Andoko (2009), peluang pasar jamur di dalam negeri ditandai dengan perkembangan produksi jamur di Indonesia yang terus meningkat. Salah satu penghasil jamur tiram putih di Malang adalah PT. Agaricus Sido Makmur Sentosa (ASIMAS) yang berlokasi di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Selama melakukan produksi jamur tiram putih, PT. ASIMAS melakukan perubahan jumlah produksi jamur tiram putih karena lebih memilih meningkatkan produksi baglog untuk dijual. Maka dari itu, terjadi perubahan jumlah produksi jamur tiram putih di PT. ASIMAS tersebut. Dilihat dari segi finansial, penjualan baglog siap tumbuh ini memang menguntungkan, karena perputaran kas/cash flownya lebih baik dari pada usahatani jamur tiram. Hal ini berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam penentuan penjualan hasil produksinya, yaitu lebih mengalokasikan produksi baglog siap tumbuh untuk langsung dijual, dari pada dibudidayakan. Sehingga mengakibatkan usahatani jamur tiram segarnya mengalami penurunan produksi. Perubahan jumlah produksi berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Untuk tetap mendapatkan laba, perusahaan harus menentukan volume produksi minimum. Volume produksi dengan harga yang sudah ditentukan akan menghasilkan volume penjualan yang nantinya digunakan sebagai komponen penentu laba perusahaan. Hal ini sangat penting dalam keberlanjutan usaha. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini sering disebut dengan istilah profitabilitas. Oleh karena itu, terjadi perubahan produksi di unit usaha jamur tiram putih ini perlu dilakukan analisis mengenai kondisi tersebut dengan metode analisis profitabilitas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk 1) Menganalisis produksi minimum jamur tiram putih agar usahatani jamur tiram putih tidak mengalami rugi atau untung di PT. ASIMAS dengan menggunakan alat analisis BEP, 2) Menganalisis tingkat profitabilitas usahatani jamur tiram putih di PT. ASIMAS selama periode 2015 dengan menggunakan alat analisis profitabilitas melalui perkalian antara MIR dan MOS. Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha jamur tiram putih PT. ASIMAS, Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Dasar pemilihan lokasi dengan pertimbangan: Pertama, bahwa Kabupaten Malang merupakan daerah yang mengembangkan dan memajukan usahatani jamur tiram putih. Kedua, PT. menjalankan usaha jamur tiram putih. Penentuan responden dilakukan secara non probability sampling. Pada penelitian mengenai profitabilitas pada usahatani jamur tiram putih, total responden dalam penelitian ini sebanyak tiga orang yaitu manajer unit usaha jamur tiram putih, penanggung jawab bagian pemeliharaan dan panen jamur tiram putih, bagian administrasi sekaligus bendahara. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis biaya produksi dan pendapatan, analisis titik impas (Break Event Point), dan analisis profitabilitas dengan perkalian antara Marginal Income Ratio (MIR) dan Marginal of Safety (MOS). Hasil analisi titik impas (BEP) menunjukkan bahwa produksi minimum agar bahwa dalam usahatani jamur tiram putih perusahaan minimal memproduksi dan menjual jamur tiram putih sebanyak 2.952 kg dalam satu tahun agar BEP atau tidak mengalami kerugian dan laba (impas) dan perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 32.029.442. Perbandingan antara keadaan aktual dengan perhitungan titik impas menunjukkan usahatani jamur tiram putih selama periode 2015 tingkat produksi jamur tiram putih melebihi batas titik impas. Sehingga dapat diketahui usahatani jamur tiram putih mendapatkan keuntungan. Hasil dari analisis MIR menunjukkan bahwa setiap tahun usahatani jamur tiram putih mampu memberikan 74,04% dari hasil penjualannya untuk menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan laba. Sedangkan untuk analisis MOS menunjukkan bahwa tingkat penjualan usahatani jamur tiram putih tidak boleh turun lebih dari 91,20% dari hasil penjualan aktual agar usaha tidak merugi. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan penjualan jamur tiram putih tidak boleh lebih dari 30.606,39 kg jamur tiram putih per tahun. Dari hasil analisis MIR dan MOS dapat diketahui profitabilitas usahatani jamur tiram putih yaitu sebesar 67,53%. Hal ini berarti apabila usaha tersebut mampu menjual seluruh hasil produksi (33.558,45 kg jamur tiram putih), maka laba yang diperoleh dari hasil penjualan jamur tiram putih adalah 67,53%. Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat direkomendasikan adalah 1) Perusahaan masih memiliki peluang untuk memperoleh laba yang lebih tinggi/besar, dengan cara meningkatkan jumlah produksi/penjualan jamur tiram putih. 2) Peningkatan jumlah produksi jamur tiram putih dapat ditambah dengan mengoptimalkan penggunaan fasilitas produksi yang dimiliki terutama kumbung.