Daftar Isi:
  • Bayam merah (Alternanthera amoena Voss) mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan beberapa jenis bayam lainnya. Keunggulan nilai nutrisi bayam merah dikenal sebagai sayuran bergizi tinggi karena banyak mengandung protein, vitamin A, vitamin C, dan antosianin. Produksi bayam tahun 2012 menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 155.118 ton. Tetapi, untuk produksi bayam merah sendiri masih sangat minim di Indonesia, karena mayoritas masyarakat tidak banyak mengenal bayam merah. Ketidak populeran bayam merah berakibat pada budidaya maupun pemasarannya juga belum begitu intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi dosis pupuk Nitrogen dan frekuensi penyiraman yang tepat sehingga didapatkan pertumbuhan dan hasil bayam merah yang tinggi. Sedangkan hipotesis penelitian ini adalah : (1) terjadi interaksi antara pupuk N dan penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah dengan hasil terbaik bayam merah didapat dari kombinasi pupuk N sebesar 180 kg/ha dengan penyiraman setiap hari, (2) dosis pupuk N 180 kg/ha memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah dan (3) frekuensi penyiraman setiap hari memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 – Mei 2016 di screen house Venus & Orchid Nursery Desa Tegalweru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratory Leaf Area Meter (LAM), sekop, penggaris, bambu, polybag, timbangan analitik, spektofotometer, alat tulis, label, dan kamera digital. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bayam merah varietas Mira, pupuk kandang, Urea (46 %), pupuk SP-36, KCL dan pestisida.Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 4 kali ulangan. Terdiri dari 2 faktor sebagai berikut ; Faktor 1 : (a) N0 = Dosis pupuk N setara 0 kg/ha, (b) N1 = Dosis pupuk N setara 60 kg/ha, (c) N2 : Dosis pupuk N setara 120 kg/ha, (d) N3 = Dosis pupuk N setara 180 kg/ha, (e) N4 = Dosis pupuk N setara 240 kg/ha ; Faktor 2 : (a) P1 = penyiraman setiap hari, (b) P2 = penyiraman setiap dua hari. Dari 2 faktor tersebut diperoleh 10 kombinasi perlakuan dan setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga didapatkan 40 satuan kombinasi percobaan dengan masing-masing satuan terdiri dari 9 tanaman. Pengamatan terbagi menjadi 2 jenis yaitu (a) pengamatan pertumbuhan yang dilakukan dengan interval 7 hari sekali sejak transplanting dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman, dan (b) pengamatan panen dilakukan saat panen dengan parameterluas daun per tanaman, berat segar total per tanaman, berat segar konsumsi per tanaman, berat kering per tanaman dan kandungan klorofil daun yang terdiri dari klorofil a, klorofil b dan klorofil total. Data penunjang yang digunakan adalah analisis N, P dan K dan kapasitas lapang tanah yang digunakan sebagai media tanam. Hasil dari penelitian ini adalah : (a) tidak ada interaksi nyata antara dosis pupuk nitrogen dengan frekuensi penyiraman terhadap semua parameter pengamatan, (b) pupuk nitrogen memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada semua umur pengamatan, hasil berat segar konsumsi, berat segar total, berat kering dan luas daun tanaman bayam merah, dosis pupuk 60 kg N/ha berbeda nyata pada berat segar dan berat kering, dan (c) penyiraman memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman pada umur 14, 21, dan 28 hst, hasil berat segar konsumsi dan berat segar total, penyiraman setiap hari memberikan hasil berbeda nyata pada berat segar total tanaman bayam merah.