Daftar Isi:
  • Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan ketiga di Indonesia setelah kedelai dan kacang tanah yang banyak dibudidayakan. Prospek pengembangan kacang hijau cukup bagus, mengingat permintaan yang hampir selalu meningkat setiap tahun. Konsumsi kacang hijau mencapai 2,5 kg/tahun/kapita, dengan jumlah penduduk yang mencapai 225 juta jiwa maka memerlukan tambahan produksi kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di tingkat petani adalah masih rendahnya produktivitas hasil, ditingkat petani rata-rata produktivitas baru mencapai 0,9 ton/ha, sedangkan dari hasil percobaan dapat mencapai 1,6 ton/ha (Mustakim, 2014). Upaya peningkatan produktivitas tanaman kacang hijau perlu dilakukan, khususnya menciptakan lingkungan tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2016 di Dusun Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, dengan ketinggian ± 580 m di atas permukaan laut. Lokasi penelitian memiliki curah hujan rata-rata 93,1-199,9 mm/tahun, suhu udara rata-rata 22-27,2 C dan kelembaban udara 72-97%. Alat yang digunakan pada penelitian ialah penggaris, timbangan analitik, meteran, oven, cangkul, gembor, tugal dan Leaf Area Meter (LAM), kamera, thermometer, soil moisture tester, lux meter. Bahan yang digunakan pada penelitian ialah benih kacang hijau varietas VIMA-1, mulsa plastik hitam perak, jerami padi, pupuk Urea, SP-36, KCl, serta pestisida Marshal 25 DS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor. Faktor 1 ialah sistem olah tanah yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: T0 = tanpa olah tanah, T1 = olah tanah minimum dan T2 = olah tanah sempurna. Faktor 2 ialah jenis mulsa yang terdiri dari 3 taraf, yaitu: M0 = tanpa mulsa, M1 = mulsa plastik hitam perak dan M2 = mulsa jerami. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan terdiri dari pengamatan pertumbuhan, hasil, pengamatan gulma dan lingkungan yang terdiri dari tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman, indeks luas daun, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot polong total, bobot biji dan bobot 100 biji, bobot kering gulma, suhu tanah, kelembaban tanah dan Intensitas cahaya. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila hasilnya nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi Interaksi antara perlakuan sistem olah tanah dan jenis mulsa. Perlakuan tanpa olah tanah dan perlakuan olah tanah minimum memberikan hasil lebih baik pada bobot biji dengan perlakuan mulsa plastik hitam perak atau perlakuan mulsa jerami. Perlakuan sistem olah tanah minimum memberikan hasil tinggi tanaman lebih tinggi 13,08% perlakuan tanpa olah tanah. Perlakuan mulsa jerami memberikan hasil jumlah polong lebih tinggi 21,68% dibandingkan dengan tanpa perlakuan mulsa.